x

Potret anak-anak malam hari

Iklan

Malik Ibnu Zaman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Oktober 2022

Rabu, 28 Desember 2022 05:47 WIB

Habib Husein Jafar: Relasi Manusia dengan Alam itu Harus Subjek-Subjek, Bukan Subjek-Objek

Penulis dan dai milenial Habib Husein Jafar al-Hadar mengatakan bahwa relasi manusia dengan alam itu harus subjek-subjek, bukan subjek-objek. Hal tersebut dikatakan oleh Habib Jafar pada kanal Putcast YouTube Mojok "Hal-Hal yang Belum Banyak Diungkap Habib Husein Jafar" diakses Indonesiana pada Ahad (25/12/2022).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Penulis dan dai milenial Habib Husein Jafar al-Hadar mengatakan bahwa relasi manusia dengan alam itu harus subjek-subjek, bukan subjek-objek. Hal tersebut dikatakan oleh Habib Jafar pada kanal Putcast YouTube Mojok Hal-Hal yang Belum Banyak Diungkap Habib Husein Jafar diakses Indonesiana pada Ahad (25/12/2022).

Pria yang aktif sebagai Aktivis Gerakan Islam Cinta itu menceritakan bahwa ketika kelas 3 SMA tulisannya terbit pertama kali di Suara Karya. Tulisannya tersebut berkaitan dengan bencana.

"Ketika kelas 3 SMA tulisan pertama saya terbit di Suara Karya, saya ingat pasti tentang bencana. Saya bilang bahwa agar bencana itu tidak disebabkan oleh kita, maka relasi kita kepada alam harus subjek-subjek, bukan subjek-objek. Tidak melihat alam sebagai objek, tetapi sebagai subjek yang boleh kita ambil. Perlakukan sebagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri, nah itu," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lebih lanjut Habib Husein Jafar mengatakan bahwa ia mengkritik mereka yang mengakibatkan bencana dengan azab. Karena bencana itu masalahnya ekologis, solusinya bukan teologis. Menurutnya azab itu urusan sendiri-sendiri di level subjektif untuk introspeksi, maka janganlah menjadi urusan tuduh menuduh.

"Ada di dalam Al-Qur'an Surat As-Sajadah ayat ke 21, mungkin azab, tetapi di ujung ayat itu dikatakan agar mereka kembali kepada Allah. Tetapi kalau itu di glorifikasi kan justru itu membuat orang trauma. Simpelnya begini, jangan bicara tentang Tuhan kepada orang yang sedang lapar, jangan bicara yang aneh-aneh kepada orang yang terkena bencana," ungkap Penulis Buku Tuhan Ada di Hatimu.

Ia mengatakan bahwa apa tidak malu orang lagi kena bencana, lalu menasehati dengan mengatakan syukur cuman gempa, di sana itu tsunami. Hendaknya jangan menasehati di suasana seperti itu.

"Nasehat terbaik adalah membantu atau diam di suasana seperti itu. Jangan sok jadi hero lah, toh azab itu juga bisa menimpa kita dalam artian sebenarnya kita yang dicek kesolidaritasannya. Karena kata nabi azab itu juga terpecahnya kita dengan kata-kata yang menyakiti satu sama lain," kataya.

Menurutnya boleh-boleh saja kalau punya perspektif bahwa bencana itu azab. Tetapi harus hati-hati, jangan sampai mengatakan ketika bencana itu masih terjadi, atau masih terasa berat di korban.

"Padahal bisa jadi itu jalan syahid, maksud saya bisa jadi give untuk mengangkat derajat kita pada level yang lebih tinggi. Itu yang disebut ujian, dan itu terjadi di zaman nabi. Di mana sahabat itu merindukan kematian di peperangan sebagai jalan syahid. Sehingga ketika syahid Alhamdulillah justru, ketika mendapat pangkat Innalillahi. Itu pembelajaran dari sahabat nabi, dan khalifah-khalifah muslimin," tuturnya.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Malik Ibnu Zaman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler