x

Foto Yesus membopong orang

Iklan

trimanto ngaderi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 September 2022

Jumat, 30 Desember 2022 18:53 WIB

Motif di Balik Pembunuhan Berencana terhadap Nabi Isa (Yesus)

Demikian halnya dengan kisah pembunuhan berencana (baca: penyaliban) terhadap Nabi Isa (Yesus) yang dilakukan oleh para pemuka agama Yahudi, tentu juga memiliki motif tertentu. Sekalipun eksekutornya adalah orang-orang Romawi sebagai penguasa Yerusalem saat itu, namun mastermind-nya adalah kaum Yahudi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

MOTIF DI BALIK “PEMBUNUHAN” BERENCANA TERHADAP NABI ISA (YESUS)

 

Katakanlah (Muhammad), “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang beriman?” (Q.S. Al Baqarah: 91)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 Akhir-akhir ini kita sedang mengikuti sidang kasus pembunuhan Brigadir Joshua. Selain mendatangkan para saksi dan bukti-bukti di persidangan, Jaksa Penuntut Umum maupun Majelis Hakim berusaha menggali apa motif sebenarnya di balik tindak pidana tersebut.

Demikian halnya dengan kisah pembunuhan berencana (baca: penyaliban) terhadap Nabi Isa (Yesus) yang dilakukan oleh para pemuka agama Yahudi, tentu juga memiliki motif tertentu. Sekalipun eksekutornya adalah orang-orang Romawi sebagai penguasa Yerusalem saat itu, namun mastermind-nya adalah kaum Yahudi.

Kaum Yahudi adalah salah satu dari 12 suku pada Bani Israil. Disebut Bani Israil berarti anak-keturunan Israil. Israil sendiri adalah nama lain dari Nabi Ya’qub (Jacob). Ya’qub memiliki 12 orang anak yang kelak menjadi 12 suku, salah satunya adalah suku Yahuda (Yahudi). Suku ini menjadi paling dominan, sehingga beberapa suku lainnya melebur menyatu ke dalam suku Yahudi.

Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, sebelum melakukan penyaliban terhadap Isa, Bani Israil telah melakukan pembunuhan terhadap nabi-nabi mereka sendiri, yang sekaligus masih termasuk keluarga besar mereka.

Berabad-abad sebelumnya, pembunuhan berencana pertama dilakukan terhadap Yusuf, saudara satu ayah beda ibu, dengan motif kedengkian dan iri hati, namun gagal terlaksana. Selanjutnya, dalam 2 Tawarikh 33:3–7 mereka juga membunuh Nabi Yesaya (Isaiyah) rasa tidak senang dari Raja Yahuda saat itu, Manase karena Yesaya mendakwahinya untuk kembali ke jalan yang benar. Yesaya dibunuh dengan cara digergaji tubuhnya.

Nabi Uria bin Semaya yang mendakwahinya pun turut dibunuh. (Yeremia 26:20–23). Begitu pula raja Kerajaan Yehuda terakhir, Zedekia, yang menyiksa dan memenjarakan Nabi Yeremia di dalam sumur (Yeremia 37:15–16). Lalu mereka juga membunuh Nabi Zakaria dan putranya Nabi Yahya.

Nabi Yahya dibunuh karena menegur Herodes Antipas, Raja Yahudi yang menjadi bawahan Romawi. Herodes Antipas menikahi mantan istri saudaranya, padahal saudaranya tersebut masih hidup, di mana hal ini melanggar hukum Taurat (Markus 6:18).

 

Lahirnya Sang Juruselamat (Mesiah)

Sebenarnya, kaum Yahudi telah lama menantikan akan datangnya seorang juru selamat (mesiah) yang akan menyelamatkan kaum Yahudi dari penindasan bangsa Romawi dan bisa membawa kaum Yahudi kepada kejayaan seperti di masa lampau.

Pada saat itu, Yerusalem di bawah kekuasaan Raja Yahudi bernama Herodes yang merupakan kaki tangan imperium Romawi. Kaum Yahudi memiliki tempat ibadah yang mereka sebut sebagai Kuil Sulaiman (Baitul Maqdis). Para pendeta yang mengurusi kuil tersebut memiliki otoritas keagamaan sekaligus memiliki kekayaan. Pengaruh mereka kepada masyarakat begitu kuat. Apa yang mereka fatwakan (terutama perihal ritual keagamaan) selalu ditaati, walau terkadang fatwa itu sebagian telah menyimpang dari ajaran Taurat Musa.

Mereka juga setiap hari menerima persembahan maupun hadiah-hadiah dari para jemaat yang datang ke kuil. Persembahan berupa hewan qurban maupun hadiah berupa emas, perak, intan permata, dll telah membuat para pendeta menjadi kaya-raya dan hidup dalam kemewahan.

Hal tersebut membuat sebagian kaum Yahudi yang lemah dan miskin menjadi tertindas. Termarginalkan. Mereka hidup menderita dan tertekan di bawah kekuasaan para pemimpin agama mereka yang mulai menyimpang dari Taurat dan cinta duniawi. Sehingga terciptalah kesenjangan ekonomi dan sosial, kezaliman, dan ketidakadilan. Akibatnya, sering terjadi kekacauan, kerusuhan, dan tindak kriminal.

Di tengah kondisi masyarakat yang rusak dan bobrok inilah, lahirlah seorang nabi dari kaum mereka sendiri. Terlahir dari seorang perawan suci Maryam binti Imran (Maria). Dialah Isa (Yesus). Dia diutus Tuhan untuk mengajak kaum Yahudi pada khususnya dan Bani Israil pada umumnya untuk kembali kepada ajaran Taurat Musa. Dia hadir untuk menebarkan cinta-kasih dan memberikan penghiburan kepada mereka yang lemah.

Pelan tapi pasti, karena kedekatan Isa kepada rakyat kecil, ia mendapatkan banyak pengikut. Perhatian masyarakat kini tertuju kepadanya. Mereka berharap Isa dapat membimbing mereka kepada jalan keselamatan. Inilah juruselamat yang mereka tunggu-tunggu selama ini.

 

Pembunuhan Berencana Terhadap Nabi Isa (Yesus)

Sebenarnya para pemuka agama Yahudi juga telah lama mengharapkan kehadiran seorang Juruselamat. Namun, ketika sang Mesiah telah benar-benar hadir di tengah mereka dan berasal dari keluarga besar mereka sendiri, justeru mereka menolak dan mendustakannya.

Apa pasal?

Para pendeta Yahudi merasa kekuasaannya terancam. Otoritas keagamaan yang mereka pegang selama ini akan terusik. Mereka khawatir kekuasaan mereka akan diambil oleh Isa. Terlebih semakin hari, pengikutnya semakin bertambah.

Dari sisi ekonomi, mereka juga khawatir jika pendapatan mereka dari persembahan dan hadiah-hadiah akan berkurang. Mereka takut akan kehilangan sumber pemasukan. Apalagi mereka sudah terbiasa hidup mewah dan bergelimang harta.

Singkat cerita, mereka kemudian berkumpul untuk membuat rencana. Mereka bersepakat untuk menyebarkan isu negatif tentang Isa. Mulai dari labeling sebagai “anak haram” karena tak jelas siapa ayahnya, mengungkit-ungkit asal-usul nenek-moyangnya, hingga mengajak orang-orang untuk mendustakan ajaran yang dibawanya.

Puncaknya adalah mereka mendatangi Pontius Pillatus, gubernur kerajaan Romawi atas wilayah Yudea dan menghasutnya dengan mengatakan bahwa Isa ingin menjadi raja Yahudi. Pada awalnya Pontius tak begitu percaya kepada mereka. Karena sedikit banyak ia tahu sepak terjang Isa selama ini.   

Namun, karena para pendeta terus-menerus mendesaknya, akhirnya Pontius mengadili Isa dan memberikan Surat Perintah untuk menyalibnya (Kisah Para Rasul, 1 Timotius).

*****

Kisah Isa (Yesus) di atas mirip dengan apa yang dialami Nabi Muhammad SAW. Dia juga hendak dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy yang notabene masih keluarga besar sendiri. Pembunuhan berencana itu bukan karena mereka tidak mempercayai Allah atau agama yang dibawa Muhammad, melainkan mereka merasa terancam kekuasaannya atas Ka’bah akan beralih kepada Muhammad. Mereka juga khawatir sumber pendapatan dari para peziarah akan berkurang ketika pengikut Muhammad semakin bertambah.

Motif untuk mempertahankan hegemoni kekuasaan dan sumber-sumber ekonomi-lah yang mendorong para pendeta Yahudi maupun kafir Quraisy untuk melakukan pembunuhan berencana terhadap Isa dan Muhammad.

Catatan:

Menurut versi Islam, yang disalib bukanlah Isa melainkan orang yang diserupakan dengannya (Q.S. An-Nisaa’: 157)

 

Referensi:

Kitab Suci Al Qur’an dan Alkitab (Injil)

islampedia.id/

Ikuti tulisan menarik trimanto ngaderi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler