x

Iklan

Putra Mahardika

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Oktober 2022

Kamis, 26 Januari 2023 17:12 WIB

Si Rela dan Sabar

Entahlah, Aku hanya tak ingin terjebak, Dalam epitaf kuno waktu bersama bayanganmu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perlahan bernanyi, rintik hujan.

 

Riak gerimis membasuh bibir berdosa ini, mengucap janji yang bersembunyi dalam hipotesa dusta. Semburat kilat menyelimuti gelap. Ramai, lalu hening kembali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Wajah favoritku menjadi lagu tak berujung, bersahutan dengan air hujan yang berbayang sendu. Semakin dalam, senyummu mulai pudar. Awan-awan menari perlahan penuh ejek, menaungi kesabaran yang katanya manis.

 

Selaput senja tak dapat berbohong. Seminyak tinta jingga mulai redup, memberikan panggung pada sang rembulan. Upaya yang indah, sia-sia.

 

Kelak ketidakpastian ini akan menuai arti tak terucap, harga dari keputusasaan berkedok rela. Karena suatu hari, genangan air di kolam berkubang akan mengajariku. Tak selayaknya tanah yang rapuh mampu memeluk langit yang masif. Menjadi pelajaran bagi kesabaran yang katanya manis.

 

Dua lembar kolase foto monokram dari desember lalu, yang menjadi guyonan tersendiri yang bagimu itu lucu. Berakhir kusut tak bermakna di meja tamu. Sore berganti malam. Lagu-lagu cinta yang kembali terjebak dalam paradoks waktu. Langit kembali berbisik rendah. Karena suatu hari, meteor merah jambu akan mengajariku. Bintang yang gemerlap nan jauh disana memang hanya untuk dikagumi tanpa dimiliki. Menjadi kepastian bagi kesabaran yang katanya manis.

 

Mencinta dan dicinta. Menjadi tamparan penuh angan bagi Pemimpi Tanpa Mimpi. Realita yang berjenja layaknya sisir pemberianmu, yang sekarang berkelit entah di rambut Pemimpi selainku. Peristirahatan ternyaman menjelma menjadi gubuk tak bermakna, yang lekas menjadi mimpi buruk penuh pelajaran. Karena suatu hari, mawar layu di meja tamu akan mengajariku. Tak selamanya Romeo pantas berada disisi Juliet. Menjadi penyakit bagi kesabaran yang katanya manis.

 

 

Entahlah,

Aku hanya tak ingin terjebak,

Dalam epitaf kuno waktu bersama bayanganmu.

 

Entahlah,

Apakah ini mampu menjadi penjelasan,

Tentang eksistansi Rela dan Sabar yang digadang-gadangkan.

Ikuti tulisan menarik Putra Mahardika lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler