x

Suami isteri sehidup semati

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Jumat, 27 Januari 2023 17:21 WIB

Menata Fokus Pikiran Agar Mampu Memaafkan

Kadang kita sakit hati dengan kata kata atau tindakan orang lain. Sakit hati kalau dipelihara bisa menjalar ke fisik. jadi harus dihapus. Bagaimana caranya? Sila baca.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Bambang Udoyono

 

Biasanya orang mengagumi kemajuan masyarakat Eropa dalam teknologi dan ekonomi.  Saya juga setuju tapi bukan hanya itu saja yang saya kagumi dari mereka.  Salah satu hal yang saya kagumi adalah kemampuan mereka dalam memaafkan.  Mari kita bahas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cobalah baca sejarah Eropa Barat.  Sebenarnya sejarah mereka juga penuh konflik.  Napoleon yang berkuasa di Prancis pada awal abad 19 pernah menyerang dan menduduki tetangganya di Eropa sampai ke Rusia di timur.  Kemudian di abad yang sama bangsa Jerman yang sudah menjadi kekuatan ekonomi dan militer raksasa di Eropa lalu pada 1871 menyerang Prancis.  Di awal anad 20 terjadi perang dunia pertama.  Lantas disusul PD II ketika Jerman sekali lagi menghancurkan dan menduduki Prancis dan beberapa negara Eropa.

Tapi lihatlah sekarang.  Bangsa bangsa Eropa barat sudah menyatu ke dalam Uni Eropa.  Mereka memiliki mata uang yang sama yaitu Euro.  Franc, Deustche Mark dll sudah digantikan oleh Euro.  Mereka punya aturan yang sama dalam banyak hal misalnya aturan hukum tentang makanan.  Seorang guru saya dulu mengatakan bahwa di Eropa barat akan terbentuk apa yang dia katakan sebagai United States of Europe. Terbukti dia benar.

Sebagai manusia biasa mestinya mereka juga punya rasa sakit hati dan dendam akibat perang.  Bagaimana mereka bisa melupakan rasa sakit hati dan dendam?

Saya sering bertanya ke orang Prancis tentang apakah mereka sudah tidak dendam lagi kepada orang Jerman.  Semua orang yang saya tanya mengatakan sudah tidak ada lagi dendam sekarang ini.  Memang itu tidak seketika.  Di tahun 50’an masih ada rasa sakit hati itu. Tapi bersama berlalunya waktu sekarang rasa itu sudah hilang. Kalaupun ada hanya di sebagian kecil orang yang benar benar menderita.  Kalau secara umum sudah tidak ada masalah dalam pergaulan pribadi antara orang Prancis dengan orang Jerman.   Sekarang mereka sudah merasa sebagai sesama orang Eropa. Mereka memiliki banyak persamaan meskipun banyak juga perbedaannya.

Saya tanya bagaimana mereka bisa melupakan dendam. Sebagian besar menjawab karena kesibukan kerja maka pikiran dan hati mereka sudah tersita di situ.  Mereka tahu sejarah itu tapi sudah tidak mendominasi emosi mereka lagi.

Saya membandingkan dengan negara Asia.  Di masa lalu banyak sekali perang yang meninggalkan trauma mendalam.   Di Korea hampir tidak ada mobil Jepang.  Susah mengatakan ini akibat dendam. Tapi paling tidak masa lalu itu menimbulkan motivasi untuk maju. Hubungan Korea Selatan dengan Jepang juga kadang naik turun.  Sebagian karena masalah perbatasan dan kepentingan ekonomi politik. Tapi faktor sejarah juga tidak bisa diabaikan.

 

Demikian juga hubungan Cina dengan Jepang. Panas dingin itu komplikasi antara kepentingan ekonomi, politik, sengketa wilayah dan sejarah.

 

Di sisi lain hubungan antar pemerintah dan antar rakyat Indonesia dengan Jepang dan Nederland baik baik saja.  Semua orang Indonesia yang saya tanya tidak ada yang merasa dendam sama sekali dengan orang Jepang dan Belanda meskipun mereka tahu sejarah kita. Apakah kita bangsa pemaaf ?  Semoga saja iya.

 

Saya pernah bertanya ke almarhum ayah saya yang mengalami langsung perang kemerdekaan.  Beliau tidak memiliki dendam sama sekali.  Bahkan pak dé saya yang pernah tertembak sehingga lengannya cacat juga tidak memiliki dendam sama sekali.

 

Ritual agama yang dilakukan dengan serius dan tulus memang bisa membuat jiwa kita lebih sehat.  Semua ritual itu membuat kita menguasai nafsu.  Tidak dikuasai oleh nafsu.  Semua orang tentu punya nafsu seperti rasa amarah tapi kalau rajin menjalankan ibadah insya Allah kita akan menguasai semua nafsu. 

 

Dendam dan sakit hati itu sejatinya adalah luka hati. Jika dipelihara dalam jangka waktu lama maka akibatnya akan merugikan.  Bukan hanya psikis yang tidak sehat, fisik juga bisa terkena akibatnya.  Jadi sebaiknya dihapus.

 

Menghapus dendam itu sejatinya menyehatkan hati dan piiran kita sendiri. Maka sejatinya orang yang mendapat manfaat dari tindakan memaafkan itu ya kita sendiri,  pemberi maaf sendiri.  Sesungguhnya ketika kita memaafkan itu kita sedang menyembuhkan luka hati sendiri.

 

Jadi mari kita belajar memaafkan orang yang sudah pernah menyakiti hati kita dengan kata kata atau dengan perbuatannya.  Tidak mudah memang. Hal ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Tapi tidak berarti mushail dilakukan. Diperlukan waktu dan tindakan yang terus menerus.

Selain tindakan spiritual, caranya adalah dengan mengalihkan fokus perhatian kita. Fokuskan saja pada kebaikan yang sudah banyak sekali kita terima dari Allah swt dan juga dari banyak orang baik keluarga maupun masyarakat. Ingat ingat kebaikan mereka. Nanti kalau semua kebaikan itu sudah dominan di dalam hati dan pikiran maka pelan pelan rasa sakit hati itu akan berkurang.  Kalau pusat perhatian kita ada pada kebaikan yang sudah kita terima maka kita akan banyak bersyukur. Semoga kita bisa menjadi orang yang pemaaf agar bisa bahagia sejahtera.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler