Beranjak dewasa kita semakin menyadari hidup bukan untuk sekadar mengeluhkan segala hal yang terjadi di luar kendali. Kita sudah merasakan banyak peristiwa dari yang sederhana hingga kompleks. Kita adalah orang-orang yang tumbuh dari masa lalu yang berat. Bahu, tangan, dan kaki jangan diragukan lagi untuk kerja keras. Kita ditempa realita yang tak segan-segan menampar pipi di siang bolong.

Pepatah bilang 'usaha tidak akan menghianati hasil' itu betul, namun terkadang lebih banyak hasil mengkhianati harapan. Walau begitu hati kita sudah kebal sekeras karang bertahan di lautan. Kita tidak pernah kehabisan cara untuk tetap bangkit dan bertahan. Fase menjadi dewasa merupakan fase yang penuh rasa sakit. Kita berkali jatuh di lubang berbeda dan hampir depresi berkepanjangan. Berkali juga diselamatkan oleh pikiran kita sendiri dalam mengahdapi masalah.

Dari waktu ke waktu kita membenahi cara pandang kita terhadap dunia. Sebab fase hidup kita bukan lagi merenungi dan menyesali peristiwa, nyinyir terhadap orang-orang sekitar yang tidak menyenangkan, dan menghabiskan tenaga menanggapi putus cinta. Itu tidak penting. Kini kita berusaha agar pikiran tetap sehat dengan mengendalikan persepsi terhadap segala peristiwa. Kita sudah mengerti bahwa segala sesuatu yang terjadi bersifat netral (sudah memang saat terjadi), tetapi yang membuat peristiwa itu bernilai positif atau negatif adalah persepsi kita sendiri.

Daripada kita memusingkan hal-hal besar, dewasa ini kita berfokus pada hal kecil yang dapat dikendalikan seperti persepsi pribadi. Persepsi seperti perkakas utama yang harus disiapkan menghadapi dunia yang tidak main-main rasa sakitnya. Kita lebih bahagia ketika perasaan terhindar dari persepsi negatif. Kita pun lebih banyak tenaga untuk menyambut capaian besar. Tetaplah menjadi manusia bahagia dengan pikiran yang sehat. Dunia ini terlalu melelahkan untuk dikomentari.

Alineasalvana, 2023.

Ikuti tulisan menarik irvan syahril lainnya di sini.