x

Robot bernama Nao mengajarkan bahasa ingris pada anak di jepang

Iklan

Waode Nurmuhaemin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 Februari 2023

Senin, 6 Februari 2023 06:52 WIB

Melawan Dominasi Chat GPT

Tidak perlu insecure terhadap Artificial Inteligency. Walaupun dipuja-puja sempurna, namun ketika ada satu bagian yang eror, mesin itu hanya akan jadi rongsokan di dunia maya. Kalau saja misalnya internet seluruh dunia error, chat GPT tidak akan berfungsi sedang umat manusia terus survive.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Invasi Chat GPT 

Akhir-akhir ini Chat GP meresahkan dunia pendidikan di seluruh dunia. Maklum saja AI ini dengan mudahnya mengerjakan semua tugas akademik yang dulu dianggap sangat mustahil. Membuat artikel ilmiah hanya selesai sekian menit dengan bahasa yang halus seolah-olah dibuat oleh manusia yang pakar di bidang tersebut. Bahkan chat GPT bisa membuat disertasi dengan sempurna. Beberapa universitas di luar negeri mulai merancang peraturan akademik yang melarang penggunaan chat GPT di kampus.

Jauh sebelum memasuki abad 21 para pakar sudah meramalkan bahwa suatu saat kompetensi-kompetensi manusia akan tergantikan oleh robot. Pemakaian intenet secara luas dan perkembangan artificial inteligent kemudian berlari pesat. Pekerjaan-pekerjaan yang dulu bermasa depan cerah habis diberangus oleh AI ini. Kasir, penjaga tol, pegawai bank, bahkan progamer yang dianggap pekerjaan yang sangat rumit konon kabarnya dapat digantikan oleh boot tersebut, apalagi pekerjaan-pekerjaan administrasi, sudah habis dilibas oleh robot.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam buku Homo Deus, 2016, Yuval Noah Harari sudah mempredikasi betapa saat ini kita akan sangat kebingungan menentukan pekerjaan mana yang bisa bertahan dan mana yang rontok dihantam zaman. Kekhawatiran Harari juga menyerempet-nyerempet ruang gelap abu-abu ego manusia yang berusaha untuk mengalahkan takdir Allah. Manusia berusaha menjadi yang paling berkuasa dimuka bumi. Sebagian ilmuwan dengan uang dan kemampuannya yang dibiayai oleh korparasi -korparasi dunia yang tidak terlihat, berusaha untuk hidup abadi dengan menciptakan rekayasa-rekayasa genetika dan juga robot-robot yang menandingi manusia. Maklum saja manusia mahluk yang rumit dan ribet. Robot bisa diprogram untuk menjadi cerdas, penurut dan tidak capek.

Pekerjaan-pekerjaan yang tidak pernah dibayangkan pun muncul bak cendawan pada musim hujan. Konten kreator, You Tuber, desain grafis, dan pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan internet serta startup, booming menjadi idola generasi "Z".

Lalu dunia pendidikan pun menjadi sasaran invasi yang empuk chat GPT. Apa saja yang ingin diketahui dijawab dangan sempurna oleh mesin ini. Bahkan profesor, dosen dan guru mendapat ancaman serius darinya. Mau tidak mau insan pendidikan menjadi khawatir akan profesi yang mereka jalani. Siswa dan mahasiswa tinggal duduk manis kemudian mengetikan apa saja perintah kepada mesin ini, entah tugas-tugas akademik berat atau sekedar mengerjakan kuis-kuis harian dari kampus dan sekolah. Bisa saja merka akan digantikan robot-robot yang lebih canggih dari chat GPT beberapa tahun dari sekarang.

Mentalitas Sebagai Antithesis Chat GPT

Melihat potensi masifnya inflitrasi chat GPT dalam dunia pendidikan, sebenarnya ada satu cara sederhana yang bisa digunakan untuk membendung sisi negatif booth ini. Yaitu mental jujur. Saya yakin siswa-siswa di Jepang tidak akan terpapar pengaruh buruk chat GPT ini. Sedari kecil, mereka dibiasakan untuk jujur. Begitu juga beberapa negara maju yang mementingkan pendidikan karakter.

Mereka tidak akan menggunakan chat GPT untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik karena memiliki budaya malu yang tinggi. Orang Jepang menghargai karya sendiri. Sehingga kemungkinan godaan akan penggunaan chat GPT hanya akan sedikit memapar mereka. Mau secerdas apapun mesin dihadapan mereka, ketika mentalitas jujur sudah mendominasi maka mereka tidak akan gampang melegalkan hal itu.

Yang kedua, aturan di Jepang betul-betul ditegakkan. Jika ada yang melarang penggunaan chat GPT di sekolah atau kampus maka resiko besar menanti bagi yang melanggar. Sehingga apabila ingin membendung pengaruh buruk media, Indonesia harus menanamkan karakter yang kuat . Kita tidak boleh ketakutan sehingga tidak mau memakai chat GPT.

Dunia sudah sangat berubah. Memperlihatkan alergi terhadap kemajuan teknologi sikap adalah yang tidak bisa diterima di era 4.0 Seharusnya chat GPT tunduk dibawah kekuasaan kita. Kita berdamai dan memanfaatkan mesin pintar ini untuk kemajuan profesi kita tanpa perlu terpapar efek buruknnya.

Mesin tetaplah mesin yang lahir dari kecerdasan otak manusia yang di ciptaan Allah. Sehingga manusia lebih sempurna dari mesin tersebut. Tidak perlu insecure terhadap robot. Walaupun dipuja-puja sempurna, namun ketika ada satu bagian yang eror, mesin itu hanya akan jadi rongsokan di dunia maya.

Kalau saja misalnya internet seluruh dunia error, chat GPT tidak akan berfungsi namun manusia akan terus survive. Tidak lupa, hendaknya sebagai orang yang berprofesi dalam dunia akademik kita harus menjadi manusia yang update. Meningkatkan kompetensi jadi suatu hal yang layak. Hidup semakin dinamis, pengetahuan dalam genggaman. Seperti kata pendiri Apple; Steve Job, "Stay hungry, stay foolish."

Ikuti tulisan menarik Waode Nurmuhaemin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler