Gorga, Seni Ragam Hias dari Tanah Batak

Sabtu, 11 Februari 2023 17:57 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Rumah Simamarmat di Hutaraja Samosir
Iklan

Ragam hias atau motif Gorga tak hanya bisa diukir atau dipahat tetapi bisa juga dilukis. Setiap ukiran atau lukisan gorga mengandung unsur estetis yang bersifat simbolis dan mengandung makna filosofis bagi masyarakat pendukungnya.

Suku Batak ternyata juga punya ragam hias ukiran yang disebut gorga. Ragam seni ukiran tradisional  ini biasanya terpahat di dinding bagian luar , bagian depan dan bagian dalam rumah-rumah adat Batak serta pada alat kesenian seperti gendang, serunai dan kecapi.

Ragam hias atau motif  Gorga tak hanya bisa diukir atau dipahat tetapi bisa juga dilukis. Setiap ukiran atau lukisan gorga  mengandung unsur estetis yang bersifat simbolis dan mengandung makna filosofis bagi masyarakat pendukungnya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada dasarnya motif, corak, dan warna ragam hias adalah hasil cipta, rasa dan karsa masyarakat Batak  di masa lampau, yang merupakan hasil kerajinan tangan  dari pembuatnya. Seperti Gorga yang terdapat di rumah adat Simarmata di Hutaraja, Samosir, Sumatera Utara.

Ragam hias atau  ornamen “gorga”  terdiri dari beberapa jenis yaitu gorga sampur borna, gorga sipalang dan gorga sidomdom di robean. Gorga adalah ragam hias  yang dibuat dengan cara mengukir atau  dekorasi  memahat kayu (papan). Kemudian mencatnya dengan tiga  macam warna yaitu : merah (narara), hitam (nabirong) , dan putih (nabontar). Tiga macam warna ini disebut tiga bolit.

 

Warna merah melambangkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan yang berbuah kebijaksanaan. Warna putih melambangkan ketulusan dan kejujuran yang berbuah kesucian. Wama hitam melambangkan kerajaan dan kewibawaan yang berbuah kepemimpinan.

Sebelum orang Batak mengenal cat seperti sekarang, untuk mewarnai gorga mereka memakai “batu hula” untuk warna merah, untuk warna putih digunakan “tano buro” (sejenis tanah liat tapi berwana putih), dan untuk warna hitam didapat dengan mengambil minyak buah jarak yang dibakar sampai gosong. Sedangkan untuk perekatnya digunakan air taji dari jenis beras yang bernama Beras Siputo.

Sedangkan Gorga biasanya dibuat dengan bahan kayu yang lunak sehingga mudah diukir atau dipahat. Biasanya nenek-moyang orang Batak memilih kayu ungil atau juga disebut kayu ingul. Kayu Ungil ini mempunyai sifat tertentu yaitu antara lain tahan terhadap panasnya sinar matahari dan terpaan hujan alias tak mudah lapuk. Kayu Ungil ini biasanya juga dipakai untuk bahan-bahan pembuatan perahu di Danau Toba.

Dari cara pengerjaannya Gorga dibagi menjadi 2 jenis yaitu;
Pertama, Gorga Ukir yaitu Gorga yang dipahatkan dengan memakai alat pahat dan setelah siap dipahat baru diwarnai.

Kedua,  Gorga Dais yaitu Gorga yang dilukiskan dengan cat warna tiga bolit. Gorga dais ini merupakan pelengkap pada rumah adat Batak Toba. Yang terdapat pada bagian samping rumah, dan di bagian dalam.

Motif dan Filosofi  Gorga

Nenek moyang  mengambil motif, corak dan warna ragam his dari alam sekitarnya sesuai dengan apa yang dilihat dan dirasakannya. Kemudian dijadikan sumber ragam hias seperti motif yang berbentuk manusia, geometris, tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Sedangkan bentuk, corak dan warna ragam hias bertujuan untuk memperindah  rumah dan benda-benda tradisional lainnya. Pada dasarnya ragam hias sebagai perlambang sikap, keinginan dan lingkungan masyarakat pendukungnya.

 

Motif Gorga

Dilihat dari ragam hias, ornamen dan gambar-gambar yang  terdapat pada Gorga  mempunyai nama-nama dan makna serta filosofi tersendiri seperti;

Gorga Ipon-Ipon, terdapat dibahagian tepi dari Gorga;  ipon-ipon dalam Bahasa Indonesia adalah Gigi. Filosofinya , manusia tanpa gigi sangat kurang menarik, begitu juga ukiran Batak, tanpa adanya ipon-ipon sangat kurang keindahan dan keharmonisannya. Sedangkan Ipon-ipon  beraneka ragam, tergantung dari kemampuan para pengukir untuk menciptakannya. Biasanya Gorga ipon-ipon ini lebarnya antara dua sampai tiga sentimeter dipinggir papan dengan kata lain sebagai hiasan tepi yang cukup menarik.

Gorga Sitompi, Sitompi berasal dari kata tompi, salah satu perkakas Petani yang disangkutkan dileher kerbau pada waktu membajak sawah. Gorga Sitompi termasuk jenis yang indah di dalam kumpulan Gorga Batak. Disamping keindahannya, kemungkinan sipemilik rumah sengaja memesankannya kepada tukang ukir (Pande) mengingat akan jasa alat tersebut (Tompi) itu kepada kerbau dan kepada manusia.

 Gorga Simataniari (Matahari), gorga yang menggambarkan matahari, terdapat disudut kiri dan kanan rumah. Gorga ini diperbuat tukang ukir (Pande) mengingat jasa matahari yang menerangi dunia ini, karena matahari juga termasuk sumber segala kehidupan, tanpa matahari takkan ada yang dapat hidup.

Gorga Desa Naualu (Delapan Penjuru Mata Angin), Gorga ini menggambarkan gambar mata angin yang ditambah hiasan-hiasannya. Orang Batak dahulu sudah mengetahui/kenal dengan mata angin. Mata angin ini pun sudah mempunyai kaitan-kaitan erat dengan aktivitas-aktivitas ritual ataupun digunakan di dalam pembuatan perbintangan  seseorang atau sekeluarga. Sebagai pencerminan perasaan akan pentingnya mata angin pada suku Batak maka diperbuatlah dan diwujudkan dalam bentuk Gorga.

Gorga Si Marogung-ogung (Gong), pada zaman dahulu Ogung (gong) merupakan sesuatu benda yang sangat berharga. Ogung tidak ada dibuat di dalam negeri, kabarnya Ogung didatangkan dari India. Sedangkan pemakaiannya sangat diperlukan pada pesta-pesta adat dan bahkan kepada pemakaian pada upacara-upacara ritual, seperti untuk mengadakan Gondang Malim (Upacara kesucian). Dengan memiliki seperangkat Ogung pertanda bahwa keluarga tersebut merupakan keluarga terpandang. Sebagai kenangan akan kebesaran dan nilai Ogung itu sebagai gambaran atau keadaan pemilik rumah maka dibuatlah Gorga Marogung-ogung.

Gorga Singa Singa, di samping gorga, rumah Batak juga dilengkapi dengan ukiran lain yang dikenal sebagai singa-singa, suatu lambang yang mengartikan bahwa penghuni rumah harus sanggup mandiri dan menunjukkan identitasnya sebagai rnanusia berbudaya. Singa-singa berasal dari gambaran sihapor (belalang) yang diukir menjadi bentuk patung dan ditempatkan di sebelah depan rumah tersebut. Belalang tersebut ada dua jenis yaitu sihapor lunjung untuk singa-singa Ruma dan sihapor gurdong untuk rumah Sopo.

Dengan mendengar ataupun membaca perkataan Singa maka akan terlintas dalam hati dan pikiran kita akan perkataan: Raja Hutan, kuat, jago, kokoh, mampu, berwibawa. Tidak semua orang dapat mendirikan rumah Gorga disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor sosial ekonomi dan lain-lain. Orang yang mampu mendirikan rumah Gorga Batak jelaslah orang yang mampu dan berwibawa di kampungnya. Itulah sebabnya Gorga Singa dicantumkan di dalam kumpulan Gorga Batak

Gorga Jorgom, ada juga orang menyebutnya Gorga Jorgom atau ada pula menyebutnya Gorga Ulu Singa. Biasa ditempatkan di atas pintu masuk ke rumah, bentuknya mirip binatang dan manusia.

Gorga Boras Pati dan Adop Adop (Tetek), Boras Pati sejenis mahluk yang menyerupai kadal atau cicak. Boras Pati jarang kelihatan atau menampakkan diri, biasanya kalau Boras Pati sering nampak, itu menandakan tanam-tanaman menjadi subur dan panen berhasil baik yang menuju  hamoraon (kekayaan).

Gorga Boras Pati dikombinasikan dengan tetek (susu, tarus). Bagi orang Batak pandangan terhadap susu (tetek) mempunyai arti khusus dimana tetek yang besar dan deras airnya pertanda anaknya sehat dan banyak atau punya keturunan banyak (gabe). Jadi kombinasi Boras Pati susu (tetek) adalah perlambang Hagabeon, Hamoraon sebagai idaman orang Batak.

Gorga Jorngom atau Jenggar, Jorngom atau Jenggar mirip dengan hiasan-hiasan yang terdapat di candi. Jorngom atau Jenggar ini berbentuk raksasa yang biasa terdapat pada bagian tengah tomboman adop-adop dan haling gordang dan sanggup melawan segala jenis setan. Gorga Jorngom dan Jenggar ini merupakan symbol keamanan.

Gorga Boraspati (Cicak), Gorga boraspati, sering juga disebut bujonggir merupakan gambar cicak ekornya bercabang dua. Cicak tersebut sering memberikan tanda-tanda tertentu melalui tingkah laku dan suaranya yang bisa membantu manusia terhindar dari bahaya ataupun memperoleh kekayaan. Oleh karena itu, gora boraspati ini menjadi symbol pelindung manusia.    

Goga Adop-adop berate susu atau payudara yang melambangkan kesuburan dan kekayaan. Gorga adop-adop ini biasanya dirangkaikan dengan gorga boraspati dimana terdapat tempat payudara dikiri dan di kanan dari gorga boraspati tersebut.

Gorga adop-adop inipun dapat diangkaikan dengan gorga raja dompak. Rangkaian gorga tersebut menjadi lambing hamoraon, hagabeon dan hasangapon yang merupakan idaman setiap orang.

. Gorga  Gaja Dompak , Gorga gaya dompak ini berbentuk jenggar yang terletak di ujung dila paung. Gorga gaja dompak adalah symbol kebenaran bagi oran Batak yaitu hukum yang bersumber dan Debata Mulajadi Nabolon.

Gorga Dalihan Natolu, ini berbentuk jalinan sulur yang saling terikat. Hal ini melambankan falsafah Dalihan Natolu yang merupakan falsafah orang Batak dalam menjalin hubungan dengan sesame. Gorga Dalihan Natolu ini biaanya terdapat di dorpijolo (dinding depan).

Gorga Simeoleol, Simeleol berarti melenggak-lenggok, Gorga Simeleol ini berbentuk sulur yang terjalin dengan kesan melenggak-lenggok yang mengahsilkan keindahan. Gorga ini melambangkan kegembiraan dan berfungsi untuk menambah keindahan. Variasi lain dari gorga ini disebut Gorga Simeleol Marsiloan yang bentuknya tidak jauh berbeda hanya , karena motif yang berlawan (marsiolan).

Gorga Sitagan, tagan berarti kotak kecil untuk menyimpan sirih, rokok atau benda-benda kecil lainnya.Gorga Sitagan ini berbentuk simetris seperti tutup  kotak dan kotak yang ditup pada tagan tersebut. Gorga sitagan ini bermakna nasihat agar menghilangkan rasa sombong terutama ketika menerima tamu.

Gorda Sijonggi, Jonggi diartikan sebagai lambang kejantanan, keperkasaan. Gorga Sijonggi ini melambangkan keperkasaan yang harus dihormati.

Gorga Silintong, Silintong berarti pusaran air yang dianggap memiliki kesaktian. Gorga Silintong melambangkan kesaktian yang bisa melindungi manusia dan segala bala. Gorga Silintong ini biasanya terdapat di rumah orang-orang yang dianggap berilmu tinggi (datu, raja , guru dan lainnya).

Gorga Iran-iran, Iran adalah sejenis bahan perias muka manusia agar kelihatan lebih cantik. Gorga Iran-iran ini dianggap sebagai symbol kecantikan.

Gorga Hariara Sundung di Langit ini berbentuk seperti pohon hayat di Sumatera Selatan ataupun gunungan pada suku Jawa. Gorga Hariara Sundung di Langit ini merupakan ilustrasi penciptaan manusia sehingga manusia harus senantiasa mengingat PenciptaNya.

Gorga Hoda-hoda, ini berbentuk orang yang sedang mengendarai kuda (hoda).Gambar tersebut menggambarkan suasana pesta adat yang besar , yaitu mangaliat horbo (pesta besar). Gorga Hoda-hoda ini merupakan lambang kebesaran.

Gorga Ulu Paung, Ulu Paung terdapat di puncak rumah Gorga Batak. Gorga Ulu Paung merupakan hiasan raksasa setengah manusia dan setengah hewan, sering dijumpai dalam bentuk kepala manusia berbentuk kerbau. Gorga Ulu paung ini merupakan lambang keperkasaan untuk melindungi seisi rumah dari setan-setan. Di beberapa tempat, ulu paung ini masih dibuat dari kepala kerbau asli.

Gorga sebagai karya seni dan warisan budaya banyak mengandung nilai kearifan lokal yang  harus terus dijaga, ditumbuhkembangkan agar tetap lestari. Setidaknya bisa bermanfaat untuk mendongkrak kemakmuran masyarakat penekun dan pendukungnya  lewat gerakan ekonomi kreatif.

*) Christian Heru Cahyo Saputro, pegiat Heritage dari Jung Foundation, anggota Pan Sumatera Network kini bermukim di Semarang

Bagikan Artikel Ini
img-content
Christian Saputro (Christian Heru Cahyo Saputro)

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Travel

img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Travel

Lihat semua