Analisa Hubungan Media Sosial dan Media Arus Utama
Dengan adanya sosial media, media arus utama menjadi mudah dalam mencari bahan berita. Video yang viral dan beredar di sosial media, biasanya kemudian dikemas secara profesional oleh media arus utama. Seperti pada kasus video penganiayaan terhadap David yang beredar di akun Tiktok, secara tidak langsung menjadi alat mencari bahan berita.
Jurnalis menggunakan media sosial sebagai alat profesional, untuk menilai tren berita teratas, untuk mendapatkan sumber, meneliti cerita, menyampaikan berita online, dan mendapatkan umpan balik. Cerita tersebar di Facebook, Twitter, dan Youtube dan menemukan jalan mereka ke media arus utama.
Pertumbuhan media sosial di Indonesia sangat fenomenal dalam beberapa tahun terakhir seperti terlihat pada data di atas. Orang semakin beralih ke media sosial untuk mendapatkan berita. Oleh karena itu, jurnalis menghadapi tantangan menyesuaikan diri dengan perubahan pola konsumsi berita pada masyarakat. Jurnalis harus belajar menggunakan media sosial untuk mengikuti perkembangan bentuk jurnalisme.
Jurnalis menghadapi masalah mulai dari berita yang terjadi di media sosial terlebih dahulu, memverifikasi keakuratan cerita di media sosial, memeriksa kredibilitas sumber, menggunakan media sosial sebagai sumber berita. Media sosial telah menjadi sumber berita bagi Wartawan, Wartawan berbagi cerita mereka berpendapat lebih bebas di media sosial daripada di media arus utama.
Wartawan juga dapat memperoleh umpan balik instan dari pembaca, kecepatan di mana Jurnalis mulai menggunakan alat media sosial seperti Twitter, Blog, dan Facebook contoh blog seperti Indonesiana dan Kompasiana.
Media sosial memiliki karakteristik terkait penyampaian informasi yang lebih cepat dibandingkan media lainnya, kekuatan yang pada media sosial inilah yang sesuai sebagai media alternatif penyebaran informasi.
Ikuti tulisan menarik Muhammad Agung Putra Alamsyah lainnya di sini.