Kata Mutiara Shams Tabrizi Tentang Perjalanan Hati
Minggu, 5 Maret 2023 14:38 WIBKita semua pasti ingin menjadi orang baik agar kehidupan kita bahagia di dunia dan di akherat. Bagaimana caranya? Shams Tabrizi memiliki kata mutiara yang sangat mencerahkan. Sila baca terus.
Bambang Udoyono
Beberapa tahun lalu saya menonton video berita tentan seorang penjahat yang dihukum mati. Ada dua orang yang menyaksikan hukuman itu dan mengatakan bahwa ada bau wangi dalam eksekusi itu. Mereka mengatakan tanda yang mirip dengan cerita kematian orang yang syahid.
Mungkin Anda pernah melihat sendiri perjalanan hidup orang yang mengalami perubahan drastis. Awalnya kehidupannya ruwet. Dia menjalani profesi yang melanggar hukum agama dan negara. Tapi suatu saat dia berubah menjadi sangat relijius. Kemudian di akhir hidupnya dia sudah menjalani kehidupan yang baik.
Menurut Shams Tabrizi apa yang sebenanrnya terjadi adalah perjalanan hati, bukan perjalanan pikiran. Hatinya yang semula gelap menjadi terang. Hatinya berjalan menuju kondisi yang ideal sehingga dia mampu menangkap hidayah dari Allah. Perjalanan spiritual manusia sejatinya adalah perjalanan hati, bukan perjalanan pikiran.
Shams Tabrizi mungkin agak kurang terkenal daripada Maulana Jalaludin Rumi. Meskipun dia sebenarnya adalah guru dari Rumi. Mereka berdua hidup di Turki di abad ke tigabelas Masehi. Rumi lama berguru kepada Shams Tabrizi. Maka ketinggian ilmu Shams Tabrizi sudah tidak diragukan lagi.
Berikut ini kutipan dari kata kata Mutiara Shams Tabrizi. The Path to the Truth is the labour of the heart, not of the head. Make your heart your primary guide! Not your mind. Meet, challenge and ultimately prevail over your nafs with your heart. Knowing your ego will lead you to the knowledge of God. (Shams Tabrizi)
Jalan menuju kebenaran adalah perjalanan hati, bukan pikiran. Jadikanlah hatimu sebagai pemandu utama. Bukan pikiranmu. Temui, tantang dan akhirnya kuasai nafsumu dengan hatimu. Mengetahui egomu akan memandumu menuju ke pengenalan Tuhan.
Pandangan Shams Tabrizi ini ada benarnya. Coba saja lihat di negeri Barat banyak orang berprofesi sebagai peneliti Islam. Mereka meneliti dnegan bebrekal ilmu akal. Ada yang memakai pendekatan sososiologi. Mereka melakukan kajian kajian atas realitas sosial. Hasilnya setumpuk artikel dan buku. Kadang kajian tersebut menjadi landasan policy buat pengambil keputusan. Ada juga yang memakai pendekatan teologis. Mereka menguasai Bahasa Arab. Mereka melakukan kajian kepada teks Al Qur’an. Tapi mereka tetap saja sekuler. Mereka tidak mendapat hidayah.
Itulah bukti bahwa yang terjadi pada mereka, yaitu kemajuan intelektual, tidak membuat mereka mendapat hidayah. Itu juga membuktikan bahwa kepiawian intelektual saja tidak cukup untuk mendapatkan hidayah dari Allah.
Kesiapan hati lebih dibutuhkan untuk mengapai hidayah dari Allah. Manakala hati sudah siap maka hidayah akan masuk dan mencerahkannya. Sejatinya hidayah itu ibarat matahari. Ia menyinari semua permukaan bumi. Tapi orang yang tertutup pepohonon atau atap tidak kena sinarnya langsung. Demikian juga hidayah. Sejatinya hidayah itu untuk semua orang. Tapi mereka yang menutup hatinya maka tidak akan mendapatkannya.
Jadi mari bersihkan hati dari ego dan nafsu. Kalau hati sudah bersih maka hidayah akan leluasa masuk dan menyinari. Hati yang tercerahkan oleh hidayah akan sehat. itulah hati nurani. Akibatnya pemilik hati akan melihat jalan yang benar.
Shams Tabrizi benar bahwa perjalanan menuju ke jalan yang benar adalah perjalanan hati. Dibutuhkan pekerjaan membersihkan hati, bukan sekedar berpikir saja. Idealnya tentu saja kombinasi antara olah pikir dengan olah hati. Monggo mengolah keduanya agar kita semangkin tercerahkan mejnadi hati nurani sehingga bisa lewat jalan yang benar menuju kehidupan sejati di alam akherat.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler