x

Pengagum karya Tuhan yang Maha Agung.

Iklan

Yulianus Degei

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 17 November 2021

Rabu, 22 Maret 2023 10:29 WIB

Tuhan Maha Karya yang Agung

Cerpen ini sebagai syukur atas karya alam semesta yang Tuhan ciptakan bagi umat Manusia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada suatu sore, aku sedang duduk di teras belakang rumah sambil termenung memandang ke alam sekitar. Betapa agungnya ciptaan Tuhan. Aku selalu dibuat terkagum-kagum oleh semua ciptaan Tuhan. Betapa indah semua yang telah Tuhan ciptakan di bumi dan di langit. Tanpa sadar air mata bangga jatuh membasahi pipi, melihat alam yang indah dan terbentang luas ini. Aku sangat bersyukur dengan semua rahmat yang Tuhan berikan ini.

Setelah beberapa jam kemudian, aku dikagetkan dengan panggilan istriku.

“Bapa Ignas,” istriku memanggil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Iya Ma, ada apa?” Jawabku.

“Mama mau minta tolong ini,” jawab istriku.

“Mau minta tolong apa Ma?” tanyaku balik.

“Kesediaan beras kita habis, ini saya ada lima puluh ribu jadi Bapa pergi beli anceran beras dulu,” jawab istriku.

“Oh iya Ma, aku lupa. Aku juga ada lima puluh ribuh untuk tambah-tambah jadi sekarang juga saya pergi beli.” Jawabku sambil berdiri.

“Lima puluh ribu saja sudah cukup bagi keluarga kecil kita untuk tiga malam kedepan jadi bapa punya uang itu beli rokok saja, nanti bapa pusing kalau tidak isap rokok,” jawab istriku polos.

“Terima kasih Ma, selalu mau mengerti saya dan selalu mau bersabar dengan kekurangan saya,” jawabku sambil memandang wajah istriku.

“Iya sama-sama. Sudah pergi beli beras sana, nanti Ignas menangis karena lapar, cepat sana,” jawa istriku.

Aku, istri dan anakku, kami hidup sangat kekurangan, tapi saya sangat bahagia sekali karena istri saya tidak pernah mengeluh kekurang saya. Kami selalu bersyukur dengan keadaan kami, walau kadang makan dan kadang tidak makan.

“ Siap laksanakan. Ignas, bapa pergi sebentar jadi jaga mama ya,” kataku sambil beranjak pergi.

Akupun bergegas pergi mengeluarkan motor dan pergi menuju Alfamart yang berada tak jauh dari rumah. Angin yang bertiup sedikit mendinginkan tubuh dan membuat aku semangat. Tak lama kemudian aku pun sampai.

Setelah beli beras 5 kg dan rokok troy 1 bungkus, saya pun berbelik pulang ke rumah.

Tak lama kemudian, suara gemeruh yang sangat keras terdengar dari langit. Awanpun seketika berubah menjadi hitam, dan cerah menjadi gelep. Ketika mendengar suara itu, aku terdiam sejenak dan melihat cerah langit, akupun mulai terpaku kembali dengan kebesaran Tuhan yang Maha Esa, seketika aku tersentak dan merasa sedikit kaget melihat beras di tangan kananku.

“Oh iya, beras di rumah kan habis, anak dan istriku akan kelaparan kalau aku lama-lama,” pikirku sambil membunyikan motor.

Akupun membunyikan motor dan dengan balap menuju ke rumah, cuaca yang mulai mendung dan runtuhan hujan seakan-akan mengejarku.

“Ignas, mama Ignas, ayah pulang,” aku menyapa sesampainya di rumah.

“Wa…wa….., ayahmu pulang,” kata istriku sambil membaringkan bayi yang berumur 8 bulan itu ditempat tidur.

Setelah istriku mengambil beras dari tangan kananku, aku mengangkat anakku dan kembali ke teras belakang rumah. Setelah duduk di teras sambil melihat air hujan yang turun dari langit yang sangat teratur dan rapi, istriku datang membawa secangkir kopi dan menaruh disampingku. Aku tersipu kagum dengan istriku, dia begitu kuat, rajin, dan menghormatiku. Dia tak pernah mengeluh dengan kekuranganku, dan dia selalu bahagia dalam keadaan apapun.

Akupun kembali melancarkan pandangan ke sekelilingku, sungguh indah karya Tuhan. Seketika hujanpun berhenti dengan cepat. Akupun mengangkat anakku dan turun dari teras sambil menatap sekitarku yang telah basah oleh siraman air hujan. Cahaya mataharipun keluar dengan malu-malu dan melukis warna-warni dilangit dengan sangat teratur, “Itu Pelangi,” kataku kepada anakku sambil menunjuk Pelangi yang terlukis di langit, akupun semakin terpaku.

     “Ya Tuhan sungguh indah Karya-Mu di bumi dan di langit. Betapa besar kekuasaan-Mu Tuhan. Aku bersyukur bisa dilahirkan seperti ini yang masih bisa menjadi saksi kebesaran-Mu Tuhan. Terima kasih atas kemegahan alam ini.” batinku berkata dengan sangat bahagia.

 

Ikuti tulisan menarik Yulianus Degei lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler