x

Pemkab Serang Komitmen Turunkan Angka Kasus Stunting

Iklan

dudi safari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 Februari 2023

Sabtu, 1 April 2023 16:11 WIB

Stunting pada Anak Benarkah Penanda Masa Depan Suram

Stunting merupakan masalah yang pelik bagi negara-negara berkembang tak terkecuali negara kita Indonesia yang menempati urutan ke-6 dari 149 negara.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Stunting atau keterlambatan pertumbuhan pada anak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Stunting terjadi ketika anak mengalami gangguan pertumbuhan secara fisik dan kognitif karena kekurangan gizi dalam jangka waktu yang panjang. Stunting umumnya terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan dapat mempengaruhi kualitas hidup anak hingga dewasa.

Penyebab Stunting

Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1. Kekurangan gizi, yaitu kekurangan asupan makanan yang mengandung protein, zat besi, vitamin A, dan iodine.

2. Infeksi berulang, misalnya infeksi saluran pernapasan atas atau diare kronis. Infeksi berulang dapat mengganggu penyerapan nutrisi dalam tubuh anak.

3. Faktor sosial ekonomi, yaitu kurangnya akses terhadap fasilitas kesehatan, air bersih, sanitasi yang baik, dan pendidikan.

Stunting dapat memberikan dampak yang serius pada kesehatan anak, antara lain:

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak, yang dapat menyebabkan anak mengalami keterlambatan dalam belajar dan berkembang secara kognitif.

2. Risiko lebih tinggi terkena penyakit infeksi, karena sistem imun anak yang lebih lemah.

3. Risiko lebih tinggi terkena penyakit tidak menular di masa dewasa, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

4. Menurunkan produktivitas dan daya saing di masa dewasa, karena anak yang mengalami stunting memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah.

Stunting dapat dicegah dengan cara-cara berikut:

1. Memberikan asupan makanan yang seimbang dan cukup nutrisi. Anak perlu mendapatkan asupan protein, zat besi, vitamin A, dan iodine yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otak.

2. Menjaga kebersihan lingkungan, seperti sanitasi yang baik dan akses terhadap air bersih. Lingkungan yang bersih dapat membantu mencegah infeksi yang berulang pada anak.

3. Menyediakan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang baik. Anak yang memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan dan pendidikan yang baik memiliki peluang yang lebih besar untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

4. Memberikan dukungan yang cukup dari orang tua dan masyarakat. Orang tua dan masyarakat dapat memberikan dukungan dalam bentuk edukasi tentang pola makan yang sehat dan lingkungan yang bersih.

5. Memantau pertumbuhan anak secara teratur. Penting untuk memantau pertumbuhan anak secara teratur agar dapat mendeteksi stunting sejak dini dan mengambil tindakan yang tepat.

Ada beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan apakah seorang anak mengalami stunting atau tidak. Berikut adalah parameter-parameter tersebut:

1. Tinggi badan: Anak yang memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar yang diharapkan untuk usianya dapat dianggap mengalami stunting.

2. Berat badan: Anak yang memiliki berat badan lebih rendah dari standar yang diharapkan untuk usianya dapat dianggap mengalami stunting.

3. Indeks massa tubuh (IMT): IMT adalah perbandingan antara berat badan dan tinggi badan anak. Anak yang memiliki IMT lebih rendah dari standar yang diharapkan untuk usianya dapat dianggap mengalami stunting.

4. Lingkar lengan atas (LLA): LLA digunakan untuk menentukan status gizi anak. Anak yang memiliki LLA lebih kecil dari standar yang diharapkan untuk usianya dapat dianggap mengalami stunting.

Dalam praktiknya, parameter yang paling sering digunakan untuk menentukan apakah seorang anak mengalami stunting atau tidak adalah tinggi badan. Anak yang memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar yang diharapkan untuk usianya dapat dianggap mengalami stunting.

Namun semua penilaian tersebut dirasa terlalu subjektif, karena setiap anak memiliki faktor genetik yang berbeda-beda yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Tinggi badan dan berat badan standar yang digunakan untuk menentukan apakah seorang anak mengalami stunting biasanya didasarkan pada data rata-rata anak pada populasi tertentu dan tidak dapat sepenuhnya mewakili variasi genetik individu.

Namun demikian, meskipun seorang anak turunan orang tua berbadan pendek dapat memiliki tinggi badan yang lebih rendah dari standar, bukan berarti dia otomatis mengalami stunting.

Evaluasi Holistik

Diagnosis stunting seharusnya didasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan individu anak secara keseluruhan dan juga mempertimbangkan faktor genetiknya. Oleh karena itu, untuk menentukan apakah seorang anak mengalami stunting atau tidak, sebaiknya dilakukan evaluasi yang holistik dan tidak hanya didasarkan pada parameter tunggal seperti tinggi badan atau berat badan saja.

Evaluasi holistik adalah suatu pendekatan yang mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk faktor lingkungan, sosial, psikologis, dan kesehatan, serta faktor genetik yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak. Dalam konteks stunting, evaluasi holistik dapat mencakup penilaian tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, indeks massa tubuh, asupan nutrisi, kesehatan umum, kondisi sanitasi dan lingkungan rumah, serta faktor-faktor sosial seperti pendidikan dan kemiskinan.

Dengan melakukan evaluasi holistik, seorang dokter atau tenaga kesehatan dapat memahami kondisi kesehatan anak secara keseluruhan dan mempertimbangkan semua faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini penting untuk menentukan apakah seorang anak mengalami stunting atau tidak, dan juga untuk merencanakan intervensi yang tepat dan efektif guna mengatasi stunting atau mencegah terjadinya stunting pada anak di masa depan.

Evaluasi holistik juga dapat membantu memahami kondisi kesehatan anak dalam konteks yang lebih luas, sehingga dapat membantu dokter dan tenaga kesehatan memberikan perawatan yang lebih efektif dan terkoordinasi bagi anak. Ada beberapa alat yang digunakan untuk memeriksa stunting pada anak.

Beberapa alat yang umum untuk memeriksa stunting: Alat pengukur tinggi badan, alat pengukur berat badan, alat pengukur lingkar lengan atas (LLA) dan alat pengukur indeks massa tubuh (IMT).

Selain alat pengukur fisik, dokter atau tenaga kesehatan juga dapat menggunakan kuesioner atau wawancara dengan orang tua atau pengasuh anak untuk mengetahui kondisi kesehatan anak secara keseluruhan, termasuk faktor-faktor lingkungan dan sosial yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Anak Penyandang Stunting dan Masa Depan Akademiknya

Stunting memang dapat memengaruhi pencapaian akademik anak di masa depan, terutama dalam hal kemampuan kognitif dan akademik. Stunting dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, yang dapat memengaruhi kemampuan anak dalam hal konsentrasi, daya ingat, dan keterampilan belajar. Selain itu, stunting juga dapat memengaruhi kesehatan mental dan psikososial anak.

Namun, kemampuan kognitif dan intelektual anak tidak sepenuhnya bergantung pada pertumbuhan tubuh dan tinggi badan saja.

Anak-anak dengan stunting masih dapat memiliki kemampuan kognitif yang normal atau bahkan di atas rata-rata, terutama jika mereka mendapat rangsangan dan dukungan yang baik dari lingkungan sekitarnya, seperti keluarga dan sekolah.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti stimulasi kognitif dan emosional, dukungan orang tua, interaksi sosial yang positif, dan akses terhadap pendidikan yang baik dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan prestasi akademik anak-anak dengan stunting.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan dukungan dan rangsangan yang optimal untuk anak-anak dengan stunting agar mereka dapat berkembang dengan baik dalam segala aspek kehidupan, termasuk kemampuan akademik.

Di Indonesia masih menempati peringkat tinggi dalam hal prevalensi stunting di dunia. Menurut laporan terbaru dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia, prevalensi stunting pada anak di Indonesia masih mencapai 27,7% pada tahun 2020. Meskipun angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun tetap saja tinggi dibandingkan negara-negara lain di dunia.

Menurut laporan Global Nutrition Report 2020, Indonesia menempati peringkat ke-6 dari 149 negara yang disurvei dalam hal jumlah anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami stunting. Ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki tantangan besar dalam mengatasi masalah stunting di negara ini.

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah stunting, seperti program pemberian makanan tambahan bagi anak-anak dan ibu hamil, kampanye gizi, dan penyediaan akses ke layanan kesehatan yang lebih baik.

Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah stunting di Indonesia dan memastikan bahwa anak-anak di negara ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Stunting adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius. Stunting dapat dicegah dengan memberikan asupan makanan yang seimbang dan cukup nutrisi, menjaga kebersihan lingkungan serta memantau pertumbuhan anak secara teratur.

 

Ikuti tulisan menarik dudi safari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu