x

Mahasiswa/i pertukaran pelajar asal Jepang sedang berfoto di gedung Pusat Studi Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjajaran.

Iklan

Diva Diandra

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Sabtu, 8 April 2023 15:59 WIB

Kanreki: Upacara Kelahiran Kembali bagi Lansia di Jepang

Salah satu tradisi yang dilakukan Jepang adalah merayakan ulang tahun ke-60 yang menarik untuk dibahas yaitu kanreki.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Umur manusia sangat singkat sehingga sebagian besar masyarakat dunia memutuskan untuk merayakan tanggal kelahirannya setiap tahun melalui acara ulang tahun. Sama dengan Indonesia, sebagai negara yang berada di benua Asia, Jepang memiliki banyak tradisi kebudayaan yang dilakukan secara turun menurun. Beberapa tradisi tersebut bertujuan untuk berbagai hal seperti menyambut kelahiran anak, kematian, memberkati rumah, dan lain-lain. Salah satu tradisi merayakan ulang tahun ke-60 yang menarik untuk dibahas adalah kanreki.
Kanreki adalah tradisi ulang tahun ke-60 lansia di Jepang yang terinspirasi dari tradisi China yaitu Jiazi (天干) yang dikenalkan pada zaman Nara. Sebenarnya di China, kanreki hanya untuk kalangan atas dan cenderung jarang dirayakan. Kanreki juga dilakukan di Korea dengan sebutan Hwangap (환갑). Kanreki berasal dari kata kan yang memiliki arti siklus dan reki yang memiliki arti kalender. Kanreki dapat diartikan sebagai perayaan siklus kalender kedua atau lahir kembali. Seseorang dikatakan terlahir kembali setelah menyelesaikan lima siklus Jikkan Junishi, atau 60 tahun, dan itulah mengapa hari raya kanreki dirayakan.
 
Acara perayaan ini akan berbentuk perjamuan makan malam, dengan sang peraya duduk di atas bantal merah yang dikenal sebagai zabuton (座布団). Lansia yang memperingati kanreki biasanya akan mengenakan pakaian berwarna merah sebagai aka-chan. Aka-chan(赤ちゃん), lebih sering digunakan untuk menyebut bayi yang baru lahir, secara harfiah berarti "yang merah". Pakaian tradisional ini berwarna merah tua dan terdiri dari chanchanko (ちゃんちゃんこ ) yaitu rompi tanpa lengan berwarna merah dan eboushi yaitu topi bouffant merah. Kadang -kadang kipas berwarna merah juga digunakan sebagai bagian dari pakaian mereka. Alasan penggunaan warna merah karena aka-chan yang memiliki makna bayi menyimbolkan bahwa lansia yang merayakan kanreki mengalami lahir kembali. Selain itu, warna merah tua dianggap sebagai penangkal roh jahat dan dikaitkan dengan keberuntungan dan kekayaan.
 
Setiap makanan yang disajikan dalam perayaan kanreki memiliki makna tersendiri. Kasane mochi, hidangan ini memiliki kue beras raksasa berwarna putih dan merah muda. Bagian bawah melambangkan masa lalu dan kue beras yang lebih kecil di atasnya melambangkan masa depan. Jeruk melambangkan umur panjang dari generasi ke generasi. Sekihan, atau nasi kacang merah, sering disajikan selama perayaan, dikatakan membawa keberuntungan dan menjauhkan dari hal buruk. Menariknya, sekihan adalah makanan yang secara tradisional disajikan untuk merayakan momen penting dalam pertumbuhan seorang anak, seperti obi-iwai, sebuah ritual yang dilakukan pada bulan kelima kehamilan untuk mengharapkan kelahiran yang sehat.
 
Tai, atau ikan laut merah melambangkan perayaan dan kebahagiaan. Tai berasal dari kata medetai, yang merupakan kata dalam bahasa Jepang yang berarti "merayakan". Ikan ini dapat diganti dengan ahi (tuna ekor kuning) atau aku (ikan cakalang). Terkadang udang dan lobster juga disajikan karena bentuknya yang melengkung dianggap melambangkan umur yang panjang. Seperti kebiasaan di banyak negara, kue ulang tahun disediakan, tetapi aspek yang paling penting adalah ornamen kue kanreki yaitu burung bangau putih dan kura-kura merah. Burung bangau putih dipercaya hidup selama 100 tahun melambangkan kemuliaan dan umur yang panjang. Sedangkan, kura-kura merah dipercaya dapat hidup selama 10.000 tahun melambangkan daya tahan dan panjang umur.
 
Kanreki sering kali menampilkan dekorasi bambu dan pinus. Bambu dianggap sebagai bahan yang fleksibel namun kokoh sehingga melambangkan keuletan dan ketahanan. Pinus adalah simbol keabadian dan kekuatan dalam budaya Jepang, yang mendukung gagasan bahwa orang yang berulang tahun akan menikmati hidup yang panjang dan sehat. Kado yang dibawakan untuk lansia yang merayakan harus berwarna merah. Setiap tamu yang menghadiri perayaan kanreki akan diberikan hadiah kenang-kenangan karena memberi hadiah di Jepang dianggap sebagai membalas budi. Keluarga penerima akan selalu menyimpan catatan tentang semua yang mereka dapatkan dan akan menghargai setiap hadiah yang diberikan.
 
Namun kini perayaan kanreki jarang dilakukan karena etos kerja Jepang yang semakin meningkat dan merayakan kanreki secara tradisional dianggap pensiun. Harapan hidup Jepang juga telah meningkat sehingga melewati usia tujuh puluh tahun sudah dianggap hal yang seharusnya terjadi. Selain itu, kanreki dianggap sebagai momen penyerahan kuasa atas keluarga ke keturunan selanjutnya untuk dapat mewujudkan mimpinya yang baru. Beberapa dari mereka menanggap di umur 60 tahun bukan usia yang tepat untuk melimpahkan tanggup jawab ke generasi berikutnya.

Ikuti tulisan menarik Diva Diandra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu