x

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Kamis, 13 April 2023 07:15 WIB

Menebak Penulis Kekawin Ramayana

Siapakah penulis Kekawin Ramayana? Sila ikuti terus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Bambang Udoyono

Anda pasti tahu kan cerita Ramayana?  Cerita itu berasal dari India.  Di abad ke sembilan atau sebelumnya ia sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Jawa kuno.  Penerjemah ini membuat saya penasaran.  Siapakah dia?  Apakah kita bisa menebak jati dirinya?

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebelum mengotak atik jati dirinya mari kita simak dulu fragmen cerita Ramayana di Candi Prambanan.     

Ringkasan cerita Ramayana di Prambanan

Di Candi Siwa di kompleks Candi Prambanan ada kisah Ramayana.  Cerita itu dipahatkan di dinding candi.  Cerita dimulai persis di sebelah gerbang timur, berkeliling searah jarum jam dan berakhir di gerbang yang sama. 

 

Cerita itu dawali dengan masa muda Rama.  Saat itu dia masih menjadi seorang pangeran.  Di relief itu digambarkan saat Rama muda membantu mengatasi masalah keamanan di sebuah pertapaan yang diganggu para raksasa.  Dengan senjata panah dia berhasil mengalahkan para perusuh.

 

Di sisi selatan Candi Siwa ada serangkaian relief yang melukiskan adegan pernikahannya.  Rama ikut sayembara memanah di sebuah negeri.  Dia memenangi sayembara itu dan lantas dinikahkan dengan putri raja yang Bernama Sinta.  Dalam logat Jawa diucapkan Sinto, bukan Sita.

 

Dalam relief tersebut ada gambaran upacara pernikahan dengan tarian dan musik.  Setelah itu relief berikutnya melukiskan adegan Ketika Rama pergi meninggalkan istana Bersama Sinta.  Seorang adiknya yang bernama Lesmono dalam logat Jawa, mengawalnya.    

 

Panel berikutnya menggambarkan Rama dan Sinta di dalam hutan bertemu dengan seekor kijang kencana (emas).  Sinta meminta Rama menangkapnya.  Rama menyanggupi. Dia kejar kijang emas itu dan meminta Lesmono menjaga Sinta. Tapi dia gagal.  Rama lalu memutuskan memanahnya.  Bidikan Rama tepat.  Anak panahnya mengenai si kijang.  Sebelum mati si kijang berteriak keras lalu berubah wujud menjadi seorang raksasa.

 

Mendengar teriakan itu, Sinta  meminta Lesmono mencari kakaknya.  Sebelum pergi Lesmono membuat garis di tanah yang mengelilingi Sinta.  Dia berpesan jangan sekali sekali keluar dari garis tersebut. 

 

Tidak lama kemudian datang seorang pengemis tua yang meminta sedekah. Ketika mendekat si pengemis terjengkang karena terkena kekuatan sakti garis Lesmono.  Sinta yang merasa kasihan lalu melangkah keluar garis. Si pengemis tua lantas berubah menjadi Rahwana raja raksasa Alengka. Dia kemudian membawa Sinta terbang ke Alengka.

 

Di sisi barat ada gambaran di relief ketika Rahwana alias Dosomuko membaw Sinta terbang.  Tapi kemudian ada seekor Garuda yang mencoba menolong Sinta.  Sayang si garuda dikalahkan oleh Rahwana.

 

Adegan berikutnya adalah persiapan militer oleh Rama.  Ada adegan ketika dia membantu Sugriwo mengalahkan Subali untuk menjadi raja monyet. Atas jasanya itu Sugriwo membantu Rama menyerang Alengka untuk merebut kembali Sinta.

 

Adegan di relief sisi utara tidka kalah menarik.  Sebelum perang Rama mengutus seekor kera putih bernama Anoman untuk menjadi mata mata. Anoman pergi ke Alengka. Dia berhasil masuk kraton dan menemui Sinta.  Dia beritakan bahwa pasukan Rama akan menyerang.  Tapi dia ketahuan oleh tentara Alengka lalu ditangkap.  Anoman dihukum mati dengan dibakar.  Untunglah dia berhasil melarikan diri sembari menyebarkan api di istana Alengka.

 

Adegan berikutnya melukiskan pertemuannya dengan Rama untuk melapor. Di sisi timur, di sebelah gerbang ada adegan Rama tambak.  Inilah adegan Ketika Rama dengan pasukan monyetnya membangun tambak alias jembatan batu untuk melintasi selat antara India dengan Alengka. Pasukan monyet kemudian menuju ke Alengka.

 

Itulah kisah Ramayana yang terpahat di dinding Candi Siwa di kompleks candi Prambanan.  Candi Prambanan dibangun di abad ke sembilan.  Artinya sebelum candi tersebut dibangun kisah Ramayana pasti sudah diterjemahkan dulu dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Jawa kuno.  Sekarang kita masih memiliki terjemahannya yaitu Kekawin Ramayana.  Kekawin tersebut kemudian ditulis lagi ke dalam Bahasa Jawa modern di abad ke tujuhbelas oleh Yosodipuro.

 

Ada sebuah suluk (narasi) yang sering dilantunkan oleh para dalang wayang kulit sampai sekarang.  Kabarnya suluk ini berasal dari Kekawin Ramayana. Demikian bunyinya.

Yoning yoning talogo kadi langit

Mambang tepas wulan upamanira

Lintang kusumo yono sumawur     

Artinya air bening telaga seperti langit,  kura kura mengambang seperti bulan,  kembang yang tersebar di air seperti bintang.

Jati diri penulis Kekawin Ramayana

Menyimak suluk (narasi) seperti di atas itu saya menjadi penasaran tentang penulis atau penerjemah kisah Ramayana.  Gambaran seorang penulis pasti mencerminkan dunianya.  Ketika dia memakai telaga atau danau untuk melukiskan maka perkiraan saya dia tinggal tidak jauh dari telaga.  Mestinya dia sering menikmati keindahan sebuah telaga yang dia hayati betul. 

 

Di abad Sembilan itu pusat kekuasaan Mataram kuno ada di daerah sekitar Magelang dan Yogyakarta.  Maka saya perkirakan si penulis tinggal tidak jauh dari pusat kekuasaan.  Danau terbesar di Kawasan itu adalah Rawa Pening di Ambarawa.  Jadi saya menduga kemungkinan besar si penulis tinggal di sekitar Rawa Pening.

Penutup

Itulah perkiraan saya berdasar narasi suluk kuno dan peninggalan sejarah Mataram kuno.  Karena minimya bukti fisik yang ditemukan maka sangat sulit memnentukan jati diri sang penulis dengan akurat.  Namanya juga masih belum jelas. Ada perkiraan Namanya Yogiswara. Tapi pakar lain mengatakan itu bukan nama.  Itu artinya pendeta.  Jadi maksimal kita hanya bisa tahu perkiraan tempat tinggal berdasar karyanya tadi.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler