x

sumber : USA TODAY

Iklan

Arirahmah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 April 2023

Jumat, 14 April 2023 06:52 WIB

Wajah Industri Pertelevisian Indonesia di Tengah Gempuran Digitalisasi dan Konvergensi Media Baru

Seiring perkembangan zaman, tak dapat dipungkiri bahwa kualitas tayangan yang disajikan televisi terus mengalami penurunan. Sejalan dengan itu, ketertarikan masyarakat terhadap tontonan televisi konvensional kian menurun juga. Sebenarnya apa yang terjadi pada industri pertelevisian saat ini?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dewasa ini perbincangan terkait kemunduran kualitas penayangan di televisi sudah menjadi hal yang lumrah. Berkurangnya antusiasme masyarakat terhadap televisi konvensional erat kaitannya dengan maraknya program unfaedah. Saat ini, industri pertelevisian seolah hanya berlomba-lomba mengejar rating tinggi tanpa memikirkan kualitas tontonan yang ditayangkan dan dampaknya bagi masyarakat luas. 

Perkembangan televisi di Indonesia telah dimulai sejak lebih dari setengah abad yang lalu. Hal ini tentu menjadi nilai tambah dan menjadi alasan yang kuat kenapa industri pertelevisian masih bertahan hingga saat ini. Mirisnya, keberadaan televisi saat ini tidak lagi diiringi oleh kebermanfaatan tayangan yang dihadirkan. 

Pada awal kemunculannya, televisi berfungsi sebagai sarana penyampaian informasi-informasi penting yang menjangkau hingga pelosok negeri. Keadaan ini berbanding terbalik dengan realitas saat ini, tayangan televisi dewasa ini marak diisi oleh program-program unfaedah. Kerap kali kita dengar berbagai program televisi mendapatkan kritik. Salah satu program tayangan televisi yang mendapatkan kritik keras adalah sinetron Dari Jendela SMP yang ditayangkan di SCTV. Sinetron ini menyajikan alur cerita yang tidak masuk akal, dialog tak pantas yang sama sekali tidak memberikan edukasi bagi penonton.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sinetron ini juga di kritik habis-habisan karena  salah satu adegannya diduga menjiplak serial drama Netflix yakni Squid Game. Tayangan-tayangan semacam ini tentu membuat antusiasme masyarakat terhadap tayangan televisi konvensional kian menurun dari hari ke hari. 

Terdapat pula aspek lain yang menyebabkan meredupnya eksistensi industri pertelevisian di tengah masyarakat. Fenomena digitalisasi dan konvergensi media baru adalah penyebabnya. Bak air sungai yang terus mengalir, teknologi digital berkembang begitu pesat. Ponsel yang awalnya hanya digunakan sebagai sarana bertukar kabar melalui telepon dan SMS, kini hadir menjadi teman akrab yang tidak terpisahkan dari segala aspek kehidupan masyarakat. 

Saat ini, ponsel menyediakan berbagai macam platform online yang dapat menunjang kebutuhan masyarakat. Kemudahan akses dan keefektifan ponsel berhasil memenangkan hati masyarakat. Platform media online seperti media streaming, media sosial hingga media berita online menjadi program unggulan. Masyarakat tentu lebih tertarik menggunakan ponselnya masing-masing dikarenakan akses yang mudah dan pemilihan tontonan dapat disesuaikan dengan selera dan keinginan masyarakat. Berbanding terbalik dengan televisi yang tayangannya tidak dapat disesuaikan dengan kemauan kita. 

Tayangan pertelevisian Indonesia sebenarnya kian beragam. Tayangan yang disediakan tidak sepenuhnya berdampak negatif, namun memang belakangan ini dunia pertelevisian Indonesia dominan dipenuhi oleh tayangan-tayangan diluar nalar dan tidak berbobot. Sebagai masyarakat, memperbaiki kualitas pertelevisian juga merupakan tugas kita bersama. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan tidak memberikan panggung kepada tontonan-tontonan yang tidak memiliki pesan moral yang baik. Perlu bagi kita untuk terlebih dahulu memperbaiki kualitas tontonan kita sendiri. 

 

 

Ikuti tulisan menarik Arirahmah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler