Manusia dan Rasa Takut
Selasa, 25 April 2023 17:10 WIBManusia mampu mengalahkan ketakutan akan alam, tapi mereka berhadapan dengan rasa takut baru, yaitu pada sesama manusia. Saat ini kualitas hidup manusia berada paling tinggi dalam sejarah. Rasa takurlah pemicu pencapaian semua itu. Rasa takut telah menuntun manusia kepada pintu peradaban.
Manusia adalah mahluk hidup yang berbeda dengan yang lain di bumi. Mereka diberikan emosi dan yang paling penting adalah akal untuk terus bertahan hidup, keduanya saling berkaitan satu sama lain. Sayangnya, manusia terkadang lebih mementingkan emosi untuk mengusai jiwanya dan membuang akal sehat yang telah diberikan oleh Tuhan, tentunya hal ini dapat bersikap fatal bagi kehidupannya sendiri.
Tapi, saya tidak akan membahas tentang perseteruan emosi dan juga akal. Saya akan menjelaskan mengenai sebuah emosi yang sudah berkembang semenjak manusia menampakan eksistensinya di bumi, yakni rasa takut.
Sebelumnya saya akan menjelaskan bahwa rasa takut ini adalah sesuatu yang unik. Rasa ini dibenci oleh manusia tapi tanpa adanya rasa takut manusia justru tidak akan berkembang dan akan mati sia-sia. Artinya manusia tidak akan bisa mempertahankan spesiesnya sendiri tanpa adanya rasa takut dan hanya akan menjadi fosil yang akan ditemukan oleh spesies cerdas selanjutnya.
Rasa takut ini unik karena telah mengubah sejarah umat manusia, dan jujur saja manusia adalah spesies yang penakut. Manusia takut sendirian dan tidak dianggap oleh kelompoknya. Mereka juga takut kegelapan di malam hari. Umat manusia dulu hanyalah menjadi mangsa dari ganasnya kehidupan liar di bumi. Tentu kehidupan umat manusia saat itu sangatlah keras bila dibandingkan dengan saat ini.
Kehidupan yang keras dan rasa takut inilah yang kemudian membuat manusia mencoba berpikir lebih jauh hingga akhirnya mereka selalu bekerja sama dalam segala hal dan mencari berbagai inovasi dari teknologi yang ada. Penemuan api dan gandum adalah contoh dari rasa takut yang dialami oleh nenek moyang manusia. Api telah mengubah cara mereka untuk bertahan hidup dan gandum telah membebaskan rasa takut mereka dari kelaparan.
Tanpa disadari manusia semakin berkembang menjadi sebuah komunitas yang tersebar di seluruh dunia. Mereka bermigrasi dan membentuk kebudayaan atau peradaban mereka sendiri. Tentu semua ini berasal dari rasa takut.
Mereka mampu mengalahkan ketakutan akan alam tapi mereka harus berhadapan dengan rasa takut selanjutnya yaitu, ketakutan dengan sesama manusia. Perlu kita ketahui sebelumnya bahwa pada masa kini manusia hidup dengan kualitas hidup paling tinggi dalam sejarah. Umat manusia mempunyai perkembangan dalam ilmu medis, ekonomi, dan pendidikan sehingga membuat berada dalam puncak peradabannya dan akan terus berkembang.
Sayangnya, manusia masih merasakan rasa takut yang luar biasa. Mereka takut mendapatkan diskriminasi, takut dihantui oleh kemiskinan, takut tidak merasakan rasa kasih sayang atau cinta, takut kepemilikannya dirampas, dan ribuan alasan rasa takut lainnya. Rasa takut inilah yang kemudian menjadi ajang justifikasi atau pembenaran untuk melakukan tindakan-tindakan untuk mempertahankan apa yang mereka miliki.
Faktor-faktor geografis, ideologi, agama, sejarah, dan juga adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat tentunya berperan penting dalam mengelola rasa takut. Saya akan mengambil contoh dari negara-negara Sinosphere, seperti Jepang dan Korea Selatan. Kita bisa melihat negara Jepang yang menjadi korban dari rasa takut, masyarakat Jepang sadar dikelilingi oleh bangsa-bangsa besar dari dunia lain. Tentunya, hal ini mendorong Jepang untuk melakukan berbagai tindakan kebijakan ekspansionisnya walaupun pada akhirnya gagal dan merubah persepsi masyarakat Jepang terhadap Kekaisaran.
Selanjutnya adalah Korea Selatan yang mengalami pengalaman traumatis setelah penjajahan Jepang dan perang Korea. Hal itu mendorong masyarakat Korsel untuk berbenah diri serta membangun kekuatan guna menghadapi ancaman dari negara lain.
Pada akhirnya kita menarik kesimpulan bahwa rasa takut adalah sesuatu yang lumrah bagi manusia. Tapi rasa itu menjadi bahan penggerak untuk melakukan perkembangan yang luar biasa. Tapi di sisi lain harus bertanggung jawab atas hilangnya jutaan bahkan milyaran nyawa umat manusia.
Kita adalah spesies yang penakut dan sudah menjadi sebuah kewajiban untuk mengelola rasa takut. Gunakanlah rasa takut sebagai sebuah api untuk menggerakkan semua jiwa dan raga agar berkembang karena sejarah telah membuktikannnya.
Di akhir paragraf ini izinkanlah saya mengutip salah satu kalimat dari tokoh yang bernama Niccolo Machiavelli tentang rasa takut yang berbunyi:
“Men are driven by two principal impulse, either by love or by fear.”
Referensi
Ansary, T. (2019). The Invention of Yesterday. Tangerang Selatan: Penerbit BACA.
Huntington, S. P. (2000). The Clash Of Civilizations? (pp. 99-118). Palgrave Macmillan US.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Manusia dan Rasa Takut
Selasa, 25 April 2023 17:10 WIBDi Bawah Langit yang Menangis
Jumat, 30 Desember 2022 18:57 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler