x

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Jumat, 19 Mei 2023 16:05 WIB

Aspal Buton, Mana Suaramu?

Aspal Buton, mana suaramu? Aspal Buton, mana suaramu? Kalau engkau masih hidup, bersuaralah. Kalau engkau masih ingin mewujudkan hilirisasi aspal Buton, bersuaralah. Dan kalau engkau masih memiliki cita-cita negara Republik Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera, bersuaralah. Bersuaralah yang lantang dan nyaring. Agar suaramu terdengar bergema jauh sampai ke pelosok daerah-daerah terpencil di seluruh Indonesia. Bersuaralah yang lembut dan memohonlah dari hatimu yang paling dalam. Agar suara merdumu terdengar sampai di telinga pak Jokowi dan para menterinya. Katakanlah dengan senyuman paling manis: “Aku cinta Indonesia”.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aspal Buton adalah aspal alam yang terdapat di pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Sebagian besar rakyat Indonesia pasti sudah mengenal aspal Buton sejak duduk di Sekolah Dasar. Tetapi generasi Milenial sekarang mungkin tidak mengenal aspal Buton lagi. Mengapa? Karena aspal Buton sudah dianggap tidak pernah ada. Karena sekarang aspal yang digunakan di semua jalan-jalan di seluruh Indonesia sudah menggunakan aspal impor. Sedangkan penggunaan aspal Buton hanya sekitar 7% saja dari keseluruhan aspal impor tersebut. Oleh karena itu aspal Buton sudah boleh dianggap tidak pernah ada.

Aspal Buton sekarang bukan apa-apa lagi. Sudah tidak dipandang sebelah mata oleh bangsanya sendiri. Kejayaan aspal Buton sudah lewat dan berlalu. Oleh karena itu lupakanlah saja aspal Buton. Sekarang aspal impor sudah merajai jalan-jalan di seluruh Indonesia. Dan kelihatannya sudah tidak ada harapan lagi bagi aspal Buton untuk bisa menggantikan aspal impor. Aspal Buton sudah mati atau dimatikan secara perlahan-lahan, tetapi pasti. Tetapi mengapa aspal Buton harus dimatikan ? Karena apabila aspal Buton mampu bangkit, maka kejayaan kerajaan aspal impor akan terancam. Oleh karena itu aspal Buton tidak boleh menjadi raja atau tuan rumah di negerinya sendiri.

Bisnis aspal impor adalah sebesar US$ 900 juta per tahun. Ini bisnis yang sangat luar biasa besar sekali. Ini berarti devisa negara sebesar US$ 900 juta harus dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia untuk impor aspal setiap tahunnya. Dan Indonesia sudah mengimpor aspal selama 43 tahun lebih. Padahal deposit aspal alam di pulau Buton, Sulawesi Tenggara, jumlahnya sangat melimpah. Pak Jokowi sendiri sudah pernah mempertanyakan: “Ada tambang aspal Buton, kok Indonesia malah Impor?”. Siapakah sebenarnya yang harus menjawab pertanyaan pak Jokowi ini? Pak Jokowi sendiri, atau para menterinya ? Tetapi mengapa pertanyaan ini sampai detik ini masih belum kunjung juga terjawab?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan kalau pak Jokowi dan para menterinya masih belum mau juga menjawab pertanyaan ini, bagaimana kalau aspal Buton saja yang akan menjawabnya? Tetapi mengapa aspal Buton diam dan membisu seribu bahasa?. Mana suaramu? Apakah engkau memilih diam, karena semua ini sudah tidak ada gunanya lagi? Indonesia sudah 7 kali berganti presiden, dan sudah 77 tahun merdeka. Tetapi mirisnya, hilirisasi aspal Buton masih belum juga terwujud. Fakta ini menunjukkan bahwa sejatinya pemerintah memang tidak memiliki niat baik sedikitpun untuk mewujudkan hilirisasi aspal Buton. Jadi untuk apa aspal Buton bersuara?

Seandainya pemerintah ingin mewujudkan hilirisasi aspal Buton caranya adalah sangat mudah sekali. Dan mungkin saja hilirisasi aspal Buton sekarang ini sudah terwujud. Tetapi mengapa tidak mau diwujudkan? Dan rasanya sangat aneh dan tidak masuk akal, kalau di usianya aspal Buton yang akan mencapai 1 abad pada tahun depan, hilirisasi aspal Buton masih belum juga terwujud. Jadi apa lagi yang harus aspal Buton katakan ? Haruskah aspal Buton mengatakan rasa kekecewaan yang sangat mendalam kepada pemerintah? Ah, rasanya percuma saja. Karena pemerintah pun pasti tidak akan mau mendengarkannya. Pemerintah mungkin sudah memutuskan dengan tegas bahwa hilirisasi aspal Buton adalah bukan merupakan prioritas nasional. Jadi apa lagi yang harus aspal Buton keluhkan?

Meskipun harapan itu sudah pupus dan kandas, tetapi aspal Buton tidak boleh diam. Diam berarti kalah. Dan kalau kalah berarti mati. Jangan sampai aspal Buton mati. Oleh karena itu  harapan harus selalu ada. Aspal Buton, mana suaramu? Aspal Buton, mana suaramu? Ini adalah tuntutan rakyat Indonesia. Aspal Buton tidak boleh mati. Berbicaralah kepada kami. Supaya kami tahu apa perasaanmu dan harapan-harapanmu. Jangan berdiam diri. Katakanlah sesuatu supaya kami dapat membantumu dan mendukungmu. Jangan pernah menyerah. Perjuanganmu tidak akan pernah berhenti, sebelum kemenanganmu berada di pihak rakyat.

Masih perlukah ada kata-kata lagi sehubungan dengan belum terwujudnya hilirisasi aspal Buton? Rasanya sudah tidak diperlukan lagi. Karena persoalannya sudah sangat terang dan jelas sekali. Hilirisasi aspal Buton adalah untuk meningkatkan nilai tambah dari bahan baku batuan aspal alam Buton untuk mengsubstitusi aspal impor. Pada saat ini Indonesia mengimpor aspal sejumlah 1,5 juta ton per tahun, atau senilai US$ 900 juta per tahun. Sudah beribu-ribu kali pernyataan ini telah disuarakan kepada pemerintah untuk menunjukkan sebagai bukti nyata bahwa betapa sangat besarnya potensi aspal Buton untuk mengsubstitusi aspal impor. Tetapi mirisnya tidak digubris, tidak ada sedikitpun tanggapan dan perhatian dari pemerintah kapan impor aspal akan dapat diminimalkan, atau kapan Indonesia akan mulai berswasembada aspal?.

Aspal Buton, mana suaramu? Aspal Buton, mana suaramu? Katakanlah sesuatu. Bagaimana mungkin kami tahu kalau engkau masih hidup, dan masih mampu terus berjuang untuk mewujudkan hilirisasi aspal Buton?. Jangan pernah menyerah dan berputus asa. Berputus asa itu adalah dosa. Teruslah berjuang untuk negeri tercinta ini. Pekikkanlah: “Merdeka, merdeka, merdeka!”, untuk membangkitkan semangatmu. Ucapkankan doa: “Allahhu akbar, Allahhu akbar, Allahu Akbar!”, agar engkau diberi kekuatan dan hidayahNya untuk selalu tetap berjuang mencapai cita-cita mulia, mewujudkan hilirisasi aspal Buton.

Mengapa urusan yang sebenarnya sangat mudah dan sederhana ini, bisa menjadi begitu sulit dan rumit selama hampir 78 tahun Indonesia merdeka? Apakah hal ini hanya bisa terjadi di Indonesia? Negara yang kita cintai bersama. Kalau kata-kata sudah tidak memiliki makna apapun lagi. Dan kalau tulisan-tulisan sudah dianggap hanya sebagai corat-coret anak-anak balita semata. Apakah kita masih memiliki cita-cita untuk menjadi negara yang adil, makmur, dan sejahtera? Cita-cita adalah harapan. Dan karena adanya cita-cita dan harapan itulah kita sekarang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Kalau harapan sudah mati, kitapun akan mati juga. Oleh karena itu, kita harus berani bersuara, termasuk aspal Buton sendiri.

Aspal Buton, mana suaramu? Aspal Buton, mana suaramu? Kalau engkau masih hidup, bersuaralah. Kalau engkau masih ingin mewujudkan hilirisasi aspal Buton, bersuaralah. Dan kalau engkau masih memiliki cita-cita negara Republik Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera, bersuaralah. Bersuaralah yang lantang dan nyaring. Agar suaramu terdengar bergema jauh sampai ke pelosok daerah-daerah terpencil di seluruh Indonesia. Bersuaralah yang lembut dan memohonlah dari hatimu yang paling dalam. Agar suara merdumu terdengar sampai di telinga pak Jokowi dan para menterinya. Katakanlah dengan senyuman paling manis: “Aku cinta Indonesia”.

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler