x

Iklan

Moh Hariyanto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Mei 2023

Jumat, 9 Juni 2023 12:22 WIB

Konservasi Nilai Budaya Tanean Lanjhang di Madura, Upaya Merawat Kekayaan Budaya Nusantara

Artikel bermaksud untuk dapat mengabadikan history tentang value dari budaya yang ada di madura yang menjadi salah satu penguat agar tidak terjadi lunturnya budaya nusantara.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

A. Pendahuluan

Indonesia negara yang dikenal dengan kekayaannya, tidak hanya kaya dari segi sumber daya alamnya, bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang terkenal memiliki berbagai aneka budaya suku agama serta ras dari berbagai daerah yang berbeda-beda kultur budaya yang ada di masyarakat baik perkotaan maupun pedesaan merupakan suatu aset bangsa yang harus dilestarikan terlebih lagi di era globalisasi ini semakin banyak permasalahan yang mengancam identitas bangsa sehingga dibutuhkan penopang kuat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yang dapat merawat terhadap budaya bangsa Indonesia.

Dari setiap pulau atau suku mempunyai budaya baik kebiasaan atau adat istiadat yang tentunya berbeda beda. Salah satu pulau di indonesia memiliki budaya berbeda dengan kepulauan yang lain yaitu pulau Madura yang letaknya dibagian timur provisi jawa timur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Madura memiliki keunikan budaya dan ciri khas tersendiri, kebudayaan yang sangat termasyhur adalah Taneyan Lanjheng, Saronen, Taneyan Lanjheng, dan masih banyak lagi budaya budaya madura lainnya.

Seiring berjalannya zaman digiringnya pada era modern maka budaya tentunya jangan sampai stagnan dalam artian budaya yang ada juga bersifat dinamis dengan adannya perubahan waktu yang memerlukan penyesuaian sehingga tidak hilangnya budaya budaya terdahulu yang tetap teraplikasikan di masa globalisasi.

Kadang ada yang menganggap bahwa budaya hanya sekedar ada tidak memikirkan makna yang tersirat didalamnya padahal adanya budaya itu sendiri banyak hal yang sangat urgent yang tidak dapat disadari oleh kalangan masyarakat Madura karena yang dipikirkan orang Madura yang terpentinh aksinya meskipun secara filosofis banyak yang masih kurang memehaminya, sehingga kurangnya perkembangan budaya itu sendiri.

Untuk mempertahankan budaya tersebut khususnya di madura perlu cara untuk merawatnya dengan baik agar terjaganya dengan baik karena melihat karakter warga pulau madura banyak memiliki karakter yang  sulit sekali diberikan pemahaman meskipun disamping itu ada cara tersendiri untuk memberikan pemahaman yang mudah untuk dapat merawat budaya madura. banyak lagi cara lain untuk merawat budaya madura yang nanti akan dibahas secara detail lagi.

Maka dengan latar belakang diatas, saya selaku penulis dan bagian dari Penduduk Madura mengangkat judul yaitu Konservasi Nilai Budaya Tanean lanjhang di Madura sebagai Upaya Merawat Kekayaan Budaya Nusantara.

B. Rumusan Masalah

Tulisan ini di spesifikan pada pembahasan 1. Apa Pengertian Budaya? 2. Apa Budaya Tanean lanjhang? 3. Bagaimana Merawat Budaya di Era Modern? 4. Bagaimana Cara Mempertahankan Budaya Nusantara Melalui Budaya Madura: Tanean lanjhang?

C. Pembahasan

1. Pengertian Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.[1]

Menurut iris Varmer dan Linda beamer dalam Inter cultural communication in the global workplace, mengartikan Kebudayaan sebagai pandangan yang koheren tentang sesuatu yang dipelajari yang dibagi atau yang dipertukarkan oleh sekelompok orang. pandangan itu berisi Apa yang mendasari kehidupan, apa yang menjadi derajat kepentingan, tentang sikap mereka yang tepat terhadap sesuatu gambaran suatu perilaku yang harus diterima oleh sesama atau yang berkaitan dengan orang lain. di sisi lain mendefinisikan bahwa kebudayaan dalam arti yang luas yaitu sebuah perilaku yang telah tertanam yang merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan secara sosial tidak sekedar sebuah catatan ringkas tetapi dalam bentuk perilaku Melalui pembelajaran sosial.

menurut Larry A samovar dan Richard Porter mengungkapkan kebudayaan dapat berarti simpanan akumulatif dari pengetahuan pengalaman kepercayaan nilai sikap makna hierarki agama Ma pilihan waktu peranan relasi ruang konsep yang luas dan objek material atau kepemilikan yang dimiliki dan dipertahankan oleh sekelompok orang atau suatu organisasi demikian pula kebudayaan bisa berarti sistem pengetahuan yang dipertukarkan oleh sejumlah orang dalam sebuah kelompok yang.

menurut leve henrickson, kebudayaan itu meliputi semua aspek kehidupan kita setiap hari, terutama pandangan hidup apapun bentuknya baik itu mitos maupun sistem nilai dalam masyarakat. melihat budaya sebagai sistem gaya hidup dan Ia merupakan faktor utama.[2]

dengan adanya beberapa pengertian kebudayaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan satu unit interpretasi ingatan dan makna yang ada di dalam manusia dan bahkan sekadar dalam kata-kata ia meliputi kepercayaan nilai-nilai dan norma semua ini merupakan langkah awal di mana kita merasa berbeda dalam sebuah wacana kebudayaan mempengaruhi perilaku manusia karena setiap orang akan menampilkan kebudayaannyatat kala dia bertindak seperti tindakan membuat peramalan atau harapan tentang orang lain atau perilaku mereka terakhir kebudayaan melibatkan karakteristik suatu kelompok manusia dan bukan sekedar para individu. pengertian kebudayaan tersebut mengandung beberapa karakteristik atau ciri-ciri yang sama yakni kebudayaan itu ada diantara umat manusia yang sangat beraneka ragam diperoleh dan diteruskan secara sosial melalui pembelajaran dijabarkan dari komponen biologi Psikologi dan sosiologi sebagai eksistensi manusia berstruktur terbagi dalam beberapa aspek dinamis dan nilainya relative.

2. Budaya Madura : Tanean lanjhang (Halaman Panjang) 

a. Definisi Tanean lanjhang

Rumah adat Tanean lanjhang Madura dikenal dengan suku yang kental dengan norma dan budaya. Tidak hanya budaya sosial saja yang kental tetapi juga pada Pola Pemukiman yang ditempati oleh Masyarakat rumah adat di Madura dikenal dengan Tanean lanjhang. taneyan dalam bahasa Indonesia adalah halaman, lanjhang adalah Panjang, jadi Tanean lanjhang adalah halaman yang panjang yang menarik adalah pola pemukiman ini letaknya sangat berdekatan dan yang menjadi penghuni nya adalah sanak kerabat.

Pemukiman tradisional Madura memiliki ciri khas tersendiri yaitu tata letak bangunannya yang mengelilingi suatu halaman yang bentuknya memanjang adalah pemukiman tradisional masyarakat Madura berupa kumpulan rumah yang terdiri dari atas beberapa keluarga dan masih terikat dalam satu hubungan darah. Lahan yang digunakan dalam penempatan tanah Tanean lanjhang ini harus cukup luas dan sebagai awal terbentuknya pemukiman rumah pertama Inilah yang disebut sebagai rumah induk (Rumah Tongghu) yaitu rumah yang menjadi awal mula suatu keluarga dilengkapi dengan Surau (Langgher/Kobhung) sebelah barat, Kandang (Kandhang) sebelah selatan dan dapur. akan tetapi luas rumah yang dibangun harus disesuaikan dengan luas tanah yang dimiliki beberapa istilah luas tanah yang dikenal orang Madura seperti Sekapling Dukapling, Salokke’ Dulokke’ atau Setabun du Tabun.[3]

b. Unsur-Unsur Taneyan Lajhang

Terbentuknya Tanean lanjhang Itu terdiri dari beberapa unsur bangunan yaitu pertama Bangunan panjang, dimana susunan dan tatanan yang demikian mengakibatkan ikatan kekeluargaan menjadi sangat erat dan mampu menjaga silaturahmi yang terjadi secara kontinu, Susunan urutan rumah dari Tanah lanjhang ini dari arah Barat ke Timur adalah rumah orang tua anak anak cucu dan cicit cicit dari keturunan perempuan.

Kedua, Langghar (Surau) yang tata letaknya diujung barat dari posisi Tanean lanjhang. keberadaan langghar tetap dipertahankan dan selalu ditemukan pada setiap kelompok keluarga sampai sekarang tetap eksis menjalankan fungsinya. Begitu pentingnya bangunan ini sehingga ada anggapan dalam masyarakat Madura bahwa Taneyan lanjhang tanpa Langghar dianggap kurang lengkap dan kurang sempurna.[4]

Ketiga, Dapur dan Kamar Mandi, ada perbedaan letak pada kamar mandi, Kandang dan dapur pada tata letak hunian Tanean lanjhang.[5]

Pandangan tentang langghar berkaitan erat dengan sikap religiusitas masyarakat Madura yang menjunjung tinggi nilai moral dan agama sehingga ketika bangunan tersebut disamping merupakan Khazanah budaya Madura juga berhubungan dengan nilai-nilai keislaman yang mereka anut dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk melaksanakan ibadah yang dilaksanakan secara berjamaah maka dalam konstruk berpikir demikian wajar ketika keberadaan bangunan tersebut seakan menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar.

Penuturan diatas posisi dalam kehidupan mereka bahwa bagi mereka langghar seakan harga mati yang harus tetap ada. hal ini dikarenakan langghar menjadi sarana dan tempat untuk melaksanakan ibadah. Mereka shalat dilangghar karena di dalam rumah tidak disediakan tempat shalat artinya keberadaan bukan hanya semata khasanah budaya melainkan juga didorong oleh semangat keislaman dan nilai religiusitas mereka. hal yang sama terjadi pula di Minangkabau dengan bangunan suraunya yang juga memiliki fungsi sebagai tempat untuk beribadah sekaligus lembaga pengajaran Islam Awal.[6]

c. Tanean lanjhang Mempunyai prinsip Solidarity dan Gotong Royong

Taneyan lanjhang merupakan sebuah manifestasi dari nilai nilai yang dimiliki oleh orang madura. Sebagai sebuah pola pemukiman yang memanjang dan adanya beberapa tempat tinggal, Sekumpulan orang yang berada diruang lingkup taneyan lanjhang merupakan Extended Family (Keluarga Besar) terdiri dari keluarga dekat atau inti termasuk Kakek, nenek, cucu, paman dan lain sebagainya. Dengan adanya konsep budaya Tanean lanjhang masyarakat madura antar keluarga dapat banyak berinteraksi. Pola pemukiman ini yang akan memberikan pengaruh besar terhadap nilai kekerabatan yang menjadi akar solidaritas yang tingi dalam bermasyarakat. Taneyan Lanjhang Menunjukkan prinsip persaudaraan yang bersifat Guyub. Secara Etimologi Guyub berasal dari bahasa Jawa yang berarti kumpul dalam satu ikatan. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Guyub atau Peguyuban adalah perkumpulan yang bersifat kekeluargaan.[7]

Kearifan lokal dari rumah tanean lanjhang ini adalah kebersamaan sebuah komunitas kekerabatan di dalamnya setiap penghuni merupakan bagian inti dari keluarga besar yang menghuni tanean lanjhang semua pekerjaan misalnya saat musim panen di sawah dan atau ladang seluruh penghuni tanean bisa bersama-sama dalam mengerjakannya maka akan saling membantu mengerjakan lahan pertanian milik saudara mereka begitu pula dalam hal mengurus hewan ternak mereka akan saling berbagi tempat pakan ternak mereka yang dikumpulkan dalam satu kandang bersama. intinya sikap gotong-royong dipraktekkan secara Intens dengan penuh tanggung jawab dalam setiap lini kehidupan masyarakat Madura dengan sendirinya pembentuk kepribadian individu individu masyarakat yang menunjukkan jati diri orang Madura yang didalamnya menjadi kekuatan dan karakter dari masyarakat itu sendiri Selain itu etika dan estetika yang terdapat dalam nilai budaya dan nilai yang terserap dan tercermin pada kepribadian masyarakat seperti kuatnya gotong royong anggota permukiman tanean lanjhang yang dikenal dengan sebutan song osong lombhung. semangat gotong royong dan sikap peduli terhadap sesama untuk saling membantu merupakan ciri khas dari masyarakat tanean lanjhang. Menjelaskan bahwa masyarakat merupakan masyarakat yang solid dalam hal tolong menolong, gotong royong ketika menghadapi kesulitan baik dalam segi tenaga maupun ekonomi.[8]

Oleh karena itu tidak berlebihan manakala Hamka menyatakan bahwa bagi masyarakat Madura langghar atau Kobhung merupakan alat yang utama disamping tradisi-tradisi lain yang belum tergantikan oleh tradisi tradisi modern pengaruh barat yang di daerah lain sudah banyak yang luntur misalnya tidak memakai kopiah atau peci jika sembahyang di masjid akan mendapatkan teguran keras atau bahkan dilempari batu.[9]

Namun kini sebagian masyarakat Madura sudah tidak tertarik lagi dengan model-model rumah dan permukiman tradisional tersebut dan beralih pada model-model rumah yang dianggap lebih modern penyebabnya adalah laju modernisasi yang sedemikian masif dan terus-menerus menggerus kebudayaan Madura pada satu sisi dan pada sisi yang lain nilai-nilai Luhur dari kebudayaan tradisional Madura tidak lagi terinternalisasi kan pada sosok kepribadian Sebagian besar orang Madura akibatnya mereka terbius oleh tradisi tradisi populer yang sesungguhnya tidak mencerminkan jati diri yang otentik dari tradisi lokal Madura.[10] kebudayaan Kampung dan sebangsanya hampir tidak dapat ditemukan di daerah perkotaan bahkan di pinggir jalan sekalipun bangun tersebut dapat kita temukan hanya di daerah pedesaan utamanya di kawasan pedalaman.

3. Merawat Budaya Di era Modern

Untuk menjawab permasalahan yang terjadi di era modern maka sangatlah penting mengembalikan kesadaran masyarakat betapa pentingnya memamahi akan budaya yang dimiliki. Pentingnya pemberdayaan kearifan lokal juga dapat menciptakan harmonisasi kehidupan tetap terjaga, dapat menuntun masyarakat untuk selalu bersikap dan berperilaku arif terhadap lingkungan.

kondisi kearifan lokal yang diharapkan kearifan lokal yang merupakan bagian dari kebudayaan lokal atau kebudayaan daerah sebagai sesuatu yang dibedakan dengan kebudayaan nasional (identitas budaya bangsa Indonesia) dalam makna Kebudayaan Nasional Indonesia mempunyai dua sisi yaitu segala sesuatu yang diciptakan dalam konteks keindonesiaan, maknanya adalah sejak masa pergerakan nasional, hingga kini dan puncak-puncak budaya yang diangkat dari sebagai tradisi suku-suku bangsa yang ada di Indonesia yang diterima sebagai milik bersama seluruh bangsa Indonesia adapun yang dihadapi masa ini adalah bahwa kedua substansi kebudayaan Indonesia ini cenderung agak kurang dikenal oleh khalayak ramai termasuk oleh generasi muda hal ini terjadi dikarenakan masuknya budaya populer yang berkonotasi terkait sebagai bagian dari Budaya global.[11]

Agar tidak lunturnya budaya-budaya lokal yang dapat menopang perawatan budaya nasional di era moderm maka perlu beberapa cara seperti sebagai berikut:

a. Pendekatan dengan pengenalan budaya

Pendekatan atas pengertian kebudayaan tersebut merupakan hasil dari beberapa pendekatan umum yang langsung dilakukan untuk memahami kebudayaan diantaranya:

  1. Pendekatan deskriptif, seperti kata para ahli antropologi kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang didalamnya meliputi pengetahuan seni moral hukum adat istiadat dan setiap kemampuan atau kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat oleh karena itu cara termudah untuk menjelaskan kebudayaan adalah dengan mendeskripsikan rincian pengetahuan seni moral hukum adat istiadat dan setiap kemampuan atau kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dari kebudayaan tertentu itulah pendekatan deskriptif
  2. Pendekatan bawaan, sosial kebudayaan diyakini sebagai warisan dari orang dewasa kepada anak-anak bahwa manusia tidak dilahirkan dengan kebudayaan tapi kebudayaan itu dipelajari oleh manusia sepanjang kehidupannya proses belajar itu merupakan salah satu bentuk bawaan sosial yang dimiliki manusia sejak ia dilahirkan Jadi jika kita ingin mempelajari kebudayaan maka salah satu cara adalah mempelajari bawaan sosial dari sekelompok orang di dalam kebudayaan tertentu.
  3. Pendekatan perseptual, kebudayaan dibentuk oleh perilaku manusia dan perilaku itu merupakan hasil Persepsi manusia terhadap dunia perilaku tersebut merupakan perilaku tercela karena tampilannya berulang-ulang secara konsisten sehingga diterima sebagai pola-pola budaya cara terbaik untuk mempelajari kebudayaan adalah meneliti persepsi suatu kelompok masyarakat terhadap dunia dan persepsi ini dengan mudah dapat diamati melalui perilaku perilaku manusia setiap hari sebagai wujud nyata dari persepsi mereka itu.[12]

b. Mempelajari Budaya

Kita sebut kebudayaan itu dapat dipelajari karena interaksi antar manusia ditentukan oleh penggunaan simbol bahasa verbal maupun nonverbal tradisi budaya nilai-nilai kepercayaan dan standar perilaku semuanya diciptakan oleh kreasi manusia dan bukan sekadar diwarisi secara insting melainkan melalui proses pendidikan dengan cara-cara tertentu menurut kebudayaan kelompok sosial tertentu yang telah memiliki nilai kepercayaan dan standar perilaku yang ditransmisikan melalui interaksi di antara mereka Istilah sosiologi untuk pembelajaran budaya kita sebut sosialisasi

Jika kebudayaan itu tak dapat dipelajari maka tak mungkinlah manusia yang hidup kini dapat menciptakan barang-barang material seperti pakaian makanan rumah dan alat-alat rumah tangga baik dalam lingkungan kebudayaan sendiri maupun diketahui oleh lingkungan kebudayaan yang lain hanya melalui sosialisasi maka kita dapat mempelajari nilai norma bahasa dan kepercayaan yang bersifat abstrak dan dengan itulah manusia terus menjalani kehidupan mereka.[13]

dalam mempelajari kebudayaan Ada 3. Yaitu

  1. Melalui pengalaman hidup dalam menghadapi lingkungannya, sehingga dari pengalaman itu manusia dapat memilih sesuatu tindakan yang setepat-tepatnya sesuai dengan lingkungan yang dihadapi dan sesuai dengan keinginan yang ingin dicapai.
  2. Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial-masyarakat.
  3. Melalui petunjuk-petunjuk yang simbolis, atau sering juga dinamakan dengan komunikasi simbolik, yaitu berbagai pengetahuan yang didapat oleh manusia itu telah diperolehnya melalui suatu komunikasi yang dimungkinkan membuahkan makna bagi masing masing, khususnya bagi yang belajar bahwa simbol itu merupakan segala objek: benda, manusia, tindakan, ucapan, gerak tubuh, peristiwa yang memiliki pengertian, dan pengertiannya didefinisikan oleh kebudayaannya.[14]

c. Budaya dapat dipertukarkan

Kebudayaan itu dipertukarkan disamping dipelajari kebudayaan itu juga dipertukarkan istilah pertukaran merujuk pada kebiasaan individu atau kelompok untuk menunjukkan kualitas kelompok budayanya dalam interaksi dan pergaulan antar manusia setiap orang memiliki kelompoknya atau menunjukkan kelebihan-kelebihan budaya dan membiarkan orang lain untuk mempelajarinya proses pertukaran budaya terutama budaya material dilakukan melalui mekanisme belajar budaya.[15]

4. Mempertahankan Budaya Madura: Tanean lanjhang upaya Merawat Budaya Nusantara

Pengimplementasian budaya tanean lanjhang terhadap masyarakat madura yang menjadi bagian merawat budaya nusantara menjadikan salah satu kiblat keharmonisan dalam kekeluargaan. Dalam budaya tanean lanjhang banyak sekali makna filosofis yang tertanam didalamnya seperti sifat Religius, Membangun Ukhuwah yang baik dan Gotong royong. sehingga sangat disayangkan jika budaya tanean lanjhang sampai luntur, maka sangat perlu untuk dipertahankan baik dengan memberikan pemhaman dari yang tua kepada yang muda, dari yang faham kepada yang tidak faham, pendekatan yang dapat memberikan pengalaman atau saling melakukan pertukarkan budaya yang dapat memunculkan keeeratan masyarakat melewati budaya lokal demi terciptanya budaya yang kental melekat pada masyarakat nusantara, karena yang dapat bisa mempengaruhi budaya yang kuat atau merawatnya itu diawali dari budaya lokal terlebih dahulu yang menopang kekuatan budaya Nasional.

Jadi, Disinggung tentang Gotong royong yang tersirat dalam budaya tanean lanjhang adalah suatu nilai berharga yang tumbuh di dalam ke-khasan tradisi atau budaya dari semua lapisan bangsa Indonesia. Dengan adanya gotong royong seakan mendeskripsikan bahwa inilah bangsa Indonesia. Gotong royong terus harus dijaga dan dilestarikan agar nilai-nilai luhur bangsa terus terjaga. Selain itu, gotong royong sebagai nilai luhur dapat dikatakan sumber semangat berbangsa dan nasionalisme bangsa Indonesia dari segala bentuk keragaman tradisi dan budaya yang tumbuh berkembang di tengah masyarakat.[16]

Selain sumbangsih gotong royong yang munculnya dari budaya tanean lanjhang ada lagi yaitu rasa solidaritas dan tertanamnya ritual keagamaannya, Konstruksi ruang dan tanean dalam tanean lanjhang yang berada pada posisi episentrum menunjukkan bahwa orang madura memandang vital rasa persaudaraan. Kontur dan struktur pada ruang tanean lanjhang menunjukan bahwa kekerabatan pada masyarakat madura tidak hanya dilandasi oleh garis keturunan akan tetapi juga dilandasi dengan kesamaan keyakinan, bahkan bukan sekedar keyakinan tapi juga ritual kereligiusan. [17]

 

D. Penutup

Kesimpulan

Kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan merupakan satu unit interpretasi ingatan dan makna yang ada di dalam manusia dan bahkan sekadar dalam kata-kata ia meliputi kepercayaan nilai-nilai dan norma semua ini merupakan langkah awal di mana kita merasa berbeda dalam sebuah wacana kebudayaan mempengaruhi perilaku manusia karena setiap orang akan menampilkan kebudayaannyatat kala dia bertindak seperti tindakan membuat peramalan atau harapan tentang orang lain atau perilaku mereka terakhir kebudayaan melibatkan karakteristik suatu kelompok manusia dan bukan sekedar para individu.

Tanean lanjhang Merupakan Halaman Panjang yang sudah menjadi adat madura yang didalamnya terdapat nilai nilai baik nilai etika, tolong menolong dan persaudaraan

Untuk mempertahankan budaya maka dilakukannya beberapa cara untuk dapat merawat Budaya yaitu:

  1. Pendekatan dengan pengenalan budaya
  2. Mempelajari atau mempelajari budaya
  3. Pertukaran budaya

Dapat diterapkan dalam mempertahankan budaya tanean lanjhang dari beberapa solusi yang ada dikarenakan sudah jelas bahwa tanean lanjhang lanjhang mempunyai nilai yang memang harus diterapkan di Nusantara pada umumnya dan Madura pada khususnya

 

 

Refference

[1] Soekanto, S., & Sulistyowati, B.. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Pers. 2012), Hlm 3.

[2] Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar budaya, (Yogyakarta: PT LKIS PRINTING CEMERLANG 2009) Hlm, 8-10.

[3] Moh Zayyadi, Etnomatika Budaya Madura, (Pamekasan: Duta Media, 2020), Hlm 15-16.

[4] Umar faruq, Eko Purwanto, institusi-institusi dalam Khazanah budaya dan keislaman Madura, (Pamekasan: Duta Media, 2020), Hlm 3.

[5] Moh Zayyadi, Etnomatika Budaya Madura, Hlm 17.

[6] Abuddin Nata, Sejarah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Salemba Diniyah, 2017), Hlm 42

[7] Raudlatul jannah Dkk, Tanean lanjhang: Reflection on The Guyub Concept And Consolidation Of The Brotherood Of The madurese Society, Prodi TBIN Fakultas Tarbiyah IAIN Madura, 2020, Hlm 8.

[8] Zainul Wahid & Moh. Juhdi, MAKNA GOTONG ROYONG DALAM KOSMOLOGI PERMUKIMAN TANEAN LANJHANG DI MADURA SEBAGAI PENGUATAN NILAI KEBANGSAAN DAN NASIONALISME, Volume 1, Nomor 1, Juli 2018, Hlm 13.

[9] Hamka, dari perbendaharaan Lama (Jakarta: pustaka panjimas, 1982) Hlm 15.

[10] Ah Fawaid ed, Menulis Madura kebijaksanaan lokal dan tantangan perubahan, (Surabaya pena Salsabila, 2013), Hlm 40.

[11] Edi Sedyawati, Keindahan dalam Budaya Buku 1 Kebutuhan membangun Bangsa yang kuat, (Jakarta: Wedatama Widyasastra, 2007), Hlm 70.

[12] Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar budaya, Hlm 11.

[13] Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar budaya, Hlm 57

[14]Parsudi Suparlan, Pengetahuan Budaya, Ilmu-Ilmu Sosial, dan Pengkajian MasalahMasalah Agama, (Jakarta Depag R, 1992) Hlm 79.

[15] Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar budaya, Hlm 58

[16] Zainul Wahid & Moh. Juhdi, MAKNA GOTONG ROYONG DALAM KOSMOLOGI PERMUKIMAN TANEAN LANJHANG DI MADURA SEBAGAI PENGUATAN NILAI KEBANGSAAN DAN NASIONALISME Hlm 19.

[17] Raudlatul jannah Dkk, Tanean lanjhang: Reflection on The Guyub Concept And Consolidation Of The Brotherood Of The madurese Society, hlm 9.

Ikuti tulisan menarik Moh Hariyanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler