Hari ketiga pementasan drama mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FITK UIN Jakarta sukses diselenggarakan pada Rabu (7/6/23) di Aula Student Center UIN Jakarta.
Ini merupakan hari terakhir penampilan drama Pestarama #8 yang ditutup oleh penampilan naskah Kocak-Kacik yang dipentaskan oleh mahasiswa PBSI kelas 6A.
Malam terakhir pementasan drama itu, ruangan dipadati oleh penonton. Setelah selesai, banyak keluarga, kerabat, dan dosen-dosen yang mengapresiasi penampilan drama pada malam itu, suasana pun menjadi haru dan bahagia. Semua orang tampak saling berfoto untuk mengabadikan momen yang mengesankan itu.
Naskah drama Kocak-Kacik merupakan salah satu buah pikir Arifin C. Noer yang menceritakan tentang tokoh bernama Darim yang sedang mencari esensi dirinya. Darim sedang mencari Darim.
Sebenarnya, ia sedang melakukan perjalanan hidup yang disebut "ucapara menjadi manusia". Darim sendiri merupakan simbol manusia yang lahir dan tumbuh untuk mencari dan memahami hakikat penciptaan dirinya.
Dalam pencariannya, Darim harus menghadapi berbagai keadaan yang membuatnya kehilangan arah dan jati diri. Lahir di tanah Indonesia, Darim harus menghadapi berbagai masalah dalam perjalanan pencarian jati dirinya.
Naskah drama Kocak-Kacik yang disutradarai oleh Elis Susilawati, Nur ‘Alfi Hafzhaniyah, dan Nabillah Chaermy Nanda itu memiliki daya tarik tersendiri, karena naskah ini merupakan naskah sureal yang disajikan dengan nuansa lawakan (parodi) atau dolan.
Seperti yang dikatakan oleh salah satu dosen PBSI “Kesannya alhamdulillah menarik, artistiknya juga bagus ya, boleh dikategorikan dominan seriusnya, tapi ada hiburannya juga, sebagaimana fungsi sastra itu mendidik dan memberikan hiburan,” ucap Yang Yang Merdiyatna, dosen PBSI pada konsorsium sastra.
Kocak-Kacik memiliki banyak simbol yang dirancang untuk menyindir orang Indonesia atau mengkritik keadaan. Meski dinyanyikan dengan nada humoris, naskah ini memiliki pesan yang sangat serius.
“Menurut saya, pesan yang ingin disampaikan dari teater ini semoga kita semua jadi sadar ya, atas masalah KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Di Indonesia, KKN itu sudah merajalela. Dengan adanya penampilan drama “Kocak-Kacik” ini, semoga kita semua jadi sadar bahwa KKN itu berbahaya,” tutur Abu Bakar Sabirin, salah satu penonton yang tampak antusias dengan pementasan ini.
Ikuti tulisan menarik Meilisna Maulina lainnya di sini.