x

Gedung Uniqlo di Sanlitun, Beijing (Sumber: Pixabay).

Iklan

Harrist Riansyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Rabu, 28 Juni 2023 16:35 WIB

Cara “Tidak Biasa” Uniqlo dalam Meraih Kesuksesan

Uniqlo terus menambah jumlah tokoh mereka. Hal ini diikuti dengan nilai perusahaan induk mereka Fast Retailing yang memiliki valuasi 105 Miliar USD per Maret 2021. Dengan angka itu mereka menyalip valuasi ZARA.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada masa setelah pandemi sekarang ini banyak brand fashion ternama yang memutuskan menutup toko karena keuntungan yang terus turun ataupun mengalami kerugian di tengah perubahan pola hidup masyarakat.

Namun Uniqlo, merek kenamaan asal Jepang, justru mengalami hal yang berbeda. Uniqlo terus menambah jumlah tokoh mereka. Hal ini diikuti dengan nilai perusahaan induk mereka Fast Retailing yang memiliki valuasi 105 Miliar USD per Maret 2021. Dengan angka itu mereka menyalip valuasi ZARA.

Selain itu brand Uniqlo juga melonjak dari 8,1 Miliar USD pada tahun 2018 menjadi 13 miliar USD pada awal tahun 2023. Jika melihat dari model bisnis Uniqlo terdapat tiga hal yang membuat perusahaan buatan Tadashi Yanai terus bisa menyesuaikan diri dengan perubahan cepat yang terjadi di dunia saat ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Anti-Tren

Jika merek-merek terkenal seperi ZARA, H&M selalui membuat tren fashion terbaru yang setiap musim terus berubah untuk menarik para pembali berbeda dengan Uniqlo yang memiliki positioning berbeda dalam bisnisnya. Uniqlo justru lebih memfokuskan kepada fungsi pakaian yang dikenakan dengan membuat pakaian dengan kualitas yang terbaik dengan harga yang terjangkau. Selain itu Uniqlo juga membatasi jumlah varian produk mereka dan lebih mengambangkan pada varian warna. Hal ini tidak lepas dari tujuan utama mereka yaitu fungsi utama dari suatu pakaian dari pada model pakaian dengan membuat banyak varian warna untuk memberikan banyak pilihan kepada pembeli untuk menemukan warna yang sesuai dengan mereka.

Dengan taktik anti-tren ini membuat Uniqlo berhasil memiliki kompetisi yang terlampau lebih mudah dengan segmen pembeli yang mengedepankan fungsi pakaian dan tidak terlalu bersaing dengan brand-brand lain yang lebih mengutamakan tren.

Kualitas No.1

Sudah menjadi daya Tarik mereka bahwa Uniqlo terkenal dengan kualitas pakaiannya dengan harga yang bersaing. Ini bisa dilihat dengan pengenalan Heattech dan Airism yang sudah dipatenkan oleh Uniqlo yang menjadi magnet masayrakat untuk membeli pakaian di Uniqlo. Dan adanya kerjasama Uniqlo dengan Toray Industries membuat perusahaan berhasil mengintergarsikan seluruh kegiatan perusahaan dengan sebutan retail manufacture yang berhasil menekan harga produk mereka dan lebih terjangkau daripada merek lain.

Bisa kita ambil contoh Uniqlo dengan ZARA. Tercata ada 28% barang Uniqlo dijual dengan harga dibawah US$10 (sekitar Rp300.000 dengan kurs per tanggal 18 Juni 2023)) dengan hanya 10% barang yang dijual diharga sekitar US$50 (sekitar Rp750.000). Sedangkan bila dibandingkan dengan salahsatu brand lain yaitu ZARA terdapat 18% produknya dijual diatas USD 50 dengan sisanya dijual dengan kisaran US$20- US$40 (sekitar Rp300.000-Rp600.000).

Tidak hanya kualitas barang yang dijual, kualitas pengalaman belanja yang nyaman di toko maupun online juga menjadi perhatian oleh Uniqlo yang diharapkan terbentuknya hubungan kuat dengan konsumsen yang memberikan pembeli loyal yang menguntungkan perusahaan secara jangka panjang

Teknologi

Sang pendiri Tadashi Yanai pernah mengatakan “Uniqlo bukan sekadar brand pakaian melainkan juga sebuah perusahaan teknologi”. Hal ini bukan tanpa alasan produk-produk mereka seperti Heattech dan Airism merupakan hasil dari penggunaan teknologi tingkat tinggi yang menjadi inovasi baru dalam industri ini. Lalu layanan toko yang memperlihatkan teknologi modern kepada pelanggan seperti desain interior yang memberikan pelanggan pengalaman yang menarik dan nyaman disana.

Tidak hanya itu Uniqlo juga berinvestasi besar untuk pengembangan website e-commerce mereka dan juga membangun big data untuk sistem persediaan dengan model Just-in-Time (JIT) yang membuat perusahaan mampu meminimalisir pemborosan dengan mempertimbangkan banyak aspek dari kapan barang dibutuhkan , berapa jumlah yang berasal dari menganalisi pola penjualan mingguan sehingga mereka bisa mengetahui pola perilaku konsumen yang membuat efisiensi manajemen persediaan.

Masalah Hak Buruh & Adaptasi Pasar Baru

Kendati memiliki prospek yang baik, Uniqlo bukan berarti terhindar dari masalah apapun. Pada 2015 di China ada dugaan pelanggaran hak buruh disalahsatu perusahaan pemasoknya meski sudah berjanji akan memperbaikinya namun berdasarkan hasil penyelidikan hanya separuh dari masalah yang baru diselesaikan. Tidak hanya itu kondisi tempat kerja yang dianggap tidak layak menjadi persoalan menurut laporan dari SACOM dan War on Want mempelihatkan adanya lembur berlebihan, upah rendah, kondisi kerja yang berbahaya, dan perilaku represif khususnya di pabrik mereka di China dan Kamboja yang menjadi permasalahan di Uniqlo.

Tidak hanya masalah buruh perusahaan ini juga memiliki tantangan pada saat melakukan ekspansi pasar ke luar negeri ataupun benua lain karena perbedaaan budaya maupun jarak kantor pusat dengan pasar yang jauh yang mengharuskan perjuangan ekstra bagi Uniqlo jika ingin menjadi raja retail di dunia.

Peluang Uniqlo menjadi perusahaan retail terbesar bukan hanya sekedar omong kosong itu terlihat dari laporan penjualan perusahaan fashion di seluruh dunia menempatkan Uniqlo berada diposisi keempat hanya kalah dari ZARA, H&M, dan GAP. Para pengamat pun optimis melihat peluang Uniqlo yang berfokus pada pasar Asia bukan tidak mungkin Uniqlo bisa merajai industri fashion dunia.

Sumber tulisan:

Youtube Dr. Indrawan Nugroho, Strategi Anti-Trend UNIQLO bikin ZARA Tekuk Lutut.

 

Ikuti tulisan menarik Harrist Riansyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler