x

-

Iklan

Bacho 98'Net

ex-student movement activist 98'
Bergabung Sejak: 21 Juni 2023

Sabtu, 1 Juli 2023 10:36 WIB

Hari Kurban dan Hari Rakyat Jelata Nasional

Ini satu-satunya pesta dimana tak ada tuntutan untuk berlutut dan mengahaturkan berjuta terima kasih pada pemberi sekantong kresek daging kambing. Juga tak ada tuntutan untuk memilih dan memuja kelompok politik manapun seusai bersantap.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Selain pesta kemerdekaan dan pesta demokrasi, hari kurban (Idhul Adha) adalah salah satu pesta terbesar di Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim. Agak berbeda dari hari-hari besar negara yang kerap di istilahkan pesta, di hari kurban semua lapisan masyarakat merasakan kebahagian hingga sumsum tulang belulang,. Di setiap pojokan kampung terdengar gelak tawa dan senda gurau tentang jeroan kambing atau kantung sperma kambing yang menjadi rebutan anak-anak muda dan berbagai cerita tentang khasiat-khasiatnya.

Di hari kurban rakyat jelata di persilahkan berpesta tanpa khawatir tentang santapan hari ini atau nanti malam, seolah-olah semangat Pancasila tentang kesejahteraan rakyat dan perlindungan negara akan kaum miskin dan anak terlantar berubah dari mimpi menjadi kenyataan. Di hari ini semua lapisan masyarakat berpesta dan bersantap hal yang sama tanpa kecuali.

Dan ini satu-satunya pesta dimana tak ada tuntutan untuk berlutut dan mengahaturkan berjuta terima kasih pada pemberi sekantong kresek daging kambing. Juga tak ada tuntutan untuk memilih dan memuja kelompok politik manapun seusai bersantap, Seolah-olah rasa lapar hari kemarin dan hari esok terbayarkan dengan gurih aroma kambing yang sulit terlupa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di hari kurban, kita di paksa menyaksikan sebuah fenomena sosial yang menohok sanubari kita. Seolah-olah pengorbanan Nabi Ibrahim dahulu kala tak hanya mengajarkan kita tentang makna kecintaan dan kerelaan, namun juga mengajarkan kita cara bertata-sosial, cara bergotong royong, cara saling berbagi, cara tidak berpamrih, cara berjuang menabung sepanjang tahun dan mengembalikan hasil nya ke masyarakat tak mampu, baik di kampung kita sendiri atau di kampung tetangga. Di Ibu kota DKI Jakarta yang populasi masyarakat nya teramat tinggi tentu pendistribusian hasil kurban di butuhkan kecermatan nya sendiri, karena berbeda RT/RW kadang membedakan jenjang sosial bagai bumi dan langit, bagai Pantai Indah Kapuk dan Muara Angke.

Sebagai Negara beribu pulau, di mana adat istiadat dan budaya yang kian hari semakin berasimilasi, berbaur, dan bercampur selama ribuan tahun, sulit untuk meneliti diri mana tepatnya akar kebudayaan gotong royong, tepo saliro berasal, karena dalam kontras keseharian kehidupan berbangsa dan bernegara, Kadang dalam satu tahun yang panjang, kita cuma menemukan sedikit hari di mana kelompok-kelompok yang berkuasa berhenti saling cakar, saling ejek, saling olok, saling tuding, dan saling membusungkan dada tentang siapa yang paling baik, paling toleran, dan paling peduli akan nasib rakyat jelata.

Namun benarkah janji-janji pemilu, benarkah janji-janji wakil rakyat tentang kesejahteraan rakyat jelata, atau terlahirnya kebijakan publik yang tulus untuk mengangkat derajat rakyat jelata layak nya hari kurban yang mengangkat gizi masyarakat akan kandungan protein hewani selama satu hari. Benarkah hak pilih rakyat akan di gunakan untuk kesejahteraan rakyat atau sekedar alat tawar menawar politik kelompok dan politik kepentingan.

Di hari kurban rakyat di perbolehkan bermimpi akan ada nya sebuah pemerintahan layaknya benua Atlantis yang hilang, sebuah benua dengan pemerintahan yang adil, dan rukun, dan menjamin kesejahteraan rakyat, dimana semua kaum yang mampu, yang terpelajar, dan yang masih di beri rezeki lebih, berjuang untuk saudara-saudara setanah air yang kurang mampu, yang yatim dan terlantar, yang hidup cuma untuk menjadi alat tawar politik, konsumsi obrolan debat televisi, dan jargon-jargon ceramah politik dan agama. Mereka yang hanya bisa merasakan kenyang yang tenang sebanyak satu hari dalam setahun, mereka yang bangun di pagi yang bising dan bingung cara mengais rejeki hari ini, mereka yang tak terjamah pendidikan yang mencerdaskan dan membekali masa depan, dan mereka yang hidup sakit-sakitan.

Semoga semangat pemerintah untuk mensejahterakan rakyat jelata, terinspirasi dengan hari kurban, dan semangat rukun, semangat gotong royong, dan tepo saliro menjadi suatu nilai masyarakat yang mewarnai keseharian kita untuk hidup bermasyarakat dan semoga poster dan spanduk politik kepentingan menjadi penunjang semangat kita bukan perusak kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Ikuti tulisan menarik Bacho 98'Net lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu