x

Iklan

Yafet Ronaldies

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Agustus 2022

Rabu, 5 Juli 2023 14:37 WIB

Konsitusi Tidak Boleh Kalah dari Kesepakatan

Kenapa pembangunan rumah ibadah kerap terhambat? Sangat riskan ketika konsitusi dianggap tidak ada tersingkirkan oleh kesepakatan di lapangan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

     Beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo, menyampaikan  pidatonya mdi hadapan ratusan Kepala Daerah yang hadir dalam Rakornas Kepala Daerah dan FKDP seluruh Indonesia, di Sentul Internasional Convention Center, Jawa Barat 17 Januari 2023. Intisari yang pidato itu adalah memastikan di lapangan agar amanat Konsitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 29, itu benar-benar di terapkan. Sehingga semua masyarakat dari berbagai agama (agama yang sah di Indonesia), dapat melaksanakan ibadahnya dengan lancar, tanpa adanya gejolak penolakan, penggusuran, penutupan, sampai tidak mendapatkan izin.
     Lantas mengapa masih banyak penolakan? Padahal Konsitusi paling tertinggi sudah menjamin hak semua rakyat untuk melaksanakan ibadahnya? Sungguh ironi negeriku. Bahkan Pak Jokowi amat sedih, ketika rumah ibadah sangat sulit untuk mau dibangun. Jangankan mau bangun rumah ibadah, sedangkan beribadah di rumah-rumah saja, terkadang masih sering di gusur, di usir bahkan di larang. Penulis pun sampai saat ini masih heran dan binggung mengapa hal ini terjadi? Padahal negara kita, katanya negara luar (orang-orang bule), kalau Indonesia ini orang-orangnya pada ramah semua.
     Dari berbagai literatur yang penulis baca, banyak faktor yang membuat terkadang rumah ibadah sulit dibangun bahkan terjadi penolakan, misalkan karena faktor administratif, faktor sejarah (history), faktor dominasi daerah tersebut mayoritas, bahkan karena faktor kondusifitas. Timbul pertanyaan, apakah konsitusi kalah dengan semua faktor-faktor tersebut? Memang terkadang Konsitusi (Undang-Undang) dibuat dengan bagus dan niat baik, kadang fakta di lapangannya tidak demikian, sering paradoks.
     Penulis coba tuliskan kembali pasal 29 ayat 1 & 2 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, (1)Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (2)Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya. Makna dari ayat 1 ini adalah menjadi pemersatu bangsa dan menjadi nilai nyata dalam perjuangan dalam meraih kemerdakaan. Bahkan Indonesia melarang ketidakpercayaan terhadap Tuhan seperti Ateisme. Dengan jelas Indonesia, merupakan negara yang bermacam-macam agamanya, dengan kepercayaan akan Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian di atas 2 di jelaskan, bahwasannya negara akan menjamin, melindungi, membina semua umat beragama yang ada di Indonesia. Seluruh elemen negara, harus menjamin kenyamanan tiap-tiap warga negara dalam menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama & kepercayaannya. Implementasi seperti, menyediakan sarana serta prasarana ibadah semua agama, termasuk membantu pembangunan rumah ibadah. Kemudian, menetapakan hari raya suatu agama, sebagai hari libur nasional, agar dapat melaksanakan acara keagamaannya lebih fokus.
     Ragam perbedaan yang hidup di negara Indonesia, tidak hanya agama, akan tetapi ragam suku, ras, bahkan bahasa yang begitu banyak. Kita kaya akan keberagaman ini, sungguh sangat indah perbedaan ini, yang lebih kerennya lagi kita tetap satu yaitu Bangsa Indonesia. Hal ini berbeda dengan negara Amerika Serikat, yang terpecah-pecah menjadi negara bagian. Akan tetapi perlunya peningkatan saling menghargai, menghormati bahkan mendukung tiap-tiap umat beragama dalam menjalankan ibadahnya sesuai dengan agamanya, tanpa adanya penolakan dan pengusuran. Ketika hal ini terjadi, maka Indonesia akan menjadi sorotan dunia, menjadi negara tingkat kenyamanan dan kentramanan dalam beribadah menjadi nomor satu, bahkan bisa menjadi teladan buat negara-negara lain. Sangat tidak nyaman sekali, ketika kita mau ibadah dengan khuyusuk, akan tetapi di tolak, di gusur, bahkan di bubarkan pada saat sedang berlangsung ibadah.
     Dari Penulis, “Ketika mayoritas menggangeng erat minoritas dalam menciptakan kenyamanan dalam beribadah, maka puncak kedamaian tertinggi dapat di raih bangsa ini”

Ikuti tulisan menarik Yafet Ronaldies lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler