x

Ilustrasi Perpustakaan. Gambar oleh 0fjd125gk87 dari Pixabay.com

Iklan

Puspo Lolailik Suprapto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Juli 2023

Minggu, 9 Juli 2023 21:22 WIB

Kenapa Masih Ada Fenomena Book Shaming?

Dalam komunitas buku, sangat penting untuk mengedepankan sikap saling menghargai dan membangun suasana yang positif, di mana setiap orang merasa diterima dan dihormati dalam pilihan literatur mereka.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Memang tidak ideal ketika komunitas buku juga terlibat dalam fenomena book shaming. Seharusnya komunitas buku diharapkan menjadi tempat di mana orang-orang dengan minat membaca yang sama dapat saling mendukung, berbagi pengetahuan, serta menghargai keragaman pilihan literatur. Namun, terkadang book shaming dapat muncul dalam komunitas buku dengan beberapa alasan.

Pertama, ada perbedaan referensi. Komunitas buku terdiri dari individu dengan beragam preferensi membaca. Setiap individu memiliki minat yang berbeda-beda terhadap genre, penulis, atau gaya penulisan tertentu. Dalam situasi seperti itu, terkadang ada kecenderungan untuk meremehkan atau mengejek preferensi membaca orang lain yang berbeda dengan kita. Hal ini bisa terjadi karena ketidaktahuan, stereotip, atau ketidaksukaan pribadi.

Lalu, kesombongan intelektual. Beberapa anggota komunitas buku mungkin merasa superior atau ingin membuktikan kecerdasan mereka dengan merendahkan minat atau pengetahuan orang lain. Kesombongan intelektual semacam ini dapat menghasilkan perilaku book shaming yang merugikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan terakhir, kebiasaan kompetitif. Beberapa komunitas buku memiliki elemen kompetitif, misalnya perdebatan atau peringkat buku. Dalam upaya untuk mempertahankan pandangan atau preferensi mereka sendiri, beberapa anggota komunitas bisa jatuh ke dalam book shaming sebagai cara untuk "menang" dalam diskusi atau menegaskan superioritas mereka.

Sangat penting untuk kita mengatasi fenomena book shaming dalam komunitas buku. Bisa dimulai dari, saling memberi penghargaan, dan saling menghormati preferensi membaca orang lain. Dengan menekankan pentingnya keragaman literatur serta menghargai pilihan individu ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih positif dan juga inklusif.

Kemudian, kita dapat mengedukasi anggota komunitas buku tentang keragaman literatur serta manfaat membaca yang beragam. Hal ini dapat membantu mengurangi stereotip dan meningkatkan pemahaman. Dengan cara mendiskusikannya dan berbagi pengetahuan tentang berbagai buku dan genre, kita dapat membuka pikiran serta menghargai perspektif orang lain.

Disamping itu, kita harus empati dan saling mendukung satu sama lain. Dengan cara ini komunitas buku dapat menciptakan atmosfer, di mana orang-orang merasa nyaman untuk berbagi minat membaca mereka. Menghargai perbedaan dan melihat nilai setiap pilihan literatur adalah kunci untuk menghindari book shaming itu sendiri. 

Tak hanya itu, kompetisi dalam komunitas buku juga harus memastikan bahwa itu tetap sehat dan juga konstruktif. Komunitas buku berfokus pada apresiasi bersama, saling belajar, dan saling menghargai satu sama lain terhadap perbedaan ini dapat membantu menghindari kesombongan intelektual yang bisa mengarah ke book shaming.

Dalam komunitas buku, sangat penting untuk mengedepankan sikap saling menghargai dan membangun suasana yang positif, di mana setiap orang merasa diterima dan dihormati dalam pilihan literatur mereka. 

Ikuti tulisan menarik Puspo Lolailik Suprapto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB