x

Grup Teater Bambie dari Belanda (dokpri)

Iklan

Achmad Humaidy

Seorang narablog yang menyalurkan hobi membaca dan menulisnya melalui INDONESIANA supaya bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja. Kepoin blognya: https://www.blogger-eksis.my.id II IG @me_eksis II Twitter @me_idy
Bergabung Sejak: 23 Februari 2022

Sabtu, 15 Juli 2023 18:54 WIB

Grup Teater asal Belanda Pentaskan Bambie Zero di Erasmus Huis

Bambie Zero dipentaskan akhir pekan lalu di Erasmus Huis dan disaksikan lebih dari dua ratus penonton. Pementasan ini dilakukan oleh dua aktor teater yang berasal dari Belanda.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

   Setelah sukses gelar pertunjukan Ballet Bubbles di Taman Ismail Marzuki, Erasmus Huis kembali mengadakan pertunjukan teater Bambie Zero. Pementasan yang diadakan selama bulan Juli ini digelar untuk 3 kota sekaligus yaitu Jakarta (8 Juli), Yogyakarta (12 Juli), dan Makassar (18 Juli). Penulis berkesempatan nonton langsung pertunjukan teater tersebut di Pusat Kebudayaan Belanda, Setiabudi, Jakarta akhir pekan lalu.

   Selama lebih dari dua puluh tujuh tahun, Mime Theater Group Bambie menjadi kelompok teater visual dari Amsterdam yang memikat dengan konsep olah tubuh yang menjadi cermin dari jiwa manusia. Sejumlah produksi pertunjukan teater yang telah mereka ciptakan selalu mengedepankan absurdistik dan pantomim. Kedua aktor yang terbang ke Jakarta dipertemukan saat bersekolah pantomim di Netherland sejak tahun 1996.

     Meski membawakan konsep pantomim, interaktif para pelakon dari atas panggung ke penonton tetap disisipkan. Bukan hanya gaya pantomim yang ditonjolkan, terselip juga dialog-dialog jenaka sehingga mengundang reaksi tawa dari siapa saja yang menyaksikan aksinya. Pementasan ini pun membangkitkan imaji penonton saat melihat ekspresi dari kedua aktornya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

    Jaef de Boer selaku Kepala Budaya dan Komunikasi Kedutaan Besar Belanda mengatakan dalam sambutannya “Bambie menghadirkan teater dengan cara yang intim, lucu, dan kadang aneh sehingga dibuat khusus untuk orang dewasa. Pertunjukan pantomim mereka memungkinkan kita lihat kembali kehidupan yang kadang dipenuhi penampilan mewah, pertengkaran slapstick, dan perasaan dari dalam jiwa. Kita sebagai penonton akan mengenal itu semua lewat pertunjukan atraktif yang memikat

     Dengan metode teaterikal humor slapstick, cerita-cerita yang dibawakan pun cenderung ringan. Cerita tersebut membentuk fragmen yang bisa dikenali dari perasaan-perasaan para aktor teater yang bermain fantastis. Penceritaan dari awal sampai akhir begitu menawarkan bentuk dramaturgi baru dan beberapa bagian juga sengaja disesuaikan dengan tipikal penonton Indonesia yang butuh hiburan.


     Dalam pertunjukan Bambie Zero, kedua aktor coba ajak penonton berkenalan terlebih dahulu terhadap karakter yang mereka mainkan. Aktor pertama tampil begitu realis dan aktor kedua menjadi sosok yang sering berimajinasi atau mengalami halusinasi dalam hidupnya. Meski tingkah mereka lucu, tapi karakter yang dibawakan cukup serius. Mereka pun harus tetap terlihat menyenangkan dan meyakinkan dari atas panggung.

    Hanya saja pertunjukan ini memang disarankan untuk usia 18 tahun ke atas. Sebab fragmen kedua dalam pertunjukan harus memperlihatkan kedua aktor yang melucuti pakaiannya satu per satu dari atas sampai bawah. Tentu adegan ini membuat mereka seperti ingin berenang di dalam kolam.

      Aku pun menyimak gerak gerik aktor yang tanpa malu berakting di atas panggung pada malam itu dengan hanya mengenakan celana dalam. Mereka tetap berperan sesuai karakter dengan memanfaatkan properti-properti yang sudah ada di atas panggung seperti buku. Set artistik panggung yang hanya diisi 1 kursi goyang dan 1 sofa pun berhasil dipergunakan dengan optimal untuk laku dari kedua aktor tersebut.

    Pertunjukan Bambie Zero menampilkan kisah tentang dua orang yang bertemu dan mencari makna dari segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Mereka coba berinterpretasi seperti apa manusia mengalami delusi dan menjadi psikosis. Kedua pria tersebut menarik diri ke dunia yang absurd dan mulai meneliti segala hal tentang hidup mulai dari penyakit sampai hal-hal yang malah jadi penghalang bagi mereka. Pertunjukan yang disaksikan 240 penonton ini juga membuka wawasan tentang mental health.

     Dikonseptualisasikan kedua aktor berpengalaman, akting mereka mampu menunjukkan kesedihan dan keindahan yang pernah terjadi dalam hidup dari kegagalan-kegagalan yang dialami. Pertengkaran dari yang lucu sampai penuh emosi bak dagelan slapstick fisik nan filosofis. Chemistry di atas panggung pun mampu menyatukan celetukan yang pas.

     Akhir cerita dari pertunjukan teater ini juga mencoba ingatkan kembali pada penonton bahwa orang-orang yang pernah mengalami gangguan kesehatan mental jangan pernah ditinggal. Mereka butuh teman dalam setiap perjalanan kehidupan. Seperti apa yang dikatakan Paul van der Laan (co-founder grup teater Bambie) “Saat menyaksikan pertunjukan kami, penonton tidak hanya melihat dengan apa yang mereka pikirkan, tapi juga harus dengan hati dan perasaan

    Topik yang diangkat dalam Bambie Zero memang bersifat universal dan relevan bagi penonton di Indonesia. “Hidup jangan terlalu serius, harus diselingi dengan bercanda sesekali juga,” ujar Jochem Stavenuiter yang penampilannya malam itu begitu totalitas.

     Adegan favoritku selama pertunjukan Bambie Zero yaitu saat kedua aktor memutuskan untuk mabuk, tapi yang diminum ternyata hanya air mineral. Dalam adegan ini, mereka begitu lucu dan mampu memperlihatkan emosi saat harus melemparkan atau menjatuhkan bangku seolah dipengaruhi minuman beralkohol. Mereka memberi impresi terbaik yang tak akan terlupakan selama melakoni bagian ini.

     Beberapa penonton juga ada yang memfavoritkan adegan terakhir saat Jochem melukis wajah Paul dan tiba-tiba lukisan tersebut berubah menjadi lukisan “kotak hitam”. Konon makna adegan ini sengaja menggambarkan lukisan karya Kazimir Malevich dari Rusia. Lukisan tersebut seperti penanda atau simbol bahwa apa yang dilihat penonton di atas panggung kadang tidak sesuai dengan kenyataannya. Namun, blocking yang diatur pada adegan melukis ini begitu pas sehingga membuat penonton melihat langsung perubahan lukisan dari wajah ke kotak serba hitam.

     Setelah pementasan, penonton pun diberi kesempatan untuk berdiskusi dan bertanya langsung tentang konsep pertunjukannya. Diantara mereka melontarkan opini positif dan mengungkapkan perasaan setelah nonton pertunjukan absurd ini. Acara malam itu sekaligus diakhiri sesi foto bersama secara bergantian dengan para aktor. Semua penonton pulang dengan perasaan terhibur dan memantik berbagai pemikiran filosofis yang dekat dengan keseharian.

     Terima kasih Erasmus Huis yang sudah mempertemukan aku dengan dua aktor teater berbakat dari Belanda. Aku banyak mempelajari akting dan bahasa teater yang memperlihatkan aksi reaksi dari kedua aktor dengan format pertunjukan absurd yang dibawakan. Tentu ini sungguh menginspirasi bagiku yang juga bergelut sebagai pelaku seni pertunjukan teater di Jakarta.

Ikuti tulisan menarik Achmad Humaidy lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

16 jam lalu

Terpopuler