x

Pasar Gede, Kota Solo. oto oleh Bennylin, CC BY-SA 3.0

Iklan

putri winda

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Juli 2022

Kamis, 20 Juli 2023 16:26 WIB

Makna Filosofis Kolak dan Kue Apem dalam Tradisi Ruwahan di Solo

Mengenal Ruwahan sebagai salah satu tradisi daerah Solo, Jawa Tengah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ruwahan merupakan salah satu budaya jawa yang masih eksis di daerah Solo. Kegiatan ruwahan biasa dilakukan masyarakat Solo pada bulan Sya’ban. Tradisi ruwahan diadakan dengan beberapa kegiatan, dimulai dari membersihkan makam, berdoa bersama dan membagikan makanan kepada orang-orang yang hadir di acara tersebut. Nabilah & Muhadiyatiningsih (2022) dalam karya ilmiahnya mengatakan bahwa tradisi ruwahan merupakan warisan leluhur yang turun temurun masih dilaksanakan sampai sekarang. Bagi masyarakat Solo, tradisi ruwahan ditujukan untuk mendoakan leluhur.

Di beberapa daerah lain tradisi ruwahan dilaksanakan untuk silaturahim sekadar bermaaf-maafan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Walaupun antardaerah terdapat perbedaan pada tujuan pelaksanaan, namun prosesinya sama-sama kental dengan kesakralan. Ruwahan masih tetap dilakukan sampai sekarang, khususnya daerah Solo karena pada dasarnya sebuah tradisi tentu memiliki tujuan yang baik.

Bagi Masyarakat Solo, tradisi ruwahan merupakan tradisi yang ditujukan untuk mendoakan arwah leluhur yang sudah wafat. Karena pada dasarnya, istilah ruwahan merujuk pada kata ruh. Tradisi tersebut dilaksanakan pertengahan Sya’ban, tepatnya di hari Kamis malam Jum’at. Masyarakat berbondong-bondong membawa makanan menuju ke pemakaman leluhur atau kerabat masing-masing, membersihkan makam kemudian memanjatkan doa untuk ahli kubur agar Allah SWT. mengampuni kesalahan ahli kubur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Senada dengan penjelasan di atas, pada salah satu ungggahan Solopos.com, Chelin Indra Sushmita (2022) mengatakan bahwa Tradisi Ruwahan diawali dengan membaca doa kepada Tuhan. Dimaksudkan untuk memohon ampunan untuk para leluhur. Doa memohon ampunan untuk para leluhur tersebut bukan untaian doa khusus yang hanya dibacakan dalam tradisi ruwahan, namun doa-doa tersebut adalah doa memohon ampunan yang terhimpun dalam bacaan-bacaan Tahlil. Pembacaan Tahlil dalam prosesi Ruwahan ditujukan untuk arwah leluhur supaya mendapatkan pengampunan dari Allah SWT.

Tradisi Ruwahan mengharuskan keluarga yang ingin hadir membawa makanan untuk kelengkapan tradisi tersebut kemudian membagi-bagikannya kepada orang lain. Setelah berdoa bersama, makanan yang dibawa akan dibagikan kepada orang-orang di sekitaran makam. Kemudian, mereka akan menyantap makanan bersama-sama. Kegiatan tersebut mendorong masyarakat untuk berbagi sedekah dengan orang-orang sekitar serta dapat mempererat tali silaturahim. Ruwahan bukan hanya mendatangkan ketentraman untuk para leluhur yang sudah wafat lewat doa-doa, tetapi dapat menguatkan hubungan sosial. Keharusan membawa makanan dan tradisi saling berbagi makanan dalam ruwahan membawa dampak positif terhadap hablum minannas (hubungan antar sesama).

Makanan yang biasanya dibawa berupa kue apem dan kolak. Kedua makanan tersebut merupakan makanan yang selalu ada pada acara Ruwahan. Kolak merupakan makanan khas Indonesia yang memiliki bahan dasar gula aren, santan, serta daun pandan, sedangkan kue Apem adalah makanan tradisional yang dibuat dengan bahan utama dari tepung beras, gula, dan ragi. Secara umum kolak dan apem dikenal oleh masyarakat sebagai satu rangkaian lengkap yang selalu ada pada saat kenduri atau selametan tertentu misalnya seperti sedekah ruwahan menjelang bulan puasa (Nabilah & Muhadiyatiningsih, 2022). Kedua makanan tersebut selalu ada dalam berbagai acara budaya Jawa, keduanya menjadi elemen pelengkap tradisi karena dalam makanan tersebut menyimpan makna filosofis tersendiri. Oleh karena itu, Kue Apem dan Kolak adalah makanan yang diharuskan ada dalam Ruwahan.

Kue Apem sebagai salah satu makanan yang menjadi ciri khas dalam tradisi Ruwahan yang mempunyai makna filosofis dari segi penamaan. Kue apem secara harfiah berasal dari kata bahasa arab yang kemudian disederhanakan pembacaannya. Dalam Buku Ensiklopedia Islam Nusantara, kata Apem berasal dari bahasa Arab “’afuan”, “’afwan” atau “’afwun” yang memiliki arti pengampunan, mohon maaf sekaligus mengharapkan ampunan dari Allah SWT. Karena kesulitan dalam menyebutkan “afuan” atau “afwun”, orang jawa menyederhakan penyebutannya menjadi Apem. Kue Apem dalam tradisi ruwahan dipandang sebagai simbol saling bermaafan antarsesama sekaligus permohonan ampun atas berbagai kesalahan almarhum/almarhumah kepada Allah dan kepada sesama.

Selain memiliki makna simbolik permohonan maaf, membagikan kue Apem merupakan bentuk pengajaran agar bersedekah serta menjadi media berdoa untuk menolak bala. Masyararakat daerah Solo mempercayai bahwa membagi-bagikan apem dapat menangkal musibah. Putriana (2022) dalam unggahannya yang dipublish portal berita online, Kompasiana.com menyatakan bahwa “dengan diberikannya Kue Apem kepada tetangga atau saudara. Sebagai bentuk sedekah yang diyakini dapat menolak bala”. Selain itu, keyakinan tersebut merujuk pada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa sedekah dapat menangkal bala. Tradisi membagikan kue Apem merupakan bentuk pengajaran agar manusia selalu bersedekah dan berbagi kepada sesama serta menghindarkan musibah. 

Sama halnya seperti Apem, Kolak mempunyai makna filosofis untuk selalu mengingat Tuhan. Kolak merupakan makanan tradisional yang terbuat dari pisang kepok. Kepok sendiri mempunyai arti jera. Kolak secara harfiah berasal dari bahasa Arab “kholaqo” atau “khaliq” yang mempunyai arti pencipta. Nabilah & Muhadiyatiningsih, (2022) berpendapat bahwa Kolak mempunyai makna filosofis sebagai pengingat kepada Allah SWT agar senantiasa berbuat baik dan menjauhi perbuatan dosa. Baik kepok maupun Khaliq, keduanya mengandung pengajaran agar selalu menjadi hamba yang patuh. Kolak terbuat dari kepok agar orang yang memakannya kapok atau insyaf dan senantiasa mengingat Allah. 

Berdasarkan pemaparan di atas, Kolak dan kue Apem dalam tradisi merupakan elemen penting serta mengandung makna filosofis tersendiri. Kolak mengandung pengajaran untuk senantiasa mengingat Allah SWT, sedangkan Apem mengandung pengajaran untuk senantiasa bersedekah serta saling memaafkan. Kolak dan Apem, memiliki makna mengingatkan kepada Allah Swt agar berhati-hati dalam melakukan setiap perbuatan (Nabilah & Muhadiyatiningsih, 2022). Kedua makanan tersebut memberikan banyak pelajaran melalui makna filosofisnya. Makanan khas dalam Ruwahan, yakni kolak dan kue apem mempunyai makna filosofis sebagai bentuk permintaan maaf dan sebagai perekat silaturahmi antar tetangga, keluarga, maupun kerabat.

 

Ikuti tulisan menarik putri winda lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB