x

Mahasiswa menampilkan poster kritikan untuk DPR saat aksi demo Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) di Kawasan Istana Negara, Kota Bogor, Senin, 27 Juni 2022. Tempo/Magang/Muhammad Syauqi Amrullah

Iklan

michael sibarani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 April 2023

Sabtu, 29 Juli 2023 10:36 WIB

Mahasiswa Kos di Tengah Hiruk-pikuk Perkotaan

Berani keluar dari zona nyaman menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian orang yang mencari nafkah atau ilmu di kota. Bagi mahasiswa koks-kosan mereka, antara lain, harus mengatur uang makan, transportasi, uang kuliah, dan ongkos kos.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Michael Sibarani

            Berani keluar dari zona nyaman menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian orang yang mencari nafkah atau mencari ilmu di kota, khususnya mahasiswa yang sedang mengenyam Pendidikan di Perguruan Tinggi. Banyak biaya yang dikeluarkan dan harus diperhitungkan mulai dari uang makan, transportasi, uang kuliah, dan tempat kos.

Hidup dikota sangat berbanding terbalik dengan kehidupan di desa. Sewaktu di desa biaya hidup tergolong rendah, dan masih ada orang tua yang meyediakan sarapan, teman bercerita, bahkan untuk sekedar meminta uang jajan. Berbeda dengan dikota, kita dituntut untuk selalu mandiri dalam segala hal terutama menajemen waktu dan menajemen keuangan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi seorang mahasiswa menajemen waktu menjadi masalah yang paling krusial untuk diselesaikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. masalah yang paling umum terlambat bangun pagi dan membuat telat masuk kelas, ditambah lagi jika aktif organisasi internal/eksternal kampus, maka akan semakin sulit untuk membagi waktu antara kuliah dan organsasi. takkala jadwal program di organisasi berbenturan dengan waktu kuliah. Disini mahasiswa akan bingung dan harus memilih yang terpenting dari yang penting.

Ada yang memilih organisasi karena mungkin absen kelas sekali masih bisa didispensasi dan tidak terlalu mempengaharui perkuliahan. ada juga yang memilih kuliah karena memang merasa kuliah tidak bisa ditinggalkan. Namun, ada kalanya mahasiswa membuat pilihan yang kurang tepat, terlalu sibuk dengan urusan organisasi, terlena, dan kuliahpun ditinggalkan. Ada juga karena kuliah, tugas dan mandat yang diterima diorganisasi dilupakan dan membuat roda-roda organisasi tidak berjalan.

ini hanya segelintir masalah menajemen waktu yang biasanya dihadapi mahasiswa terutama yang berorganisasi, masih ada masalah-masalah lain yang belum bisa dimenajemen Sebagian mahasiswa. Namun bukan hanya mahasiswa, pekerja, bahkan orang kaya sekalipun banyak juga yang belum tuntas menajemen waktu. Banyak yang tidak bisa membagi waktu antara bekerja dan keluarga. Yang biasanya membuat hubungan keluarga menjadi renggang, dan pekerjaan yang kurang maksimal.

Tingginya biaya hidup diperkotaan juga menjadi masalah. Berbeda dengan biaya hidup didesa yang umumnya lebih murah karena hampir semua bahan-bahan makanan ditanam diperkebunan sendiri. Diperkotaan cenderung membeli karena sudah tersedia dan lebih praktis. Lalu bagaimana dengan mahasiswa yang merantau untuk menempuh Pendidikan? Darimana uangnya? Apakah cukup?

 Pada umumnya mahasiswa memiliki kiriman dari kampung sebagai upaya untuk bertahan hidup diperkotaan. Jumlahnya pun variatif tergantung kondisi keuangan orang tua dikampung;terkadang berkecukupan, cukup, dan tak kala kurang oleh kebutuhan sehari-hari yang tak menentu. Biasanya kiriman mahasiswa satu bulan sekali, namun beberapa mahasiswa ada juga yang kirimannya seminggu sekali, mungkin takut kalo per bulan dalam dua minggu bisa langsung habis. Selain itu jumlahnya juga variatif dan tidak menentu sehingga mahasiswa perlu memenajemen keuangan supaya tidak kelaparan diakhir bulan.

Banyak sekali terjadi tragedi perut kelaparan pada mahasiswa khususnya semester awal masuk kuliah. Biasanya mahasiswa yang baru beranjak dari kampung dan tidak pernah indekos sebelumnya akan sangat boros menggunakan uang, belum mampu memenajemen keuangannya dengan baik. Selain itu rasa penasaran akan hal-hal baru yang ada disekitar juga menjadi masalah. Banyak mahasiswa yang tidak mampu untuk menahan diri untuk membeli apa saja yang ada dilingkungan sekitarnya. Tapi ini wajar kaarena dirasa unik dan belum pernah dijumpai sebelunya, namun ketika tidak terkontrol berakibat fatal, bisa-bisa 2 minggu terakhir makan dengan lauk garam setiap hari.

Tidak hanya mahasiswa baru, mahasiswa yang sudah cukup lama inthekos pun belum tentu dapat memenajemen keuangan dengan baik. Banyak faktor yang menjadi penyebab seperti pola nongkrong yang boros,dan  hampir tiap hari, terlalu banyak jajan padahal sudah makan tiga kali sehari, dan perjudian yang sangat banyak diminati mahasiswa hari ini, yaitu judi online. Judi online memang sangat meresahkan bagi mahasiswa yang tidak bisa menahan diri karena main sekali pasti akan candu main lagi karena rasa penasaran yang belum terbayarkan. Alhasil uang yang harus ya bertahan satu bulan habis dalam hitungan jam.

Apabila perut kelaparan memanggil sebelum waktunya maka akan terjadi sistem politik. Sistem politik yang dimadsud adalah lobi lobi untuk mendapatkan pinjaman uang kepada teman-temannya, baik yang dekat maupun yang jauh semua akan dilobi yang penting bisa bertahan hidup sampai akhir bulan. Istilah yang biasa dipakai yaitu “PJ” (pinjam dulu) biasanya akan dibumbui dengan cerita sedih.

Ketika Upaya lobi-lobi tidak berhasil maka akan mencoba jurus terakhir yaitu “CK” (cari kawan) dengan sistem Satukan Kekuatan yang sudah tidak asing lagi terdengar dilingkungan mahasiswa menuju akhir bulan. Biasanya ck akan dilakukan oleh teman dekat maupun satu kos dengan mengumpulkan semua uang receh yang ada, berapapun yang didapat akan dibelikan makanan dan dimakan secara bersama-sama. Tentu hal semacam ini hanya mampu dilakukan oleh orang orang yang memiliki solidaritas yang tinggi.

Namun biar bagaimanapun tindakan ini tidak bisa selamanya dibenarkan karena akan menimbulkan penyakit yang bisa membahanyakan diri sendiri. mahasiswa harus mampu memenajemen waktu dan keuanganya setiap hari supanya tidak sengsara di akhir bulan. Oleh karena itu harus ada Langkah antisipatif yang diambil oleh mahasiswa. Upaya-upaya yang mungkin bisa dilakukan adalah:

Pertama, mahasiswa membuat time line kegiatanya dalam satu minggu, mulai dari bangun sampai dengan istirahat. begitu setiap hari supaya setiap kegiatan terjadwal dan tersusun, terkhusus mahasiswa yang memiliki kegiatan extra seperti organsisasi supaya tidak bertambrakan dengan jadwal kuliah. Dan kalaupun bertabrakan bisa mengambil langkah antisipatif karena memiliki banyak waktu untuk mencari solusi, sehingga tidak terburu-buru. Selain itu mahasiswa juga harus mampu memilih yang terpenting dari yang penting.

Kedua, kondisi dikampung pasti selalu berbeda-beda, begitupun pendapatan orang tua pasti tidak menentu hasilnya. Oleh sebab itu harus ada Langkah-langkah antisifatif yang diambil, bisa dengan cara meyisihkan sepuluh persen dari uang bulanan, disimpan sebagai biaya tidak terduga sewaktu-waktu ada hal mendesak yang membutuhkan uang lebih.

Ketiga, yaitu dengan cara menghitungkan kebutuhan sehari dalam satu bulan setelah itu bagikan dengan kiriman perbulbulan yang biasa di dapatkan. Dan solusi terakhir yaitu dengan cara berbelanja kebutuhan sehari-hari dan masak sendiri maka menajemen keuangan akan berhasil dan tidak perlu lagi kelaparan di akhir bulan.

Penulis adalah anggota GMKI Cabang Medan dan Mahasiswa Teknik Mesin UHN Medan

Ikuti tulisan menarik michael sibarani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu