x

Iklan

BungRam

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 7 Agustus 2023 16:11 WIB

Mewujudkan Pembelajaran Aktif di Kelas yang Kondusif

Di antara penyebab kegiatan belajar di kelas tidak kondusif adalah guru kurang memfasilitasi murid belajar dengan kemampuan dan gaya belajar yang beragam. Semua murid diharuskan mengikuti proses belajar dengan cara yang sama, dan mengejar target yang sama.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tantangan bagi guru di sekolah dasar dan menengah dalam melaksanakan pembelajaran yang aktif di kelas adalah bagaimana mengelola ruang kelas agar kondusif dan mendorong antusiasme murid dalam belajar secara komunikatif dan interaktif.

Kelas yang kondusif dan tenang bukanlah kelas yang seluruh muridnya diam, tidak boleh bicara, menjadi pendengar setia. Kelas yang kondusif adalah kelas yang di dalamnya terjalin hubungan interaksi antara murid satu dengan lainnya dan dengan guru secara aktif dan menyenangkan.

Lupakan cara mengajar dengan kalimat sakti "diam, duduk yang rapih!". Mulai dengan membangun aktifitas bersama dengan seluruh murid dan menjadikan mereka sebagai pusat pembelajaran, sebagai subyek kegiatan dan aktif berkolaborasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kelas yang aktif, bukan berisik

Guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik, lebih tenang dan kondusif, namun seluruh siswa tetap aktif dan antusias. Mereka boleh bersorak, menyanyi, bergerak, menyampaikan pendapat dan mengutarakan isi pikirannya dengan bebas dan terkendali.

Apa yang disebut pembelajaran aktif?

Pembelajaran aktif adalah pendekatan pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dengan materi pelajaran melalui diskusi, pemecahan masalah, studi kasus, permainan peran dan metode lainnya.

Kelas interaktif

Pendekatan pembelajaran aktif menempatkan tingkat tanggung jawab yang lebih besar pada pembelajar daripada pendekatan pasif seperti ceramah, tetapi bimbingan instruktur masih penting dalam kelas pembelajaran aktif.

Murid dalam kelas dengan pembelajaran aktif dapat mengikuti kegiatan belajar tetap tenang, tidak ribut, tidak berisik atau tidak terkendali oleh guru.

Murid mengikuti pembelajaran dengan fokus, memperhatikan dengan tenang, namun mereka dapat bersuara, bertanya dan menyampaikan pendapatnya secara langsung, atau melakukan diskusi dengan guru atau teman di sebelahnya.

Kelas yang berisik, karena setiap anak tidak mengikuti aturan dalam cara berkomunikasi, semua berbicara atau meninggikan suara untuk lebih diperhatikan oleh yang lain, kemudian guru meninggikan suara untuk membuat semua murid mendengarkannya, hingga situasi tidak terkendali, maka guru berteriak untuk mengehtikan semua suara yang saling bersahutan. 

Bagaimana mewujudkan pembelajaran aktif dan para murid tetap terkendali, bukan berisik?

1. Pahami gaya belajar murid-murid di kelas Anda

Memahami gaya belajar para murid di kelas menjadi kunci yang paling mendasar bagi  guru dalam mengelola pembelajaran di kelasnya. Setiap anak memiliki keadaan yang berbeda, kemampuan yang berbeda dan latar belakang yang berbeda.

Ketika guru memiliki data yang lengkap tentang kondisi para murid, guru dapat menentukan metode pembelajaran yang sesuai dan proses belajar yang membuat anak merasa nyaman dan antusias mengikutinya.

Itu memang perlu proses dan keterampilan guru dalam praktik mengajar. Guru perlu membiasakan diri melakukan pengenalan lebih mendalam dan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang murid-muridnya.

2. Buat aturan kelas bersama untuk kebaikan dan kenyamanan belajar bersama

Membuat aturan kelas adalah hal umum yang dilakukan oleh guru di kelasnya. Itu semacam undang-undang dasar penerapan disiplin kelas yang harus dipatuhi.

Namun sering kali aturan kelas hanyalah sebuah tulisan yang dibuat dan ditempel, kemudian dibacakan oleh guru di depan kelas, namun masih banyak para murid yang tidak konsisten dalam melaksanakan peraturan kelas tersebut.

Di antara penyebab utama tidak terlaksananya aturan kelas secara konsisten adalah pemahaman murid tentang aturan tidak cukup baik. Sebagian merasa bahwa aturan bukan untuk kebaikan mereka, namun untuk menuruti otoritas guru dan sekolah.

Membuat aturan kelas bersama, mengajak para murid berdialog, apa yang baik untuk mereka, dan apa yang akan membuat mereka nyaman belajar di kelas, serta memberi dukungan pemahaman, bahwa setiap anak harus mendapatkan kesempatan belajar dan kenyamanan belajar dengan baik.

3. Fasilitasi keinginan anak untuk bicara dan hak yang lainnya untuk didengarkan

Keterampilan berkomunikasi sangat perlu dikenalkan dan dibiasakan sebelum waktu belajar di kelas/sekolah berjalan lebih lama. 

Aturan kelas tentang komunikasi adalah aturan yang paling berharga untuk mewujudkan suasan pembelajaran aktif dan kondusif. Setiap orang berhak bicara, dan berhak untuk didengarkan.

Oleh karenanya guru perlu memfasilitasi  kegiatan belajar dengan diskusi, menyampaikan  pikiran atau perasaan, dan memperbanyak waktu bertanya di sela-sela penjelasan pelajaran.

Guru dapat menggunakan teknik "stop, dengarkan" secara berulang, dan membiasakan umpan balik dengan, "sampai di sini, siapa yang ingin menyampaikan pendapat atau bertanya?"

4. Buat perencanaan aktifitas belajar yang berdiferensiasi

Aktifitas belajar berdiferensiasi adalah kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi setiap individu di kelas berdasarkan kemampuan dan kondisi masing-masing yang berbeda.

Di antara penyebab kegiatan belajar di kelas tidak kondusif adalah guru kurang memfasilitasi murid belajar dengan kemampuan dan gaya belajar yang beragam. Semua murid diharuskan mengikuti proses belajar dengan cara yang sama, dan mengejar target yang sama.

Dominasi guru di kelas sangat tinggi, sehingga kemampuan dasar serta bakat murid yang beragam diarahkan kepada satu hal yang dipandang paling baik oleh guru, bukan paling sesuai untuk murid.

Ketika setiap murid belajar dengan nyaman karena keadaan mereka dan kemampuan belajarnya terfasilitasi, mereka akan antusias belajar. Mereka anak menemukan cara belajar untuk mencapai pemahaman.

Untuk hal tersebut, guru perlu memahami segi-segi pemahaman dalam belajar, untuk memberikan kesempatan secara fleksibel kepada murid mencapai pemahaman dengan kemampuan dan caranya masing-masing.

Adapun dalam mencapai tujuan pembelajaran, dimulai dari mencapai pemahaman materi dan kemampuan menunjukkan pemahaman tersebut ke dalam kegiatan yang nyata dan relevan.

Dengan kegiatan yang berdiferensiasi dan beragam, yang memfasilitasi berbagai tingkat pemahaman dan gaya belajar, setiap murid akan mencapai tujuan pembelajaran dan pemahaman materi ajar melalui segi-segi pemahaman; dengan menjelaskan, menginterpretasi, mengaplikasikan atau mempraktikkan, memiliki perspektif, berempati, dan mengetahui keadaan diri sendiri. Baca lebih dalam tentang enam segi pemahaman Wiggins.

Dengan cara-cara tersebut, pembelajaran di kelas akan menjadi aktif, interaktif,  lebih kondusif dan menyenangkan.

"Kelas bukanlah ruang sepi, karena setiap murid duduk diam tanpa bergerak, menatap ke arah guru, meski pikiran dan jiwa mereka ada di luar kelas".

Ikuti tulisan menarik BungRam lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu