x

Presiden Jokowi: Sikap Saya Tak Berubah, Tidak Ada Niat Jadi Presiden Tiga Periode

Iklan

Syabar Suwardiman Seorang Guru

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 November 2021

Rabu, 30 Agustus 2023 10:34 WIB

Menanti Warisan Terbaik Presiden Jokowi

Warisan terbaik bukan peninggalan yang bersifat kebendaan, tapi tidak terjadi keterbelahan antarwarga negara Indonesia. Tahun 2024 akan menjadi tahun pembuktian Presiden Jokowi, mampukah menghindarkan Indonesia dari keterbelahan. Langkah terdekat adalah mengakhiri peran buzzer, diikuti pemerataan kualitas pendidikan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah warisan terbaik Presiden Jokowi adalah IKN, Kereta Cepat, Bandara atau Jalan Tol?  Sebelum menjawab pertanyaan tadi ada pengalaman menarik ketika penulis membuat tulisan di beranda Facebook yang isinya tentang bagaimana kita mengukur karakter asli seorang teman, maka untuk mengukurnya lihatlah; saat dia marah, saat berurusan dengan uang dan atau saat melakukan perjalanan atau safar lebih dari tiga hari.  Tiga indikator ini berasal dari hadits Nabi Muhammad SAW.  Lalu penulis iseng menambahkan yang keempat, khusus di Indonesia ujilah pertemanan saat proses pemilihan Presiden.  Ternyata meskipun iseng dan niatnya bercanda, tanggapannya cenderung setuju.  Bahkan ada yang bercerita, nomor HPnya dan pertemanan di Facebook diblok oleh teman dekatnya, karena berbeda pendapat saat proses pemilihan presiden.

Kita ketahui bersama bahwa setiap menuju proses pemilihan presiden, rakyat Indonesia terbelah secara tajam karena berbeda pilihan. Perbedaan ini makin menjadi karena adanya media sosial yang digunakan untuk saling menghujat dan bahkan merembet ke masalah yang sangat pribadi, rasis, saling melecehkan, lupa bahwa kita adalah saudara sebangsa dan setanah air.

Dari fenomena yang terjadi, jangan sampai warisan Presiden Jokowi hanya berupa kebendaan yang dianggap sebagai bukti kemajuan bangsa.  Namun melupakan modal sosial utama yaitu bersatunya bangsa ini dalam kedamaian dan kesejahteraan.  Apalah artinya kita memiliki  kemajuan di bidang fisik tetapi penghuninya tidak merasa nyaman berada di dalamnya.  Dalam balutan ketimuran kemajuan itu bukan pada fisiknya, tetapi kepada kesadaran manusianya.  Dalam lingkup kecil keluarga, warisan kekayaan berupa rumah mewah, mobil mewah tak ada artinya ketika anak-anak pewaris sah malah berebut warisan, melupakan persaudaraan sedarah mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Pemilihan Presiden Harusnya Pesta Demokrasi Kegembiraan Rakyat

Penulis sendiri pada tahun 2019 mengingatkan bahwa kampret (sebutan untuk pendukung Prabowo saat 2019) dan cebong (sebutan untuk pendukung Jokowi) adalah bersaudara.  Artikel tersebut dimuat di media lokal. Dalam tulisan itu penulis antara lain menyampaikan saatnya pemenang dalam kontestasi politik merangkul kembali yang kalah, bersama kembali membangun Bangsa. Artikel tersebut dikirim sebelum pertemuan Presiden Jokowi dengan Prabowo di Stasiun MRT Lebak Bulus pada tahun 2019. Namun di lapangan tidak serta merta meredakan konflik antar pendukung, hujatan dan cacian masih terus terjadi.

Pemilihan Presiden seharusnya adalah pesta kegembiraan rakyat. Capres-cawapres yang diajukan partai adalah kader-kader terbaik bangsa. Mereka yang berkompetisi sudah teruji akan menjadi negarawan.  Kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok atau kepentingan partai.  Karena sudah teruji, siapa pun yang terpilih menjadi Presiden Indonesia, bukanlah presiden partai.  Itulah keindahan demokrasi, dari rakyat untuk rakyat bukan untuk kepentingan partai atau golongan.

Simbol kepemimpinan di Indonesia, seperti dalam lakon pewayangan, pemimpin harus mampu menembus bumi, berjalan di atas air dan terbang di udara.  Menembus bumi artinya mau menyelami kehidupan rakyat, kesulitan rakyat. Ini tergambar dari jejak marhaenismenya Bung Karno. Berjalan di atas air karena Indonesia adalah negara dengan beragam agama, suku, golongan, pemimpin harus mampu memahami perbedaan dan tidak berpihak pada satu pihak. Sehingga mampu menegakkan keadilan. Menegakan keadilan adalah  hal paling menantang bahkan hal yang paling sulit bagi seorang pemimpin. Keadilan nyata akan tampak ketika harus menegakkan ke internal atau lingkungan terdekat dirinya.   Terbang di udara adalah ungkapan bahwa seorang pemimpin harus bisa objektif melihat berbagai persoalan yang terjadi.  Lagi-lagi poin utamanya adalah pada keadilan.  Hal ini sejalan dengan Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa.

Betapa sulitnya syarat menjadi pemimpin yang disimbolkan dunia pewayangan. Namun jika dibahasakan ke dalam bahasa politik kebangsaan itulah yang disebut sebagai negarawan yang harus mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan apapun.

2024 Tahun Pembuktian Presiden Jokowi

Warisan terbaik Jokowi ditentukan menjelang 2024, saat Pemilu dan masa transisi pemindahan kekuasaan.  Sudah saatnya mengakhiri keterbelahan bangsa karena beda pilihan.  Jangan risaukan apakah IKN akan dilanjutkan, risaukanlah modal sosial yang makin menipis dalam kehidupan berbangsa.  Oleh karena itu warisan terbaik adalah mengembalikan marwah berbangsa dan bernegara dengan kekuatan modal sosial sebagai bangsa yang mengedepankan kebersamaan, gotong royong.

Langkah terdekat menjelang 2024, Presiden Jokowi dan para elite bangsa harus sepakat untuk mengakhiri peran para buzzer.  Para buzzer seperti yang ditulis dalam editorial Tempo empat tahun lalu adalah ancaman serius bagi demokrasi.  Selain Tempo banyak pihak yang mendesak untuk menghentikan peran para buzzer. Mereka digunakan untuk kepentingan pragmatis penguasa.  Misalnya dalam berbagai kepentingan yang menyangkut masyarakat banyak, Tempo menyoroti bagaimana mereka para buzzer menggiring agar masyarakat menyetujui disahkannya UU Cipta Kerja. Itu baru satu kasus. Lebih menyakitkan lagi mereka dibayar dari uang APBN.

Langkah berikutnya Presiden dan para elite bangsa sepakat untuk meningkatkan perluasan dan pemerataan pendidikan. Sebab bagaimanapun pendidikan adalah gerbang untuk menjadikan bangsa yang melek dalam berbagai hal.  Keterbelahan itu terjadi karena masyarakat masih dengan mudah dipengaruhi sesuai keinginan dari pemesan, dalam hal para penguasa politik.

Perluasan dan pemerataan pendidikan adalah syarat utama kemajuan suatu bangsa.  Kualitas manusia Indonesia yang cerdas, berwawasan luas, memiliki jiwa patriotisme adalah modal untuk menyongsong Indonesia maju pada tahun 2045.  Semoga!

Ikuti tulisan menarik Syabar Suwardiman Seorang Guru lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu