x

Iklan

Umar Zein

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 September 2023

Rabu, 20 September 2023 14:55 WIB

Bisakah Kedaireka Membantu Eliminasi Malaria di Sumatera Utara?

Penemuan dan pembuktian bahan obat dari tanaman asli Indonesia Sambiloto dan Kelor, adalah peluang untuk menjadikannya sebagai obat alternatif untuk Malaria. Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indnesia, termasuk di provinsi Sumatera Utara

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Untuk pertahanan menghadapi serbuan Inggeris, Daendels membangun benteng untuk mengawasi perairan Selat Sunda. Tetapi pembangunan benteng tersebut gagal total. Baik para pekerja paksa pribumi, serdadu infanteri maupun kesatuan-kesatuan artileri disapu habis oleh malaria.

(Pramoedya Ananta Toer, 2005)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pendahuluan

 

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang tercatat dalam sejarah peradaban umat manusia. Berawal penyakit ini dianggap misterius hingga penelitian molekuler terus berkembang saat ini, kasus malaria masih banyak di dunia termasuk Indonesia. Salah satu masalah penanggulangan malaria adalah ketersediaan obat antimalaria ampuh dan cukup di suatu wilayah edemik malaria. Bila semua kasus malaria terdeteksi dan tuntas diobati, maka komponen terapi sudah teratasi. Bila kasus malaria di suatu kabupaten mencapai nol, maka  salah satu rantai penularan sudah terputus. Maka, rantai penularanlainnya akan lebih mudah memutusnya.

Pengalaman penelitan uji klinis open trial terhadap malaria di Sumatera Utara bersama mitra dengan bantuan Kedaireka, membuka peluang eliminasi malaria. Obat yang digunakan adalah tanaman asli Indonesia yang tumbuh subur di mana saja. Bahan antimalaria itu adalah sambiloto (Andrographis paniculata) dan sumber nutrisi kelor (Moringa oliefera).

Karakteristik Kasus Malaria

Penyakit malaria berbasis lingkungan. Karena vektor penularnya adalah nyamuk Anopheles yang membutuhkan air tempat bertelur dan berkembang. Area rawa−rawa, berbagai genangan air di hutan dan belukar serta paluh di tepian pantai menjadi tempat perindukan nyamuk.  Wilayah tersebut umumnya dihuni penduduk miskin. Penduduk miskin berkorelasi dengan tingkat pendidikan dan derajat kesehatan rendah. Oleh karena itu, pengidap malaria di daerah endemik sikapnya selalu menunggu pengobatan, bukan mencari pengobatan. Maka, untuk eliminasi malaria di Indonesia, obat yang disediakan pemerintah harus manjur dan cukup. Diagnosis malaria harus cepat dan tepat. Efek samping obat harus minimal. Sediaan obat harus dapat digunakan oleh semua kelompok umur.

Potensi Bahan Obat Alami Indonesia

 Sejarah telah menunjukkan bahwa banyak obat jadi (Obat kimia) berasal dari obat tradisional. Obat yang berasal dari kulit kayu Chincona ledgeriana yang dipakai untuk mengobati malaria, kemudian dikenal sebagai tablet Kina yang cukup ampuh untuk mengobati Malaria. Belum begitu lama telah dimurnikan artemisinin dari tanaman  Artemisia annua yang telah lama dipakai sebagai obat tradisional Cina dengan nama Quing Hao Shu untuk mengobati malaria yang saat ini telah di produksi secara komersil oleh Cina dan di ekspor ke beberapa Negara.

Indonesia mega-senter keragaman hayati dunia, menduduki urutan terkaya kedua di dunia setelah Brazil. Bila biota laut ikut diperhitungkan, maka Indonesia menduduki urutan terkaya pertama di dunia. Di bumi diperkirakan hidup sekitar 40.000 spesies tumbuhan, 30.000 spesies hidup di kepulauan Indonesia, dan diketahui sekurang-kurangnya 9.600 spesies tumbuhan berkhasiat sebagai obat. Ada dua ratus lebih telah dimanfaatkan industri obat tradisional. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki area pertanian dan perkebunan luas serta pekarangan yang dapat ditanami tumbuhan obat. Indonesia memiliki ratusan pulau kecil yang belum dimanfaatkan. Hutan Indonesia yang luas menyimpan kekayaan yang besar, diantaranya berpeluang sebagai obat bahan alam. Ekspor obat tradisional dalam bentuk setengah jadi sesungguhnya hanya menguntungkan negara penerima yang dapat mengembangkannya.  

Hasil Uji Klinis

Sebelum penulis melakukan kerjasama penelitian dengan mitra UD. Keloria Sehat yang memeroduksi kapsul ekstra Kelor, telah melakukan beberapa peneltian uji klinis malaria. Sejak tahun 2004 dilakukan di daerah endemik malaria, kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Pada tahun 2006 dilakukan dengan metode uji klinik acak terkontrol yang tersamar ganda (Randomized Double-Blind Control Trial) dengan empat kelompok perlakuan pengobatan pasien malaria falciparum dewasa tanpa komplikasi. Uji klinik dilaksanakan sesuai GCP (Grand Clinical Practice). Hasil penelitian pada semua kelompok uji, parasit malaria tidak ditemukan lagi pada hari ke 7 setelah pengobatan pada semua kelompok uji. Efikasi masing─masing kelompok uji adalah: 90,9%, 90,5%, 90,2%, dan 95,2%. Bila dibandingkan efikasi kelompok Sambiloto 250 mg dengan 500 mg secara statistik tidak bermakna. Namun, penilaian parameter imunologi pada kelompok 500 mg, terlihat efek imunomodulator dari ekstrak Sambiloto dalam kandungan andrographolidenya. Efek imunomodulator ini berguna untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap infeksi malaria, sehingga pengobatan semakin efektif. Kandungan zat di dalam ekstrak Sambiloto juga memiliki khasiat sebagai tonikum (penyegar).

Penelitian uji klinis open trial yang dilakukan di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, membuktikan bahwa kapsul ekstrak sambiloto 250 mg tiga kali sehari efektif untuk menyembuhkan pasien malaria falciparum, vivax dan infeksi campuran falciparum dan vivax (Mix infection).

Penelitian tahun 2022 dengan dukungan Kedaireka, kami melakukan uji klinis open trial terhadap seratus pasien  yang berusia 13–65 tahun. Sebanyak 65 malaria vivax, 14 malaria falciparum, dan 21 infeksi campuran P. vivax dan P. falciparum. Diberikan pengobatan dengan kapsul Androfera (gabungan kapsul ekstrak sambiloto 500 mg dan ekstrak kelor 500 mg). Pemberian pertama  kapsul sambiloto 500 mg dua kali sehari 2 kapsul selama lima hari. Kemudian dilanjutkan dengan kapsul ekstrak Kelor 500 mg dua kali sehari selama 10 hari.  Pembersihan parasit lengkap terjadi pada 73%  kasus pada hari ke-7 pengobatan. Sebanyak 19% telah mencapai hasil negatif parasitaemia ada hari ke-3, dan sisanya  54% mencapai hasil negatif parasitaemia pada hari ke-7. Tidak ada pasien yang berkembang menjadi malaria berat dan tidak ditemukan efek samping sejak awal pengobatan hingga berakhirnya waktu pemantauan parasit dalam darah sampai hari ke 28. Sehingga, kombinasi kedua zat herba ini dapat digunakan sebagai alternatif antimalaria di Indonesia. Untuk itu diperlukan peneltian multicentre di seluruh daerah endemik malaria di Indonesia.

.Dari data Kemenkes RI tahun 2021, ada 23 kabupaten/kota yang endemis malarianya masih tinggi, 21 kabupaten/kota endemis sedang, dan 152 kabupaten/kota endemis rendah. Androfera dapat disosialisasikan sebagai Antimalaria alternatif di seluruh daerah endemik Malaria di Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan bisa dipasarkan ke negara endemik Malaria.

***

 

 

Ikuti tulisan menarik Umar Zein lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB