x

5 Kurator Sahrjah Biennial 2025 Natasha Ginwala , Amal Khalaf, Zeynep \xd6z, Alia Swastika, dan Megan Tamati (Sarjah Art Foundation)

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Rabu, 20 September 2023 15:21 WIB

Sharjah Biennale 16 Umumkan Lima Kurator Tahun 2025, Salah Satunya dari Indonesia

Kurator dari Berlin, London, Istanbul, Yogyakarta, dan Selandia Baru akan menjadi tim yang terdiri dari lima wanita yang bertanggung jawab atas edisi ke-16 Biennale ini. Sharjah Art Foundation telah mengumumkan tim yang terdiri dari lima kurator wanita yang akan mengarahkan Sharjah Biennial 16 di Uni Emirat Arab.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sharjah Biennale merupakan platform bergengsi untuk ekspresi artistik dan pertukaran budaya. Keberadaannya memikat para penggemar seni global dengan pameran yang memukau dan instalasi yang menggugah.

Dilansir dari https://ocula.com/magazine/art-news/sharjah-biennial-announces-five-curators-for-2025/, acara seni internasional yang diselenggarakan di kota Sharjah, Uni Emirat Arab ini telah menarik perhatian besar di dunia seni. Para kurator tersebut adalah: Natasha Ginwala, Amal Khalaf, Zeynep Öz, Alia Swastika, dan Megan Tamati-Quennell.

"Sharjah Biennial merangkul pendekatan yang luas dan terdesentralisasi, sebuah etos yang digaungkan oleh lima perspektif unik yang kami hadirkan untuk edisi ke-16 ini," jelas Hoor Al Qasimi, Presiden dan Direktur Sharjah Art Foundation.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ginwala-Kurator Madya di Gropius Bau di Berlin-menyutradarai Gwangju Biennale ke-13 yang memetakan berbagai dunia pada tahun 2021. Ia juga merupakan Direktur Artistik di festival seni Sri Lanka, Colomboscope.

Khalaf, dalam perannya sebagai Kurator Sipil di Serpentine Galleries di London, telah mengorganisir berbagai proyek yang didorong oleh keadilan sosial, termasuk Radio Ballads (2019-2022), yang melibatkan seniman seperti Sonia Boyce dan Helen Cammock dalam layanan sosial.

Kurator independen Zeynep Öz kembali ke platform Sharjah Biennale setelah mengorganisir BAHAR (2017), sebuah proyek di luar lokasi untuk Sharjah Biennale 13 yang berlangsung di Istanbul.

Kurator dan peneliti Alia Swastika adalah direktur Yayasan Biennale Jogja di Yogyakarta, yang berfokus pada seniman-seniman yang berasal dari daerah yang dekat dengan garis khatulistiwa. Ia juga menjadi salah satu sutradara Gwangju Biennale kesembilan, ROUNDTABLE (2012), bersama Mami Kataoka dan Sunjung Kim.

Sementara itu, Megan Tamati-Quennell, membawa perspektif Bangsa Pertama sebagai Kurator Maori dan Pribumi Modern dan Kontemporer di museum nasional Selandia Baru, Te Papa.

Setiap kurator akan mengundang seniman dan mengembangkan program dalam dialog satu sama lain untuk menciptakan program dua tahunan yang ke-16.

"Sharjah Biennial 16 akan menawarkan kesempatan untuk menyaksikan ide-ide mereka dalam percakapan, yang berpuncak pada pemeriksaan yang benar-benar polifonik terhadap seni kontemporer dan praktik budaya," kata Al Qasimi.

Edisi terakhir dari Biennale ini, Thinking Historically in the Present, berlangsung dari bulan Februari hingga Juni tahun ini. Dikuratori oleh Al Qasimi sendiri, pameran ini bekerja berdasarkan visi yang diwariskan oleh mendiang kurator Okwui Enwezor. ***

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu