Batik tiup termasuk batik kontemporer. Disebut batik tiup karena pola-pola yang ada dihasilkan dari proses peniupan bahan batik. “Bahan yang ditiup adalah lilin malam yang telah dipanaskan. Peniupan dilakukan di atas kain yang telah dibentangkan sehingga menimbulkan pola-pola tertentu,“ kata Samsul Hadi, S.Pd guru pembimbing batik pada pelaksanaan P5 atau Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di SMP Negeri 1 Bojong Tegal Jawa Tengah.
Bedanya dengan batik ciprat adalah hasil tiupan akan lebih bisa bergradasi dengan arah yang dapat diprediksikan. Bentuk pola bisa seperti tumpahan air, percikan air, dan lainnya sehingga secara keseluruhan akan tampak seperti pola bintang pada galaksi.
Alih-alih batik tradisional, batik tiup hanya berbeda dari cara pembentukan pola batiknya. Meskipun demikian, secara tidak langsung masih mengikuti pakem Batik Tradisional yaitu dengan pengulangan. Dengan catata, pola pengulangan tidak sepenuhnya sama.
Untuk pewarnaan menggunakan pewarna remasol. Warna terdiri dari dua betuk yaitu warna dasar dan warna bercak. Warna bercak merupakan warna yang nanti akan muncul sesuai dengan pola yang terbentuk. Sementara itu warna dasar merupakan warna yang nanti menunjukkan warna kain secara keseluruhan. Warna bercak diusahakan menggunakan warna yang kontras dengan warna dasarnya.
Jika warna dasar gelap, maka gunakan warna bercak dengan jenis terang seperti kuning, hijau muda, merah dan lainnyanya. Demikian pula sebaliknya. Dengan kontras warna tersebut, maka akan tampak pola batik yang lebih bagus.
Pembuatan Batik Tiup terbilang unik. Umumnya saat membatik alat menggunakan Canting, dalam hal ini alat tersebut diganti dengan alat lain.
“Alat yang digunakan sendok, sedotan, kuas sebagai alat untuk membentuk pola garis, lengkung, ulir, atau lingkaran). Untuk efek semprotan, kami menggunakan tiupan,” tutur Samsul Hadi, S.Pd
Selanjutnya, Untuk dapat membuat batik tiup, diperlukan bahan dan alat sebagai berikut:
Bahan
- Kain Primisima atau kain mori
- Lilin malam
- Pewarna kain Remasol
- Pengunci warna Watergloss
- Tawas bubuk
Alat
- Ember atau baskom
- Busa
- Sendok
- Kompor
- Wajan atau panci kecil
- Kuas atau busa
- Sarung tangan atau plastik pembungkus tangan
Pembatikan
- Cuci kain dan rendam dengan air tawas selama kurang lebih 15-24 jam
- Keringkan kain. Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan debu, minyak dan sisa obat dari proses pabrik.
- Bentangkan kain dan mulai dengan pewarnaan bercak. Pewarnaan bercak pilihlah warna muda dan terang jika warna dasar yang akan dipakai warna gelap.
- Panaskan lilin malam sampai mencair.
- Ambil lilin dengan sendok dan tiup sehingga menyebar ke atas kain sampai merata. Untuk meniup bisa menggunakan mulut atau alat bantu seperti sedotan atau mesin seperti hair driyer
- Warnai kain dengan warna dasar gelap sehingga hanya menyisakan bekas yang tertutup lilin
- Jemur sampai kering
- Celup dengan larutan watergloss dan diamkan selama kurang lebih 1 jam
- Jemur kembali kain sampai kering
- Hilangkan lilin malam dengan cara direbus sampai lilin terlepas.
- Jemur kembali kain sampai kering.
- Batik tiup siap dipakai. Pemakaian bisa untuk membuat baju, taplak meja, sprei, dan lai-lain sesuai dengan kebutuhan kita.
Hal yang tak kalah penting adalah pearwatan Batik. Batik sebaiknya tidak dicuci dengan menggunakan detergen. Jika akan menjemurnya, biasakan di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Melestarikan Budaya
“Tujuan kegiatan membuat Batik Tiup ini selain bagian dari tema kearifan lokal, yang terpenting adalah memfasilitasi siswa dan guru untuk mengenal lebih banyak tentang batik sebagai warisan budaya asli Indonesia,“ ungkap Farichin, M.MPd Kepala SMP Negeri 1 Bojong Tegal.
Ketika dipamerkan pada 12 Desember 2023 di Gedung korpri Tegal dalam rangka Hari Guru 2023, Batik Tiup ini membuat takjub para pengunjung gerai SMP Negeri 1 Bojong.
Sebagaimana diketahui, Batik tergolong warisan budaya yang istimewa. Setiap 2 Oktober kita merayakan Hari Batik Nasional sebagai bentuk penghargaan dan kebanggaan terhadap warisan budaya ini. Secara internasional, Batik memperoleh pengakuan sebagai Bagian dari Warisan Budaya Takbenda Manusia atau Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity oleh UNESCO pada tahun 2009. ***
Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.