x

Kesibukan PPLN Kuala Lumpur saat pencoblosan di TPS yang berada di gedung KBRI, Kuala Lumpur, Malaysia, Ahad, 14 April 2019. ANTARA

Iklan

Harrist Riansyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Sabtu, 16 Desember 2023 12:42 WIB

Pemilu 2024, Jawa Bukan Lagi Koentji

Dari 204 juta pemilih, sekitar 57 persen pemilih di Pulau Jawa. Data ini yang selalu membuat para kandidat dan partai politik menggencarkan kampanye di Pulau Jawa. Namun, data Statistik Politik 2019 terbitan BPS memperlihatkan hasil unik, ternyata persentase pemilih di Pulau Jawa dan di Luar Pulau Jawa mengalami perubahan. Jadi, masihkan Jawa adalah kunci?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah didepan mata. Waktu pemilihan yang sudah kurang dari dua bulan lagi membuat para calon wakil rakyat sangat gencar mencari suara pemilih untuk mendapatkan kursi di pemerintahan pusat dan daerah. Berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada pertengahan 2023 lalu, total ada 204.807.222 orang yang terdaftar sebagai pemilih pada pemilu nanti.

Dari 204 juta pemilih, sekitar 117 juta atau 57 persen merupakan pemilih di Pulau Jawa dan sisanya berada di luar Jawa. Banyaknya pemilih di pulau ini selalu membuat para kandidat dan partai politik sangat menggencarkan kampanye mereka di provinsi-provinsi yang ada di Pulau Jawa dibandingkan ditempat lain. Istilah “Jawa adalah kunci” pun seakan jadi ungkapan yang paling relevan dalam hal pemilihan umum.

Namun, merujuk data dari buku Statistik Politik 2019 terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan hasil yang unik, yaitu persentase pemilih yang berada di Pulau Jawa dan di Luar Pulau Jawa mengalami perubahan. Perubahan itu ialah persentase jumlah pemilih di Pulau Jawa yang semakin berkurang dibandingkan pemilih di luar Pulau Jawa. Lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel persebaran pemilih di Indonesia dari pemilu 2009 sampai 2024 dibawah ini:

Wilayah 2009 2014 2019 2024
Jumlah Pemilih Persentase Jumlah Pemilih Persentase Jumlah Pemilih Persentase Jumlah Pemilih Persentase
Sumatera     34.471.777 20,30%        38.398.034 20,66%     38.879.789 20,17%     43.021.576 21,01%
Jawa   101.067.518 59,53%      107.672.805 57,94%   112.683.895 58,45%   117.124.143 57,19%
Bali-Nusa Tenggara       8.563.003 5,04%           9.499.474 5,11%     10.189.157 5,29%     11.196.282 5,47%
Kalimantan       9.489.969 5,59%        10.891.735 5,86%     11.241.043 5,83%     12.201.793 5,96%
Sulawesi     11.898.777 7,01%        12.584.792 6,77%     13.421.884 6,96%     14.611.785 7,13%
Maluku-Papua       4.298.551 2,53%           5.909.463 3,18%       6.354.843 3,30%       6.651.643 3,25%
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari tabel tersebut terlihat terjadi tren penurunan persentase pemilih Jawa yang pada 2009 sebesar 59,5 persen turun menjadi 57,2 persen. Meski dari segi persentase mengalami penurunan tetapi dari segi jumlah pemilih mengalami kenaikkan. Pada pemilu 2009 tercatat pemilih di Pulau Jawa sebanyak 101.067.518 orang, lalu naik menjadi 107.672.805 orang di tahun 2014, lima tahun berikutnya juga ada kenaikkan sekitar 5 juta menjadi 112.683.895 orang. Dan pada DPT pemilu 2024 tercatat ada 117.124.143 orang.

Penurunan persentase pemilih di Pulau Jawa disebabkan karena pertumbuhan pemilih di wilayah Indonesia lain mengalami peningkatan yang lebih pesat daripada Pulau Jawa. Seperti wilayah Maluku-Papua yang pada 2009 memiliki 4.298.551 pemilih (2,5 persen pemilih nasional), naik 55 persen pada 2024 menjadi 6.651.643 pemilih (3,2 persen pemilih nasional).  Hal serupa juga terjadi wilayah Kalimantan yang pada 2009 memiliki 9.489.969 pemilih (5,6 persen pemilih nasional), naik hampir 30 persen pada 2024 menjadi 12.201.793 pemilih (6 persen pemilih nasional).

Penyebab?

Sebenarnya tidak ada yang tau pasti penyebab menurunnya persentase pemilih di Pulau Jawa. Namun kita melihat pada perkembangan akhir-akhir ini memang mulai banyak migrasi penduduk dari Jawa keluar Pulau Jawa apalagi mulai banyaknya industri dan pabrik-pabrik besar yang buka di wilayah lain seperti di Kalimantan dan Sulawesi yang mendorong perpindahan penduduk. Belum lagi wacana pemindahan Ibukota negara ke Kalimantan pasti akan banyak berpindahnya penduduk pulau Jawa ke Kalimantan sebagai imbas pindahnya ibukota.

Selain itu angka kelahiran juga bisa memengaruhi hal tersebut. Berdasarkan publikasi Statistik Migrasi Indonesia Hasil Long Form Sensus Penduduk 2020 seluruh Provinsi di Pulau Jawa masuk dalam 10 provinsi dengan angka kelahiran total /total fertility rate (TFR) terendah se-Indonesia. DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur bahkan mencatatkan TFR dibawah 2 dengan rincian DKI Jakarta (1,75), DI Yogyakarta (1,89), Jawa Timur (1,98). Angkat itu menunjukkan perempuan didaerah tersebut melahirkan tidak sampai 2 anak selama masa aktif reproduksinya. Sedangkan tiga provinsi lainnya juga menunjukkan angka mendekati 2, yaitu Banten (2,01), Jawa Tengah (2,09), dan Jawa Barat (2,11).

Melihat kedua hal itu, wajar jika perkembangan jumlah penduduk di Pulau Jawa kalah cepat dengan pulau lain di Indonesia yang juga menimbulkan turunnya persentase jumlah pemilih di pulau terpadat di dunia. Bukan tidak mungkin di masa yang akan datang Pulau Jawa bukan menjadi perhatian utama pelaku politik di Indonesia karena potensi jumlah suara yang didapatkan hampir sama dengan daerah lain di Indonesia. 

Ikuti tulisan menarik Harrist Riansyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 jam lalu

Terpopuler