x

Quarter Life Crisis dapat dialami oleh siapa saja di semua lapisan masyarakat.

Iklan

Amam Swardi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Januari 2024

Rabu, 10 Januari 2024 19:48 WIB

Covid-19 dan Dunia Digital Bikin Gen Z Rentan Mengalami Masalah Mental?

Ternyata, masalah mental juga banyak disebabkan oleh Covid-19 dan dunia Digital loh.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Zoomer atau Gen Z, merupakan istilah yang disematkan kepada generasi kelahiran 1996-2010. Berarti orang-orangnya sekarang mulai memasuki dunia pekerjaan dan pendidikan.

Setiap generasi yang lahir ke permukaan, selalu menghadapi setiap kondisi masing-masing. Seperti halnya generasi X (1965-1980), berhadapan dengan ekonomi poitik yang tidak setabil akibat adanya perang dingin. Karena timbul penyebaran pengaruh Ideologi serta konflik dua poros negeri adidaya.

Sedangkan generasi melenia (Y), dihadapakan dengan perubahan yang cukup deras. Diantaranya, seperti kemajuan teknologi, industri, dan komunikasi (Email, SMS, dan lain-lain) yang semakin instan untuk digunakan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedangkan Gen Z merupakan manusia-manusia yang lahir di era digital. Dapat dikatakan generasi ini, sudah berada di era kejayaan teknologi digital yang banyak merubah kehidupan sosial manusia.

Tapi sayangnya, Gen Z kerap kali menjadi Trending Issue. Hingga mirisnya, generasi ini sering dijadikan momok sosial, seperti rapuh, lemah, alay, serta masalah lainnya yang dikonotosikan kepada masalah mental.

Berdasarkan sumber informasi tentang Gen Z yang didapatkan dari survei yang dilakukan oleh Harmony Healthcare IT. Dengan menggunakan sampel seribu orang yang berusia 18 sampai 24 tahun. Mengatakan terdapat sebesar dari 42% dari mereka mengalami yang namanya gangguan mental. Tentunya angka tersebut lumayan besar.

Sedangkan Gen Z di Indonesia, akhir-akhir ini mengalami peningkatan signifikan masalah mental. Berdasarkan hasil temuan dari Indonesia – National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang dipublikasikan 13 Mei 2023. Sepertiga dari gen Z, antara usia 10-13 hingga 14-17 tahun mengalami masalah mental.

Timbul sedikit pertanyaan, kira-kira faktor apa yang menjadikan Gen Z sangat rentan mengalami masalah mental. Maka dari itu, artikel ini akan membahas beberapa variabel yang menjadi alasan persoalan mental Gen Z.

Pandemi covid 19.

Virus ini selain memberikan bencana terhadap kesehatan tubuh,  selain juga berperan besar dalam mengubah pola kehidupan sosial. Pandemi ini, dikatakan sebagai akar masalah karena memberikan bencana secara global dan regional. Baik dari persoalan ekonomi, kesehatan, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya.

Akibatnya, efek yang diterima oleh masyarakan bukan hanya terjangkit wabah. Tetapi juga memberikan kehawatiran dan beban psikologis secara kolektif masyarakat keseluruhan, baik itu generasi melenium dan Z. Berupa kehawatiran soal ekonomi, tugas juga ikut meledak bagi yang sekolah, kasus PHK, dan banyak kasus lainnya.

Dilansir dari World Health Organization (WHO) yang dirilis 2022 kemarin. Bahwasanya bencana panademi covid-19, membawa tekanan mental sebesar 25% penduduk global. Sedangkan yang lebih rentan mengalami tekanan dan gangguan mental, adalah generasi muda atau Gen Z.

Ketika masa pandami dan diberlakukannya isolasi mandiri selain membuat cemas, ternyata juga mengubah pola kehidupan sosial.

Pandemi dan majunya teknologi digital, tentunya merubah pola kehidupan dan jaringan sosial Gen Z. Akibatnya segala sesuatu aktifitas dilakukan dan diakses melalui digital. Seperti pendidikan, pekerjaan, hiburan, dan lain-lain. Sehingga, generasi ini sudah menjadikan digital sebagai narahubung untuk melakukan segala sesuatu.

Ditambah lagi, efek Covid-19 yang memberikan masalah ekonomi, pendidikan, PHK bagi yang berkeja, dan lain-lain. Juga membawa kecemasan bagi generasi Z.

Arus digital dan efek sampingnya

Gen Z lahir pada era digital, kemudian ditambah pandami yang menjadikan Gen Z dan dunia digital tidak dapat dipisahkan. Artinya, mayoritas dari Gen Z sudah menjadikan digital sebagai aksesoris bahkan kebutuhan hidup sehari-hari.

Berdasarkan temuan dan hasil survei dari  McKinsey Health Institute yang dirilis 2023 kemarin. Menyatakan, bahwasanya persoalan mental Gen Z banyak dipicu oleh digital. Berdasarkan dari hasil survei, bahwasanya sebesar 42.000 responden di 26 negara. 50% lebih dari responden, seringkali menjadikan dunia digital sebagai tempat mengekspresikan seputar apa yang dialaminya.

Bahkan Gen Z menjadikan dunia digital, untuk menjalin dan membangun hubungan sosial yang begitu kompleks. Sehingga dari sini, dunia digital bukan lagi soal teknologi, tetapi sebagai arena sosial atau tempan terjadinya sebuah hubungan sosial-budaya Gen Z.

Aktifitas digital dan media sosial yang dilakukan oleh Gen Z lebih banyak, jika dibandingkan dengan generasi X, melenial, dan Baby Boomers dalam seharinya. Tercatat  dampak negative yang diterima, lebih banyak daripada generasi-generasi sebelumnya. Selain itu, layanan digital juga berdampak positif pada kehidupan Gen Z.

Dari sini, Gen Z dapat digambarkan sebagai generasi yang perlu memperbaiki pola-pola penggunaan dan cara memanfaatkan digital. Salah satunya, meningkatkan daya analisis dan pengelolaan informasi yang diisajikan oleh media sosial secara tepat. Supaya mampu menimalisir dan menghindari efek samping dari media sosial yang dipertontonkan, agar tidak menimbulkan masalah-masalah mental. Sperti munculnya ekspektasi yang ketinggian, ketakutan terhadap FOMO, gengsi, dan lain-lainnya.

Kasus sederhananya, media sosial memberikan sajian informasi yang begitu deras. Informasi ini seringkali bersifat edukasi dan hiburan. Sedangkan kemampuan analisis dan daya olah infomrasi, ini masih perlu dipertanyakan kepada Gen Z dan masyrakat Indonesia hususnya. Sebab dari dulu hingga sekarang, masih rentan dan mudah dihegemoni oleh informasi hoax. Mirisnya, adanya hiburan berbasis digital juga memberikan efek candu terhadap penggunannya. Tentu saja, bagian ini merupakan efek negative yang berdampak kepada masalah mental.

Sepertinya untuk menanggulangi kasus masalah mental, tidak cukup penyuluhan soal kesehatan mental saja. Indikator lainnya yang perlu ditanamkan kepada Gen Z adalah, daya analisis yang komprehensif tentang kegunaan digital, edukasi soal karakter, serta membangun habituasi produktif.

Ikuti tulisan menarik Amam Swardi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB