x

9 Aplikasi Sosial Media Anak Bangsa Terkeren 2021

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Jumat, 19 Januari 2024 08:12 WIB

Inilah Urutan Negara dengan IQ Tertinggi

Menentukan negara yang memiliki IQ tertinggi di dunia sangat sulit karena banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Namun situs World Population Review berhasil melakukan itu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menentukan negara mana yang memiliki IQ tertinggi dan terpintar di dunia itu sulit karena ada begitu banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Namun, situs World Population Review baru-baru ini menyusun daftar negara-negara teratas di dunia, yang menyatakan bahwa negara-negara di bagian tenggara dunia menduduki peringkat teratas.

Menurut daftar tersebut, sebagian besar orang di seluruh dunia (sekitar 68 persen) memiliki IQ antara 85 hingga 115. Beberapa orang yang memiliki IQ di atas 140 dianggap jenius. Demikian alih-alih diungkap lewat artikel Tasos Kokkinidis.

Jepang dengan IQ rata-rata 106,49 menduduki peringkat teratas, diikuti oleh Taiwan (106,57), Singapura (105,89), Hong Kong (105,37), dan Tiongkok (104,10). Sementara negara-negara Eropa yang berhasil masuk dalam sepuluh besar adalah Belarusia (101,60), Finlandia (101,20), dan Liechtenstein (101,07), Belanda dan Jerman dengan IQ rata-rata 100,74.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yunani berada di posisi ke-55 di seluruh dunia dengan IQ rata-rata 90,77 di bawah negara tetangganya, Siprus (ke-47 dengan 93,39) dan Bulgaria (ke-54 dengan 90,99), namun berada di atas Turki (ke-77 dengan 86,8) dan Albania (ke-109 dengan 81,75).

Peringkat IQ berdasarkan studi yang paling banyak dipublikasikan

World Population Review mengatakan, mereka menyusun daftarnya berdasarkan beberapa studi yang paling terkenal dan dipublikasikan secara luas tentang kecerdasan dunia yang dilakukan oleh psikolog Inggris Richard Lynn. Dalam sebuah studi tahun 2019 berjudul The Intelligence of Nations, Lynn dan kolaboratornya David Becker mengukur IQ rata-rata warga negara di 132 negara dan menghitung estimasi skor untuk 71 negara lainnya.

Namun, ada catatan kehati-hatian dalam hal daftar tersebut, karena harus disebutkan bahwa studi Lynn meskipun bisa dibilang yang paling komprehensif yang tersedia, sering memicu perdebatan yang cukup besar.

"Beberapa pengkritik mempermasalahkan metode yang digunakan Lynn untuk menghitung estimasi ketika data yang sebenarnya tidak tersedia," kata World Population Review.

"Yang lain menuduh Lynn menggunakan datanya untuk mendukung teori-teori yang tidak akurat secara ilmiah yang mempromosikan kepercayaan supremasi kulit putih."

Salah satu studi yang lebih kreatif tentang kecerdasan adalah Intelligence Capital Index 2017, atau ICI, yang mengacu pada beberapa faktor untuk menentukan bukan negara terpintar secara keseluruhan, tetapi negara yang paling mungkin memanfaatkan kecerdasan warganya yang paling cerdas untuk memperluas batas pengetahuan dan/atau memperkenalkan teknologi dan inovasi ekonomi pengetahuan, Big Data, komputasi awan, kecerdasan buatan, dan sebagainya

Dalam studi ICI, Amerika Serikat menduduki peringkat nomor satu dan merupakan satu-satunya negara yang menerima peringkat A+. Di tempat kedua adalah Inggris, diikuti oleh Jerman di tempat ketiga. Negara-negara lain yang berada di peringkat tinggi dalam ICI termasuk Australia, Singapura, Swedia, Swiss, Kanada, Finlandia, dan Denmark.

Dilansir dari laman  greekreporter.com, para peneliti telah lama memperdebatkan apa yang sebenarnya diukur oleh tes IQ. Apakah perbedaan rata-rata dalam skor IQ-seperti yang terjadi di antara berbagai kelompok etnis-mencerminkan perbedaan kecerdasan, faktor sosial dan ekonomi, atau keduanya.

Perdebatan ini semakin meluas ke ranah publik dengan diterbitkannya The Bell Curve pada tahun 1994 oleh Richard Herrnstein dan Charles Murray, yang menyatakan bahwa skor IQ rata-rata yang lebih rendah pada beberapa kelompok etnis, seperti Afrika-Amerika dan Hispanik. Sebagian besar disebabkan oleh perbedaan genetik antara mereka dan kelompok Kaukasia.

Pandangan tersebut ditentang oleh banyak ilmuwan. Sebagai contoh, dalam bukunya yang berjudul "Intelligence and How to Get It" (Kecerdasan dan Cara Mendapatkannya), Richard Nisbett, seorang psikolog dari University of Michigan, Ann Arbor, berpendapat bahwa perbedaan skor IQ sebagian besar menghilang ketika para peneliti mengontrol faktor sosial dan ekonomi. ***

 

 

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu