Saranghaeyo, Cinta Tanpa Alasan Giovanni Pada Jagad Seni Rupa

Jumat, 8 Maret 2024 18:15 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Giovanni bakal menggelar pameran tunggalnya yang ke-5 dengan mengusung tajuk Hatsukoi alias Saranghaeyo. Pameran akan ditaja di Café Nuna Korean Style, Banyumanik, Semarang.

Kreativitas pelukis Giovanni Susanto tiada henti terus menggelegak. Melukis baginya adalah candu. Meski sakit membuatnya ketagihan. Gio terus konsisten menekuni dunia senirupa yang tiga tahun belakangan diakrabinya. Hidupa keseharainnya digantungkannya kepada dunia seni rupa. Kalau tak sedang menggarap mural yang menjadi lading kehidupannya. Gio akan melukis mengeksplor potensinya.

Di sela-sela jeda waktunya pelukis otodidak ini tak berpanggku tangan berkeliling mencari ruang-ruang baru  untuk alternative berpameran, bukan hanya untuk  dirinya sendiri tetapi dia juga menggandeng perupa untuk bernteraksi dan berkolaborasi berpameran bersama. Yang disasar bukan ruang-ruang pamer konservatif, tetapi yang tak biasa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 Menurut Gio karya seni rupa itu universal dan bisa dinikmati di mana saja oleh siapa saja. Peristiwa kesenian tak harys terjadi di galleri, artspace, museum tetapi bisa saja terjadi di pasar, café,, bar dan restoran dan warmindo. Gio punya prinsip ingin mendekatkan karya seni rupa (lukisan) kepada apresian dari golongan kaum marjinal.

Kali ini Giovanni bakal menggelar pameran tunggalnya yang kelima. Pameran tunggalnya yang mengusung tajuk : “Hatsukoi alias Saranghaeyo” ini bakal ditaja di “Café Nuna Korean Style”, di kawasan Tirto Agung, Banyumanik, Semarang, dari 9 Maret – 15 Maret 2024.

Pameran ini merupakan pameran yang mengusung tema-tema cinta sebelumnya yang dirilisnya. Giovanni membeberkan .Hatsukoi artinya Cinta Pertama. Sedangkan Saranghaeyo punya makna aku cinta kamu.  Dalam pameran ini ditaja 17 karya lukisan dan 2 buah karya mural. Yang menarik dalam pameran kali ini ada beberapa karya eksplorasi Giovanni berupa kaarya mix media drawing dengan media Acrylic On Canvas (AOC).

Pemilihan tajuk pameran ;  “Hatsukoi” yang dipertegas lagi dengan “Saranghaeyo” bila disandingkan menyiratkan cinta pertama yang diutak-aik gathuk penggabungan dua bahasa Jepang dan Korea ini punya nilai filosofi yang patut diugemi.

Tak menafikan spirit etos kerja dan  etika bangsa kita, bangsa Jepang dan Korea juga punya etos kerja, etika dan moral yang patut juga menjadi rujukan untuk pedoman kehidupan.   

Sedangkan tema tentang cinta dari pegejawantahan konsistensi dan ketegasan Giovanni untuk memilih jalan panjang dan sunyi jagad seni rupa.

“Saya mencintai proses berkaryaku. Maka dalam pameran tunggalku kali ini aku sengaja tampilkan karya-karya lamaku dipadu dengan beberapa karya baru yang bernarasikan romantisme cinta,” ujar Gio.

Tema cinta yang dibidik Gio tak hanya cinta dalam artian eros, tetapi lebih luas tentang cinta dan spirit kegairahan hidup. Giovanni menandaskan kalau tak karena cinta mana mungkin dirinya terus beragirah dan bersemangat berkarya.

“Dunia seni rupa yang saya geluti pasang surut, penuh suka dan duka terkadang berhadapan dengan drama- drama kehidupan  yang melelahkan. Oleh karena cinta aku tegap bergerak menyatakan dirisebagai “jelata seni”. Aku memilih oposisi sebagai kaum marjinal  di jagad seni rupa Semarang,” tandas Gio.

Untuk itu, tegas Giovanni, dirinya meneguhkan diri bergerak “di pinggiran” di ruang-ruang tidak lazim. Bertekad melawan  dengan karya dan terus berpameran. Berkarya bagi Giovanni tak hanya menorah warna ke kanvas atau kertas. Berkarya baginya merupakan totalitas termasuk berjuang membuka ruang-ruang bagi karyanya sekali pun tidak banyak orang yang trtarik dengan ruang tak lazim yang kuciptakan.

Bagi Gio berkarya tak hanya sekadar pencitraan diri, branding untuk memetik simpati. Bagi gio lebih baik berkarya dalam sunyi. Saranghaeyo, semua berjalan mengejawantah karena cinta dan imajinasi. “Melawan dengan cinta, mengapa tidak?” ujar Giovanni.

Penaka lagu Saranghaeyo syair-syair yang ditembangkan dalam lagu itu relasinya hampir sama dengan perjalananku mencinta dunia seni rupa.

“Dalam menapaki jagad seni rupa dalam berkarya terkadang aku sering mengecewakan atau dikecewakan. Namun tak ada alasan aku meninggalkan rasa kasmaranku pada seni rupa. Meski aku hidup kesulitan denganya, tetapi aku juga tidak bisa hidup tanpanya. Saranghaeyo adalah janjiku untuk mencintai profesiku sebagai pelukis sekali pun tak menjanjikan,” ujar Giovanni.

Menariknya dalam helat pameran kali ini Giovanni juga memperkenalkan multi exhibition space. Di Café Nuna artspace sekaligus aka nada dua kegiatan ; yakni; Exhibition Space  1 akan digelar pameran Siswa PL Don Bosco Semarang bertajuk : We are Don Bosco dan  Exhibition Space 2 pameran tunggal Giovanni Susanto dengan tema : “Hatsukoi alias Saranghaeyo”.

Selamat merayakan dan memakmurkan dunia seni rupa. Saranghaeyo !

 

Semarang, 5 Maret 2024

(Christian Heru Cahyo Saputro, Jurnalis dan Pengamat Seni Rupa tinggal di Semarang).

Tulisan ini dimuat dalam katalog Pameran Tunggal Pelukis Giovanni Susanto ““Hatsukoi alias Saranghaeyo” di Cafe Nuna Koreasn Style, Banyumanik, Semarang.

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua