x

Ilustrasi AI

Iklan

SISKA PITRIANI

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 Februari 2024

Minggu, 10 Maret 2024 11:36 WIB

Artificial Intelligence: Ancaman atau Peluang?

Pernyataan Elon Musk tentang kecerdasan buatan “memanggil iblis” itu menimbulkan peringatan penting bagi kita. Namun daripada ketakutan, kita bisa menjadikannya sebagai panggilan bertindak dengan bijaksana dan bertanggung jawab

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pernyataan Elon Musk tentang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), bahwa "With Artificial Intelligence, we are summoning the demon," telah membuat kita mempertanyakan pernyataan tersebut. Pernyataan ini menyoroti kekhawatiran mendalam mengenai konsekuensi yang tak diinginkan dari kemajuan AI yang sangat cepat. Namun, apakah benar kita "memanggil iblis" hanya karena dengan mengembangkan AI?

Tantangan dan Potensi Peran Artificial Intelligence (AI) di Masa Depan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada alasan yang kuat untuk mempertimbangkan pandangan Elon Musk dengan serius. Memang AI mempunyai potensi besar untuk mengubah paradigma manusia, mulai dari bidang industri hingga kehidupan sehari-hari. Karena AI memiliki kemampuan untuk belajar dan mengambil keputusan tanpa campur tangan manusia, ada kemungkinan AI dapat menciptakan skenario yang tidak diinginkan atau bahkan membahayakan manusia.

Namun, penting untuk diingat bahwa kekhawatiran ini berarti bahwa AI harus ditolak keberadaannya sepenuhnya. Sebaliknya, pengembangan dan penerapan AI harus dilakukan secara hati-hati dan tanggung jawab. Misalnya, perlu ada peraturan yang ketat untuk memastikan bahwa sistem AI diprogram sesuai dengan etika dan nilai-nilai kemanusiaan. Selain itu pembatasan dan standar keamanan juga harus diterapkan untuk mencegah penggunaan AI dengan cara yang membahayakan atau melanggar privasi.

Selain itu, kesadaran akan potensi bahaya yang terkait dengan AI harus memfasilitasi pengembangan solusi untuk mengurangi risiko ini. Misalnya, upaya dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem kecerdasan buatan yang lebih transparan dan lebih dapat dipahami manusia sehingga kita dapat memahami proses keputusan yang dibuat oleh AI. Selain itu, riset lebih lanjut tentang etika kecerdasan buatan dan dampak sosialnya harus didorong.

Sementara kita harus mempertimbangkan potensi risiko AI, kita juga tidak boleh mengabaikan manfaatnya yang besar. AI telah membawa terobosan luar biasa dalam bidang seperti kesehatan, transportasi, dan kecerdasan buatan. Dalam banyak kasus, AI dapat meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas hidup, dan bahkan menyelamatkan nyawa. Oleh karena itu, penolakan terhadap AI sama sekali mungkin akan menghambat kemajuan dan inovasi yang sangat dibutuhkan.

Pernyataan Elon Musk tentang kecerdasan buatan yang “memanggil iblis” memang menimbulkan peringatan yang penting bagi kita semua. Namun, daripada menyerah pada ketakutan, kita harus menggunakan peringatan ini sebagai panggilan untuk bertindak dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Dengan mengadopsi pendekatan yang hati-hati, memperkuat regulasi, dan terus mendorong inovasi yang bertanggung jawab, kita dapat memastikan bahwa AI tidak hanya membawa manfaat yang besar, tetapi juga diimplementasikan dengan aman dan etis untuk kebaikan semua. Maka cara yang bis akita lakukan adalah melakukan adaftasi dengan perubahan.

*) *Artikel ini adalah tugas dari mata kuliah Komunikasi Digital yang diampu  Rachma Tri Widuri, S.Sos.,M.Si.”
*Penulis adalah mahasiswa semester 4 pada Prodi Produksi Media, Politeknik Tempo.

Ikuti tulisan menarik SISKA PITRIANI lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler