x

Elon Musk

Iklan

Ariadne Khatarina Moniaga

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 27 September 2022

Senin, 11 Maret 2024 06:35 WIB

AI dan Manusia: Siapa Iblisnya?

Pada beberapa kesempatan, Musk memang memperkenalkan AI kepada masyarakat dunia, sebuah terobosan teknologi yang akan membuat hidup manusia seperti film Terminator. Namun, Musk juga berulang kali menyampaikan kekhawatirannya mengenai AI. Ia menyatakan bahwa AI akan menjadi ancaman yang jauh lebih berbahaya daripada bom nuklir.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada Oktober 2014, CEO Tesla Elon Musk mengatakan, “With Artificial Intelligence, we are summoning the demon.” Pernyataan ini ia sampaikan saat menghadiri Simposium Departemen Aeronautika dan Astronautika di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Saat itu, Musk berdiskusi selama satu jam dengan seluruh hadirin mengenai kebangkitan artificial intelligence (AI) yang saat itu digadang-gadang akan menggeser pekerjaan manusia.

Elon Musk menjadi pembicara pada Simposium Departemen Aeronautika dan Astronautika di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Musk menganalogikan AI sebagai sesosok “iblis” yang akan menginvasi kehidupan manusia. Analogi ini menarik sekaligus kontroversial karena disampaikan oleh seorang pengusaha yang seluruh lini bisnisnya bersentuhan langsung dengan AI. Pada beberapa kesempatan, Musk memang memperkenalkan AI kepada masyarakat dunia, sebuah terobosan teknologi yang akan membuat hidup manusia seperti film Terminator. Namun, Musk juga berulang kali menyampaikan kekhawatirannya mengenai AI. Ia menyatakan bahwa AI akan menjadi ancaman yang jauh lebih berbahaya daripada bom nuklir.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Semenjak kemunculannya, AI memang terbukti meningkatkan produktivitas manusia. Menurut survei yang dilakukan oleh McKinsey berjudul The State of AI in 2022, sebanyak 50% responden menjawab bahwa mereka telah mengadopsi AI dalam minimal satu unit bisnis mereka. Selain itu, 24% responden juga menyatakan bahwa mereka menggunakan AI untuk mendukung optimisasi kegiatan operasional bisnis mereka. AI membantu mereka untuk melakukan kegiatan produksi dengan lebih efektif dan efisien sehingga produktivitas bisnis mereka juga meningkat.

Selain meningkatkan produktivitas, AI juga dapat menjaga manusia dari bahaya. Ya, saya serius menulis kalimat ini. AI memiliki kemampuan untuk membaca, menganalisis, hingga membuat laporan baru. Contoh nyatanya terdapat pada mobil Tesla. Salah satu fitur terkenal dari mobil ini adalah autopilot yang memungkinkan mobil Tesla berkendara sendiri tanpa dikendalikan oleh pengemudinya. Fitur ini sangat bergantung pada AI karena AI dipakai untuk menavigasi kendaraan, membaca garis jalan, hingga memberi informasi mengenai rambu-rambu lalu lintas kepada pengendara. Informasi ini yang kemudian diolah oleh AI dan menghasilkan data yang mendukung kemampuan mengemudi sendiri.

Walaupun meningkatkan produktivitas dan menjaga kita, kehadiran AI di dunia ini tetap patut untuk kita waspadai. Kembali pada pernyataan Elon Musk di atas, saya setuju dan juga merasa khawatir dengan perkembangan AI yang kian pesat. Kebebasan AI untuk berkembang tidak dilindungi oleh payung hukum yang menjaganya. Akibatnya, penggunaan AI yang awalnya memberikan manfaat berbanding terbalik pada beberapa kasus karena AI justru membawa dampak negatif bagi beberapa orang.

Salah satu penyalahgunaan AI adalah pelanggaran privasi. Pada Januari lalu, artis Melaney Ricardo menjadi korban AI setelah wajahnya digunakan tanpa izin dalam video testimoni obat penurun berat badan. Ia mengetahui video tersebut dari Andre Taulany yang melihat video testimoni itu di media sosial. Melansir dari video klarifikasinya di TikTok, Melaney menyebut bahwa video yang digunakan oleh pelaku berasal dari video siniarnya. Saya sendiri telah mengecek video testimoni tersebut dan memang terdapat gerak bibir dan caption yang tidak sinkron.

Dari kasus Melaney, saya akhirnya memahami makna “iblis” yang Elon Musk sematkan bagi AI. Buat saya, AI bukanlah iblis, tetapi penggunanya-lah yang menjadi sosok iblis tersebut. Di balik kehadiran setiap teknologi yang canggih, semuanya selalu berasal dari manusia itu sendiri. Manusia tetap harus bertanggungjawab secara sadar dan penuh atas perkembangan dan penggunaan AI. Selain itu, maraknya kasus penyalahgunaan AI seharusnya sudah menjadi alarm peringatan bagi pemerintah dunia untuk mulai menjaga pergerakan AI dengan membentuk koridor hukum yang kuat. Dengan adanya payung hukum yang jelas, etika dalam penggunaan AI bisa diterapkan secara nyata, tidak lagi menjadi isu atau kekhawatiran semata.

*) Artikel ini adalah tugas dari mata kuliah Komunikasi Digital yang diampu oleh Rachma Tri Widuri, S.Sos.,M.Si. Penulis adalah mahasiswa semester 4 pada Prodi Produksi Media, Politeknik Tempo.

Ikuti tulisan menarik Ariadne Khatarina Moniaga lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu