Sarung Bukan Sekedar Penanda Identitas, tapi Juga Simbol Perlawanan

Selasa, 21 Mei 2024 07:52 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sarung, meskipun bukan berasal dari Nusantara, telah menjadi bagian integral budaya dan tradisi Indonesia. Sarung juga jadi simbol identitas dan perlawanan budaya yang kuat di Indonesia.

Sarung, meskipun bukan berasal dari Nusantara, telah menjadi bagian integral budaya dan tradisi Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, sarung tidak hanya digunakan untuk keperluan religi tetapi juga sebagai fesyen yang modern dan trendi. Dengan berbagai inovasi dan adaptasi, sarung tetap relevan dan diminati berbagai kalangan, baik pria maupun wanita, tua maupun muda. Sarung kini bukan hanya warisan budaya, tetapi juga simbol identitas dan perlawanan budaya yang kuat di Indonesia.

Sarung adalah kain yang di gunakan sebagai penutup tubuh mulai dari pinggul hinggga ujung lutut. Sarung telah dianggap sebagai identitas pakaian pria muslim. Tapi, di era fesyen yang modern ini sarung tak sekedar digunakan sebagai outfit beribadah atau bersantai, tapi sudah menjadi sebagai busana yang sedang trend.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun taukah anda  sarung yang selama ini yang kamu pakai menjadi warisan budaya ternyata bukan barasan dari Indonesia, loh? Sarung pertama kali dikenalkan oleh para pedagang Gujarat dari Arab dan Iindia. Pada saat itu mereka sigggah di Indonesia.

Sarung pertama kali muncul di Indonesia pada abad ke- 14. Saat itu sarung merupakan pakaian ciri khas Arab dan India. Melihat bentukya yang cukup fleksibel dipakai membat pria pribumi tertarik untuk memakai sarung juga. Dari sinilah sarung mulai diminati banyak orang.

Namun ternyata perkembangan sarung di Indonesia begitu pesat. Saat ini semakin banyak brmunculan motif unik dari berbagai merek legendaris. Menariknya, sarung yang dulunya dipakai lelaki sakarang sudah mulai dikenakan juga para wanita. Ini akibat kemajuan dunia fesyen yang sagat pesat. Kaum wanita urban bereksperimen meggabungkan sarung dan membuat penampilan makin eye catcihing. Dan saat Idhul Fitri sarung tentu banyak diburu sebagai outfit lebaran.

Sejarah sarung

Catatan sejarh menunjukkan sarung merupakan pakaian ciri khas Suku Badui di Yaman. Sarung dulunya hanya kain potongan polos yang kemudin dicelupkan ke dalam pewarna kain. Di Yaman sarung dikenal dengan sebutan futah. Beberapa jenis kain sarung di Yaman, antara lain,  al-kada, annaqshah, dan assafi.

Tapi, orang Yaman mengangap sarung bukan pakaian resmi untuk beribadah atau menghadiri acara keagamaan. Sarung  lebih cocok sebagi baju tidur. Seiring berkembangnya zaman sarung melai dikenal ke berbagai dunia, termasuk indonsia.

Di Indonesia, penggunaan sarung telah menjadi bagian dari tradisi turun-temurun sejak zaman nenek moyang. Lalu sarung menjadi bagian penting warisan budaya Islam yang kaya akan filosofi. Penyebaran penggunaan sarung di Indonesia terjadi saat era penjajahan Belanda. Sarung kemudian diangkat sebagai simbol perlawanan terhadap dominasi budaya Barat dalam gaya berpakaian.

Menariknya, di Indonesia sarung lebih dikenal sebagai pakaian buat beribadah. Kain tersebut memiliki arti kesopanan yang tinggi. Itu sebabnya sarung mulai di gunakan sebagai busana beribadah, biasnaya dipadukan dengan baju koko dan peci.

Belakangan ini sarung dikembangkan sebagai item fesyen. Penggunanaanya adalah dengan dipadukan dengan busana sehingga menciptakan paduan yang sempurna. Itu membuat harga jual sarung lebih menarik di pasaranan.

Budaya bersarung juga mewariskan cara brfikir lewat beragam motif maupun cara penggunaanya. Sarung juga menunjuakan identitas dan status sosial. Bahkan motif sarung untuk laki-laki dan perempuan sekarag dibedakan.

Sarung juga menunjukan budaya keseharian penggunaanya. Di balik tradisi yang telah lama hidup terdaapat makna penting.  Sarung sebagai gaya fesyen fashion bersinergi dengan keberlangsungan lingkungan. Sarung tidak mengakibatkan limbah dan penggunaanya berusia panjang selaras dengan zero waste.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Ahmad mizamul rikhil qulub

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler