Pestarama#9 Gelar Pementasan Mahkamah: Naskah yang Diadaptasi Sesuai Perkembangan Zaman

Selasa, 11 Juni 2024 06:05 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pementasan Mahkamah yang diadakan di Bulungan Teater Building Jakarta oleh mahasiswa PBSI sebagai rangkaian acara Pestarama#9.

Pestarama9 menghadirkan pertunjukkan Mahkamah, naskah karya Asrul Sani yang dipentaskan di Bulungan Teater Building pada 30 Mei 2024 oleh mahasiswa PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mahkamah merupakan tempat di mana melakukan sebuah persidangan dengan berbagai konflik.

Asrul Sani menggambarkan Mahkamah sebagai persidangan hati nurani, berbeda dengan Mahkamah yang kita ketahui, biasanya Mahkamah diadakan ketika seseorang terlibat dalam sebuah konflik saat menjalani kehidupan tetapi dalam naskah ini Mahkamah dilaksanakan dalam ruang batin sang tokoh utama atau ruang bawah sadar tokoh utama yakni, Bahri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahri yang berusia 50 tahun mengalami pergolakan batin atas apa yang telah dia perbuat semasa hidupnya, Bahri yang merupakan seorang militer berpangkat tinggi sangat disegani oleh para anggotanya, salah satunya ialah Anwar, anggota dan sahabatnya sendiri yang terlibat peperangan dan mendapatkan lima buah tembakan di dadanya.

Konflik utama dua bersahabat ini dikaitkan masalah percintaan terhadap perempuan yang sama dengan mengatasnamakan peperangan membela negara. Maka hadirlah sebuah pengadilan hati nurani untuk mengetahui sebab-akibat, alasan, dan juga kebenaran yang akan terungkap.

Pementasan Mahkamah didesain mengikuti perkembangan zaman, di mulai dari artistik panggung, properti, kostum, dan makeup. Latar rumah tokoh Bahri dirancang dengan konsep minimalis modern seperti rumah pada umumnya di zaman ini, kostum yang digunakan oleh para aktor dengan perpaduan makeup yang matching menambahkan kesan modern. Setiap tokoh memiliki peran penting, kostum dan makeup membuat karakteristik aktor yang memerankan tokoh terlihat dengan jelas oleh penonton, seperti tokoh jaksa dengan wajah berwarna merah melambangkan keberanian, kekuatan, dan sebagai penegak keadilan kemudian tokoh pembela dengan wajah berwarna hijau melambangkan kehidupan, kebenaran, dan kedamaian.

Para aktor memerankan tokoh dengan cukup baik, ekspresi dan pembawaan suasana mengalir secara alami kepada penonton. “Pementasannya bagus, menjiwai banget, perasaan menontonnya sampai...,” Ucap wali dari Triana.

Namun perlu diketahui, vokal dan artikulasi dalam drama sangatlah penting sehingga bisa terdengar jelas oleh penonton, baik yang berada di barisan depan ataupun belakang. “Pementasannya cukup menarik, tapi menurut aku ada yang kurang, dilihat dari vokal dan artikulasinya kurang...,” Ucap Dani, salah satu aktor teater dalam Sanggar KUMMIS.

Pesan yang ingin disampaikan oleh para aktor tersampaikan dengan jelas kepada penonton “Pementasan ini mencari keadilan yang dulunya memang kacau, dan pesan yang tersampaikan dalam pementasan ini, aku jadi bisa jangan menilai orang dari luarnya saja tetapi harus menilai seseorang dari dalamnya juga...,” Ucap Dani.

Pementasan Mahkamah karya Asrul Sani yang dipentaskan di Bulungan Teater Building mendapatkan apresiasi bagus dari para penonton, dosen, dan keluarga Asrul Sani. Naskah drama Mahkamah tahun 1988 dikemas dengan bagus dan menarik sesuai perkembangan zaman sehingga penyampaian naskah tersebut tersampaikan kepada penonton dengan jelas.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dina Inayah

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua