Kearifan Lokal dan Perubahan Sosial: Dinamika Nilai Komunal diTengah Globalisasi
Selasa, 27 Mei 2025 09:36 WIB
Ia adalah sistem pengetahuan yang hidup, lahir dari pengalaman kolektif masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesama.
Oleh: Hasan Mustofa
***
Di tengah derasnya arus globalisasi, masyarakat Indonesia menghadapi tantangan besar: menjaga identitas budaya tanpa menutup diri dari perubahan zaman. Dalam pusaran perubahan sosial yang terus bergerak, kearifan lokal menjadi jangkar yang memungkinkan kita berdiri tegak—meski gelombang modernitas datang bertubi-tubi.
Namun, apakah kearifan lokal masih relevan? Apakah nilai-nilai komunal seperti gotong royong, musyawarah, dan rasa hormat terhadap alam dan sesama masih hidup di tengah dunia yang makin individualistik?
Kearifan Lokal: Pengetahuan yang Hidup
Kearifan lokal bukan sekadar tradisi atau kebiasaan turun-temurun. Ia adalah sistem pengetahuan yang hidup, lahir dari pengalaman kolektif masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesama. Dalam masyarakat agraris misalnya, sistem tanam, pembagian air, hingga ritual panen adalah bentuk adaptasi terhadap alam sekaligus pemeliharaan harmoni sosial.
Nilai-nilai seperti gotong royong, pamali, atau adat istiadat bukan sekadar etika lokal, tetapi mekanisme sosial yang menciptakan kohesi dan keberlanjutan. Dalam banyak komunitas adat, kesejahteraan diukur bukan dari akumulasi individu, tetapi dari harmoni kolektif.
Tantangan Globalisasi: Pergeseran Nilai Komunal
Globalisasi membawa kemajuan dalam bentuk teknologi, mobilitas informasi, dan keterbukaan ekonomi. Namun bersamaan dengan itu, ia juga membawa nilai-nilai baru yang seringkali bertentangan dengan prinsip-prinsip komunal yang selama ini dijunjung tinggi.
Individualisme, konsumerisme, dan logika pasar perlahan menggantikan orientasi kolektif yang menjadi fondasi masyarakat tradisional. Nilai gotong royong tergeser oleh logika transaksional, musyawarah digantikan kecepatan keputusan, dan budaya malu mulai digantikan oleh keinginan untuk viral.
Anak-anak muda di pedesaan kini lebih mengenal tren global di media sosial daripada cerita leluhur mereka sendiri. Bahasa daerah mulai ditinggalkan, dan banyak tradisi mulai kehilangan makna karena tidak lagi dipahami, hanya dipertontonkan.
Adaptasi atau Hilang Sama Sekali?
Pertanyaannya kemudian: apakah kearifan lokal harus bertahan dalam bentuk aslinya, ataukah justru perlu bertransformasi agar tetap hidup?
Beberapa komunitas adat di Indonesia telah membuktikan bahwa kearifan lokal bisa beradaptasi. Misalnya, konsep nagari di Sumatera Barat kini digunakan untuk pengelolaan pembangunan berbasis komunitas. Di Bali, prinsip Tri Hita Karana dijadikan landasan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Bahkan di ruang digital, ada inisiatif anak muda yang mempopulerkan kembali filosofi budaya lewat konten kreatif.
Adaptasi semacam ini menunjukkan bahwa kearifan lokal bukan warisan yang membebani, tetapi fondasi yang justru memperkuat identitas saat menghadapi perubahan.
Menjaga yang Lokal, Menghadapi yang Global
Penting untuk disadari bahwa mempertahankan kearifan lokal bukan berarti menolak globalisasi. Justru, dengan akar budaya yang kuat, masyarakat akan lebih siap menghadapi perubahan tanpa kehilangan jati dirinya.
Pendidikan budaya, pelibatan generasi muda, dan pengakuan formal terhadap hak-hak komunitas lokal menjadi kunci. Di sinilah peran negara, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil menjadi penting untuk merawat nilai-nilai komunal agar tidak sekadar menjadi artefak masa lalu.
Penutup: Masa Depan yang Berakar
Di tengah dunia yang terus berubah, kekuatan kita sebagai bangsa terletak pada kemampuan menjaga akar sambil merentangkan cabang ke langit global. Kearifan lokal bukan sekadar romantisme masa lalu, melainkan panduan moral dan sosial yang relevan untuk masa depan.
Masyarakat yang kuat bukan yang menolak perubahan, tetapi yang tahu dari mana ia berasal, dan ke mana ia ingin menuju—dengan nilai-nilai komunal sebagai kompasnya.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Peran Humaniora dalam Membangun Peradaban
Selasa, 27 Mei 2025 20:44 WIB
Kearifan Lokal dan Perubahan Sosial: Dinamika Nilai Komunal diTengah Globalisasi
Selasa, 27 Mei 2025 09:36 WIBArtikel Terpopuler