pembelajar dalam bidang sejarah

Kampungku Tak Lagi Hijau

Sabtu, 12 Juli 2025 16:10 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
\x201cDi Antara Tambang dan Laut: Potret Fiskal Kalimantan Timur\x201d
Iklan

Cerita pendek tentang ketamakan manusia menghabiskan kekayaan bumi

“Sam kamu kenapa kok nangis ?” tanya pemuda berpeci hitam dengan kemeja lusuh yang bau jalan seperti tidak dicuci 7 hari.

“Ternyata kita salah, Jon. Pohon habis ku tebang dan ku jual di kota tenyata tak bisa tumbuh lagi,” saut Samian.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Kamu, loh, yang bilang kalau kita tebang pohon nanti di bawah ada kotak harta karun,” jawab Jon

“Mulutmu jangan sembarangan, berkhayal ya kamu sejak kapan aku bilang ada harta karun? Yang punya harta itu bukan karun tapi presiden peci hitam.”

“Ya udah terserah, yang jelas kita sekarang mau pulang kemana kalau kamu nangis disini?"

“Pulang? gak bisa kita pulang. Kan disini tandus tidak ada tempat berteduh tidak ada lagi rimbunnya pohon untuk bersembunyi dari hujan."

“Ya udah, kalau gitu kita ambil dulu hartanya di bawah akar mati itu.“

“Guoooblok diajak bicara kok gak paham terus.”

“Loh, kok kamu kayak penceramah blangkon pake kata itu.”

“Ya kita sama, lo sama gak punya empati kepada sekitar.”

“Kalau tau sama kenapa diikuti kesalahannya?”

“Kamu juga udah tau salah masih didengerin.”

Dua orang ini saling menatap dan tertawa bersama.

"Ya. sudah kita mati disini saja berdua mumpung gak ada yang lihat.:

Dan dua orang itu masuk kelubang di sebelah akar yang sudah gersang itu dan terkuburlah mereka bersama tanah dan akar pohon kering.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Faruq Amrulloh

Juru Tulis

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua