Tunda Dulu Bepergian Ke Bali

Sabtu, 12 Juli 2025 15:13 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Gorong-gorong yang jebol di ruas jalan negara antara Gilimanuk - Denpasar. Foto: Istimewa
Iklan

Gorong-gorong di pelintasan Desa Bajera jebol tak kuat dilindas truk tronton. Jalur Gilimanuk - Denpasar pun lumpuh total. Apa dampaknya?

Oleh: Mpu Jaya Prema

Seorang teman memberi kabar dari Surabaya kalau dia dan keluarganya mau ke Bali. Dia akan membawa mobil sendiri dan tujuannya Bali Selatan, kawasan Sanur. Dia tahu kalau jalan antara Gilimanuk – Denpasar bermasalah. Dia minta informasi lewat mana sebagai alternatif. Jawab saya singkat saja: “Tunda dulu bepergian ke Bali.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau memang tidak begitu penting, sebaiknya tidak perlu ke Bali di hari-hari ini. Jalan ke Denpasar dari Gilimanuk bermasalah karena adanya gorong-gorong yang amblas persis di Pasar Bajera. Diguyur hujan lebat sehari semalam, pada Senin 7 Juli lalu di sore hari, gorong-gorong itu jebol total. Volume air begitu besar ditambah sampah yang menumpuk, lalu dilewati truk tronton yang berat, maka jebollah gorong-gorong itu.

Apalagi sudah seminggu sebelumnya tanda-tanda amblasnya kedua sisi jalan itu telah nampak. Perbaikan tak segera dilakukan karena status jalan Denpasar-Gilimanuk adalah jalan negara, bukan jalan provinsi. Dan yang berwewenang mengawasi dan memperbaiki jalan negara itu adalah instansi Badan Pengelola Jalan Nasional (BPJN). Untuk Bali kantor BPJN ada di Surabaya.

Jalan pun ditutup total. Kendaraan kecil dan sepeda motor memang punya jalur alternatif memutar di pinggir Desa Bajera. Namun jalanan itu sempit dan berstatus jalan kabupaten. Sudah bisa dibayangkan bagaimana kamacetan yang terjadi.

Kendaraan bus yang biasa mondar mandir Jawa Bali dan truk kecil dialihkan ke jalur Bedugul. Artinya, dari Gilimanuk menuju kota Singaraja, lalu naik menuju Bedugul dan turun ke Denpasar. Ini juga jalan negara tapi punya tikungan dan tanjakan yang tajam. Harus ekstra hati-hati. Kemacetan sudah tak perlu lagi diomongkan, karena kawasan Bedugul adalah kawasan wisata yang setiap hari macet, ada atau tidak musibah di jalur Denpasar -Gilimanuk.

Lalu bagaimana dengan truk, mau dialihkan ke mana? Alternatif adalah memutar ke Bali utara dan timur, dari Gilimanuk menuju Singaraja terus ke Amlapura baru ke Denpasar. Butuh waktu sangat panjang apalagi jalannya tidak begitu mulus. Di bagian timur Bali ini adalah jalan provinsi.

Akan halnya truk tronton sudah tak punya alternatif. Tak bisa lewat di jalan provinsi. Lewat jalan negara di Bedugul juga dilarang karena tak mungkin bisa melewati tanjakan di jalur Singaraja – Bedugul. Lagi pula di kota Singaraja tak ada jalur bypass, semua kendaraan harus masuk kota. Bagaimana bisa truck jenis ini melintas dalam kota. Tak ada jalan lain, truck tronton pakir di Gilimanuk dan sepanjang jalan. Menunggu gorong-gorong amblas itu diperbaiki. Atau mendatangkan truck kecil dengan memindahkan barang dari tronton. Dengan truck kecil nantinya barang bisa dibawa menyusuri Bali utara, Bali timur dan Bali Selatan, pusat kegiatan ekonomi orang Bali.

Kapan jalan amblas itu ditargetkan rampung? Badan Pengelola Jalan Nasional (BPJN) menargetkan selama satu bulan. Gubernur Bali Wayan Koster meminta dipercepat. Kalau bisa cukup tiga minggu – tapi tak bisa berbuat apa-apa karena ini berstatus jalan negara. Rupanya, urusan jalan ini unik, masing-masing punya wilayah dan wewenang khusus. Ada jalan negara yang diurus pusat lewat BPJN, ada jalan provinsi, ada jalan kabupaten, dan ada jalan desa.

Dampak ekonomi bagi Bali dengan jebolnya jalan di Bajera ini memang belum muncul, meski pun Gubernur Wayan Koster berani menjamin “tak ada dampak apa pun”.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bali memperkirakan biaya logistik meningkat sekitar 10% akibat pengalihan jalur yang lebih panjang dan memakan waktu. Para sopir truk melaporkan biaya bahan bakar meningkat hingga Rp300.000 per perjalanan karena jalur alternatif melalui Singaraja lebih jauh dan memiliki medan berat. Distribusi bahan pangan, bahan baku upacara, dan bahan bangunan dari Jawa ke Bali, serta dari Jembrana ke kabupaten/kota lain di Bali juga terganggu. Untuk diketahui, ritual keagamaan di Bali tergantung sangat besar dari Jawa. Janur, pisang, kelapa, bunga, sampai itik dan telur pun didatangkan dari Jawa.

Lalu pelajaran apa yang bisa diambil dari jebolnya gorong-gorong yang membuat jalur Denpasar - Gilimanuk tertutup? Yang pertama dikoreksi adalah status jalan di Bali itu sebenarnya untuk kendaraan apa saja?

Jalan Denpasar - Gilimanuk adalah jalan negara yang statusnya paling tinggi di Bali, yakni kelas satu. Jalan kelas satu ini diperuntukkan bagi lalu lintas kendaraan dengan beban sumbu maksimum hingga 8 ton. Ini sesuai standar yang ditetapkan BPJN dan Peraturan Menteri Perhubungan. Jalan ini memiliki lebar rata-rata 7-9 meter dengan dua lajur (satu lajur per arah) dan mampu menampung berbagai jenis kendaraan, mulai dari kendaraan ringan (sepeda motor, mobil pribadi) hingga kendaraan berat seperti truk dan bus. Namun, untuk kendaraan dengan beban lebih dari 8 ton, seperti truk tronton yang memiliki berat total hingga 20-25 ton termasuk muatan, tak boleh lewat di jalan ini. Untuk itu ada jembatan timbang di Cekik, 2 km setelah Pelabuhan Gilimanuk.

Nah, inilah pelanggaran itu. Sudah jelas ada aturannya dan jelas-jelas pula ada jembatan timbang yang masih berfungsi, truck tronton dengan leluasanya bisa tembus ke Denpasar. Hanya tak boleh masuk ke kota Tabanan. Dan di Denpasar “disediakan” parkir tak resmi di pinggiran kota.

Pelanggaran bertahun-tahun ini baru dipersoalkan lagi oleh anggota DPRD Bali setelah gorong-gorong Bajera jebol. Wakil rakyat ini seolah baru bangun dari mimpi, mereka meminta agar aturan status jalan ini dipehatikan kembali. Pihak BPJN pun mengakui, di jalur Denpasar-Gilimanuk itu ada banyak jalan yang ditopang gorong-gorong seperti di Bajera, bukannya ditopang jembatan yang lebih kokoh. Jalan di atas gorong-gorong cepat amblas jika dilalui truck berat berulang-ulang dalam keadaan basah.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika (2008-2018)pernah punya gagasan untuk melarang truck tronton beroperasi di Bali. Kalau terlanjur sudah menyeberang Selat Bali dibuatkan terminal khusus di Gilimanuk dan muatan truck tronton dipindahkan ke truck biasa yang sesuai dengan jalan di Bali. Ini lantaran kondisi jalan di Bali sulit diperlebar karena jalan warisan masa lalu di mana sistem pemukiman di Bali ada pura di paling depan jalan. Tak mudah digusur.

Gagasan Mangku Pastika ini tak berjalan sampai selesai masa jabatannya dua periode. Dan penggantinya Wayan Koster lebih tertarik dengan membuat jalan baru seperti memotong tikungan tajam dengan shortcut. Dan terakhir adalah gagasan jalan tol Gilimanuk – Mengwi yang sudah empat tahun diwacanakan belum juga final siapa yang membiayai.

Jadi, itulah poblema infrastruktur jalan di Bali. Jika Anda mau ke Bali lebih baik ditunda dulu sampai perbaikan gorong-gorong ini selesai. Dan mudah-mudahan tidak ada lagi gorong-gorong lain yang jebol dilindas truck tronton yang tak kunjung dilarang. (***)

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Mpu Jaya Prema, mantan jurnalis yg menyepi di G Batukaru, Bali

Penulis Indonesiana

6 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Catatan Dari Palmerah

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Catatan Dari Palmerah

Lihat semua