x

Iklan

wahyudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Si Ahli Gambar Moral di Zona Petaka

Reportase Joe Sacco dalam bentuk komik tentang Perang Balkan 1993 yang memilukan, mencekam, dan mengerikan. Jurnalisme komik yang berani mengungkapkan katastropi warga Bosnia dalam perang tersebut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada 18 Maret 2003, saya membeli satu eksemplar kopian Safe Area Gorazde: The War in Eastern Bosnia 1992-1995 (Fantagraphics Books, 2000) dari Yayasan Seni Cemeti (kini Indonesian Visual Art Archive), Yogyakarta. Pada saat itu juga, sekira satu  jam, saya melahapnya tandas—kemudian tersedeng-sedeng digaplok kata dan keadaan yang memilukan, mencekam, dan mengerikan di Gorazde, sebuah kota di Bosnia Timur berpenduduk mayoritas Islam, yang telah ditetapkan PBB sebagai zona aman dalam Perang Balkan pada 1993.

Alih-alih, Gorazde menjadi kota malapetaka di mana pembunuhan, pembantaian, dan pembersihan etnis Muslim Bosnia hari demi hari dilakukan serdadu militer dan milisi sipil Serbia atas komando jenderal chauvinis Ratko Mladic yang berada di bawah pimpinan politikus rasis Radovan Karadzic dan perdana menteri fasis Slobodan Milozevik.

Joe Sacco menengarai malapetaka itu sebagai “simbol kosongnya makna konsep zona aman secara khusus dan tidak berdayanya komunitas internasional secara umum.” PBB bergeming tanpa rasa malu, NATO cuma bisa omong tanpa aksi—sementara pasukan Serbia menjadikan Gorazde sebagai sasaran tembak nan empuk, mengebomi kota itu tanpa ampun dengan tembakan tank, artileri, dan senapan kecil dari berbagai arah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ratusan orang terbunuh dan ribuan warga mengungsi menghela nasib yang tak pasti di bawah bayang-bayang maut sang angkara murka Serbia. Nasib serupa mencengkeram pula warga Bosnia di kota Bihac, Tuzla, Srebrenica, Zepa, dan Sarajevo—yang telah sama ditetapkan oleh PBB sebagai zona aman tapi sonder maksud dan konsep yang jelas sehingga dimanfaatkan dengan licik oleh Milozevik dan antek-anteknya untuk memorak-morandakan kota-kota tersebut.

Sebagaimana Safe Area Gorazde, Joe Sacco melukiskan malapetaka yang menimpa kota-kota tersebut—dengan eksplorasi dan akurasi yang sukar dilakukan oleh juru foto dan pembuat film manapun—dalam Christmas with Karadzic (1997), Soba (1998), dan The Fixer: A Story from Sarajevo (2003).

Untuk mendapatkan akurasi pemandangan kota yang remuk-redam, Sacco tak jarang memanfaatkan rekaman fotografi dari kamera sakunya. Tapi dalam menggali dan melukiskan kembali pikiran, perasaan, dan ingatan warga, Sacco menggandalkan kekuatan seni berturutan yang memberikannya kebebasan untuk masuk-menemu aksi-ke-aksi, subjek-ke-subjek, dan peristiwa-ke-peristiwa dengan perhatian saksama dan detail-detail yang memperlihatkan kecenderungan alamiah manusia seraya menginsyafi diri atas ketidakadilan yang menimpa warga Bosnia.

Pada titik ini, seperti dikemukakan Duncan Campbell (The Guardian, 23 Oktober 2003), jurnalisme komik Sacco membuka kemungkinan bagi para pembaca mengikuti dan merasakan penjelajahan dengan kecepatan yang sama dengannya. Itu sebabnya kenapa Sacco selalu menggambarkan dirinya dengan cara yang sama dalam buku-buku jurnalisme komiknya: rapi, tas kecil tersampir di badan, hampir setiap saat menggenggam buku catatan, dan sepasang mata yang tersembunyi di balik kilauan “kacamata burung hantu.”

Alasan lainnya: “Saya tak ingin teramat emosionil tatkala menggambarkan diri saya sendiri. Kisah-kisah itu perihal orang lain, bukan saya. Saya lebih suka mengutamakan perasaan mereka. Jika saya menampakkan diri—katakanlah saya sedang gemetar ketakutan melebihi orang-orang yang bersama saya—itu sekadar menutup-nutupi situasi mereka yang jauh lebih menyedihkan,” ujar Sacco kepada Rachel Cooke (The Observer, 22 November 2009). 

Alasan tersebut mengisyaratkan pemikiran Sacco, sebagaimana dikemukakannya kepada Rebecca Tuhus-Dubrow (2003) dan Dave Gilson (Motherjones, Juli-Agustus 2005), bahwa dia benar-benar tak percaya dengan gagasan jurnalisme objektif seperti yang digembar-gemborkan dan dipraktikkan dalam jurnalisme Amerika; bahwa seorang jurnalis lebih baik senantiasa berhubungan dengan warga di sekitarnya ketimbang dengan seorang jenderal atau politisi; bahwa jurnalisme komiknya adalah pertarungan antara menjadi seorang jurnalis dengan menjadi seseorang yang sungguh-sungguh peduli terhadap apa yang ditulisnya.

Dengan begitu menjadi bisa dimengerti jika Christopher Hitchens dalam pengantar Safe Area Gorazde menjuluki Sacco sebagai si ahli gambar moral (the draughtsman moral). Dan rupanya, seperti ditengarai oleh David Rieff (The New York Times, 24 Desember 2000), si ahli gambar moral ini telah bersumpah untuk merengkuh kebenaran melalui bakatnya yang luar biasa dalam jurnalisme komik.

Itu sebabnya kenapa Sacco begitu berani menyuarakan atau menggambar-ceritakan malapetaka yang menimpa warga Bosnia selama Perang Balkan. Pantaslah jika Rieff (2000) mendaulat Safe Area Gorazde sebagai “evokasi paling dramatis tentang katastropi warga Bosnia” dan “dari sekian banyak buku tentang Bosnia yang telah terbit, sedikit sekali yang mengungkapkan kebenaran itu dengan lebih berani ketimbang Sacco.”

Atas keberanian dan integritas itu, seperti dikemukakan Sacco kepada Cooke (2009), sebagian besar jurnalis Amerika menghormati keberadaannya di Bosnia, alih-alih merupakan penerimaan hangat yang menakjubkan. Majalah Time mengukuhkan Safe Area Gorazde sebagai Komik Terbaik Tahun 2000 (Best Comic of 2000) dan The New York Times mendaulatnya sebagai Buku Terkemuka Tahun 2001 (Notable Book for 2001). Sementara itu, selain menerima dana dari Guggenheim Foundation yang sangat membantu kelancaran kerja jurnalisme komik Bosnia, Safe Area Gorazde memenangkan Eisner Award 2001—Oscar-nya para pekerja komik—untuk kategori Best Original Graphic Novel, yang sudah tentu berarti pengakuan tinggi atas mutu estetika dan proses kreatifnya sebagai ahli gambar seni berturutan.

Wahyudin,

Kurator Seni Rupa

Ikuti tulisan menarik wahyudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB