x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Amien Rais, Dulu Dipuji Sebagai Tokoh Reformasi Sekarang Malah Diteror dan Di-bully

Tokoh reformasi ini acapkali bersikap kontroversi sehingga seringkali pula mendapat kecaman bahkan teror

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kutempuh jalan-jalan lengang, derita-Mu

menghadang

Demikian tertib nasib menyalib

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari pusat hari-hari-Mu yang rumit

 

Kutempuh jalan-jalan sepi, cinta mekar dalam

bunga-bunga sunyi

Hidup berbeban juang, sepanjang tubir hari-hari

yang garang

Tak berdalih, antara derita dan ketawa

Makna hidup latah cinta, gelepar-Mu yang

menggemuruh di dada

 

Usai membaca ulang kutipan bait-bait puisi yang berjudul Kutempuh Jalan-jalan Lengang (1974), karya sasterawan Korrie Layun Rampan, membuat saya kian terhenyak manakala dilanjutkan dengan membaca sebuah berita tentang teror penembakan mobil Amien Rais yang terjadi Kamis dinihari (06/11/2014) di rumahnya.

Sungguh. Secara pribadi saya merasa prihatin membaca berita tersebut. Dan teror yang menimpa salah seorang tokoh Muhammadiyah ini merupakan kejadian terahir dari berbagai peristiwa sebelumnya yang cukup menghebohkan ahir-ahir ini. Misalnya saja saat Pilpres lalu, pendiri Partai Amanat Nasional ini, pernah menyatakan dirinya akan bernazar untuk berjalan kaki Yogyakarta – Jakarta kalau pasangan Jokowi-JK menang. Dan ketika Jokowi-JK mengalahkan pasangan Prabowo-Hatta yang dijagokannya, ternyata nazarnya itu sampai hari ini belum dilaksanakannya sama sekali. Otomatis hal itu menimbulkan banyak cemoohan – terutama dari para Netizen di media sosial.

Ketua Majelis Pertimbangan PAN ini memang seringkali membuat pernyataan yang kontroversi. Misalnya saja dengan menyebut bangsa Indonesia sampai sekarang ini masih bermental inlander. Di lain kesempatan pernah menyatakan bahwa Jokowi terlalu pede dalam Pilpres lalu. Bahkan menyebut Pilpres lalu pun sebagai ajang Perang Badar (Perang pada jaman Muhammad SAW), sehingga sempat mengundang polemik yang lumayan banyak diperbincangkan.

Atas sikap dan pernyataannya yang kontroversi itupun tak hanya mendapat kritikan dan kecaman. Malahan ada pula yang menyebut sebagai Sengkuni, tokoh wayang yang dikenal suka mengadudomba, dan berperangai licik. Sehingga sekelompok orang yang mengatasnamakan  Paguyuban Masyarakat Pelestari Tradisi (Pametri) mendatangi kediaman tokoh Partai Amanat Nasional itu di Sawit Sari, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta, pada Kamis (16/10/2014) siang, untuk meruwatnya agar kembali ke jalan yang benar dan lurus.

Begitu sensasionalnya memang. sampai harus di-ruwat segala macam. Padahal, ya padahal di era jelang keruntuhan rezim Orde Baru, tokoh yang satu ini begitu harum namanya. Amien Rais bersama Megawati dan Sri Sultan Hamengkubowono X merupakan tiga serangkai yang mengobarkan reformasi. Sampai-sampai orang menyebut Amien Rais sebagai Bapak Reformasi.

Bisa jadi dengan modal itu juga pada 1998 Amien Rais mendirikan PAN (Partai Amanat Nasional). Dan meski di Pemilu 1999 PAN mendapat suara yang kurang menggembirakan, tapi dengan cantiknya Amien Rais mampu merebut jabatan Ketua MPR.

Bisa jadi ketika itu pula munculnya koalisi di parlemen, tatkala Amien Rais membentuk Koalisi Poros Tengah yang memenangkan Gus Dur dalam Pilpres. Padahal ketika itu PDIP pimpinan Megawati merupakan pemenang Pemilu. Megawati pun hanya mampu menjadi RI-2 saja.

Atas kecerdasan dan dianggap steril dari perbuatan haram – korupsi, saya merasa kagum juga terhadap sosok tersebut. Bagaimana pun Amien Rais mampu menggerakan rakyat dan mahasiswa saat menggulingkan Suharto. Lalu tampil sebagai pimpinan MPR walau perolehan suara partainya kurang menggembirakan juga.

Akan tetapi tatkala Gus Dur yang menduduki kursi Presiden memasuki tahun ketiga, pendiri PKB ini pun dimakzulkan oleh MPR dan menggantikannya dengan Megawati yang semula sebagai wakil Presiden.

Sejak itu pula sedikit demi sedikit kekaguman saya terhadap Amien Rais mulai meluntur. Entahlah. Di mata saya menangkap ada sikap culas pada diri sosok ini yang mulai terkuak. Tapi meskipun demikian, syukurlah saya tidak sampai membencinya. Buat apa tokh, saya tidak merasa dirugikan.

Hanya saja saya merasa menyayangkan, koq tokoh sebesar Amien Rais bisa berubah drastis. Dari yang semula  banyak mendapat sanjungan dan pujian, sekarang malah banyak dicaci-maki, diteror, dan di-bully...

Terlepas dari itu semua, secara pribadi saya dapat mengambil pelajaran berharga dari perjalanan seorang tokoh Muhammadiyah ini. Ternyata terlalu banyak bicara – apalagi dengan dibarengi sentimen dan memojokkan salah satu pihak, akan banyak mengundang celaan dari pihak tersebut, dan dari orang yang tidak suka terhadap sikap seperti itu.

Terkecuali bila sikap dan pernyataan kontroversinya itu sekedar untuk membuat sensasi demi sebuah popularitas belaka. Mungkinkah itu dilakukan oleh seseorang yang di tahun 2014 ini genap berusia 70 tahun ?

Entahlah. Rasanya di usia seperti itu mestinya seorang tokoh sekaliber Amien Rais akan lebih terpuji bila memiliki sikap seperti Begawan yang arif dan bijaksana, tempat bertanya generasi muda – tanpa memilah dari golongan, suku, maupun agama,  tentang masa depan bangsa dan negara agar lebih maju lagi. ***

 

Sumber foto: Tempo.co

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler