8 Desember, Kematian Manis Sang Aktivis

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mengenang kematian John Lennon, 8 Desember 1980.

Tanpa surga, tanpa neraka, tanpa negara, tanpa agama, bahkan tanpa Tuhan, mungkin, karena di atas kita hanya ada langit. Tak ada yang terbunuh, tak ada yang membunuh, tak ada keserakahan, tak ada kelaparan karena tak ada kepemilikan, umat saling berbagi isi bumi. Hidup satu ikatan, dalam perdamaian, dalam persaudaraan.

Itu imagine gaya John Lennon. Mimpi sang musisi yang tertuang dalam lagu fenomenal melampaui umur empunya, bahkan sampai sekarang masih sering dipilih mengiringi berita pilu genangan-genangan darah, puing-puing perang, atau gambar-gambar kabur korban pertikaian. Kalau tidak, itu latar kabar iring-iringan mobilisasi bantuan Badan Dunia, kilatan-kilatan roket dua kubu berseberangan, atau banjir air mata penderita bencana dan wabah.

Mimpi John sering diamini banyak orang sepertinya. Sebelum Imagine, Give Peace A Chance, karyanya, jadi ‘lagu kebangsaan’ para demonstran anti Perang Vietnam dekade ’70-an. Gara-gara itu FBI turun tangan. Meskipun belum jauh terbukti, paling tidak FBI mengakui mengumpulkan, menyimpan, dan mempelajari segala catatan John, dan buahnya, pemerintahan Richard Nixon berusaha mendeportasi sang maestro keluar Amerika.

Satu lagi lagu John menunjukkan konsistensinya pada keyakinan anti perang adalah Instant Karma untuk Inggris Raya. Protes pada keterlibatan Inggris dalam perang saudara di Nigeria ini sampai membawanya memutuskan mengembalikan medali kehormatan yang telah dianugerahkan Kerajaan Inggris. Medali gelar MBE (Member of the Order of the British Empire) diantar John kembali ke Ratu Inggris bersama sepucuk surat tulisan tangannya yang kemudian lama disimpan kerajaan.

Keyakinan John dan perjuangan panjang memerangi perang berakhir tragis. Sama dengan hari ini, Senin, tepat tanggal ini, 8 Desember, pada 1980, John Lennon tertembak mati. “Tak akan pernah ada pemakaman, karena John abadi,” kata Yoko Ono, sang istri. John Lennon dikremasi saja, lalu abunya disimpan Yoko tanpa pemakaman, yang biasanya ditandai penebaran abu ke tanah, sungai, atau gunung menurut beberapa keyakinan. Yoko meminta semua orang mendoakan kedamaian untuk John seperti kebiasaan suaminya mendoakan perdamaian dunia bagi seluruh umat manusia.

"First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win," kata Mahatma Gandhi. Termasuk ketika... then they shoot you. Bukankah akhir perjuangan yang dramatis? Dan itu manis, menurut saya. Semoga damai, John.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Wulung Dian Pertiwi

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Andai Saya Jurnalis, Kemarin

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
img-content

Tentang Kebenaran (Bagian 2 The Help)

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua