x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Keluarlah dari Jebakan 'Serba Mendesak’

Kata bos, semua hal penting dan mendesak. Ingatlah, ambillah jeda, beristirahatlah meski sejenak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seberapa sibuk Anda minggu ini? “Kegiatan saya padat sekali. Seringkali saya hanya punya 1 jam untuk beristirahat,” jawab Anda, “itupun sambil makan siang bersama klien.” Jadi, jam istirahat pun masih berurusan dengan pekerjaan? Kalau begini mah bukan istirahat.

“Banyak hal harus saya selesaikan,” kata Anda lagi. “Seluruhnya penting.”

“Seluruhnya penting?”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Ya,” jawab Anda.

“Betul?”

“Yaa, seluruhnya memang penting,” jawab Anda mulai ragu.

“Tidak adakah yang paling penting dan yang kurang penting?” Anda kian ragu.

“Apakah semuanya mendesak untuk diselesaikan?”

Anda semakin ragu untuk menjawab, “Setidaknya bos meminta saya untuk segera menyelesaikannya.”

Wooww, enak sekali bos Anda.

Kemampuan membuat prioritas mana pekerjaan yang harus segera diselesaikan dan mana yang bisa dikemudiankan merupakan salah satu unsur krusial dalam manajemen hidup—patut diingat, pekerjaan adalah bagian dari kehidupan; bukan kehidupan bagian dari pekerjaan. Tanpa prioritas, kita dipaksa untuk mengikuti arus.

Ada empat kata yang memerangkap kita di tengah arus kehidupan digital sekarang ini: cepat, penting, aktif, dan sibuk. Semua hal harus cepat selesai. Semua hal dianggap penting. Semua orang harus aktif. Akibatnya, semua orang harus sibuk.

Sesungguhnya, ada hal-hal yang benar-benar penting dan ada hal-hal yang kelihatannya saja penting. “Dibutuhkan kemauan untuk jeda, dalam arti keluar sejenak dari aktivitas reguler, dan melihat secara utuh pemandangan hidup kita,” kata teman saya menasihati. “Kita harus berupaya menemukan fondasi yang diperlukan untuk membangun hidup kita, dan meninggalkan apa yang semata-mata ilusi.”

Sebagian kita mungkin menganggap apa saja perintah bos harus diikuti, sebab inilah jalan untuk menapaki karier yang lebih tinggi. Yang sering kita lupa ialah bahwa belum tentu bos memikirkan masa depan kita. Bos memberi begitu banyak pekerjaan untuk diselesaikan secara cepat karena ia menganggapnya penting. Namun, sejatinya, itu demi kariernya sendiri. Jika semua pekerjaan yang dilimpahkan kepada Anda selesai dengan cepat, bos akan dipuji oleh atasannya lagi (ingat: “di atas langit ada langit”) sebagai manajer yang piawai mengelola sumberdaya manusia.

Sebagai makhluk manusia, Anda memerlukan istirahat, jeda. Dengan mengambil jeda dari aktivitas reguler, kita punya kesempatan untuk melihat kembali ‘time line’ yang sudah kita jalani. “Woww, ternyata di sini saya lemah, oh dalam soal itu saya unggul, dalam soal-soal tertentu ternyata saya kurang cermat, dst...”

Kepiawaian membuat prioritas tetap saja merupakan keterampilan yang mesti dikuasai. Jika tidak, Anda akan dipaksa terus berlari dari satu tugas ke tugas lain, tanpa berkesempatan beristirahat atau mengambil jeda. Bahkan, ketika sudah berhasil membuat prioritas kerja berdasarkan tingkat kepentingannya pun, jeda tetap dibutuhkan. Bos memang terbiasa dilatih untuk mengatakan: “Tugas ini mendesak ya, besok pagi sudah harus ada di meja saya.”

“Bebaskan dirimu dari jebakan ‘serba mendesak’,” ujar kawan saya lagi. “Kembalilah jadi manusia yang menempatkan pekerjaan sebagai salah satu bagian kehidupan, dan bukan sebaliknya.” ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

21 jam lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

21 jam lalu