x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bisnis Mandiri Rakyat Bawah

Banyak warga masyarakat bawah menciptakan lapangan kerja secara mandiri. Mereka bekerjasama dengan saling memanfaatkan peluang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Banyak orang tidak mau menggantungkan diri pada ketersediaan lapangan pekerjaan yang disiapkan oleh pemerintah maupun swasta. Mereka memilih untuk berdikari—bekerja di atas kaki sendiri. Pilihan ini mungkin saja diambil karena tekanan situasi, tapi sangat banyak warga yang memutuskan untuk mandiri.

Tak semua orang yang berusaha mandiri ini memiliki kapital yang cukup besar untuk memulai usaha, atau tidak pula mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman ke perbankan. Untuk mengambil waralaba pun mereka tidak mampu. Pilihannya: betul-betul mandiri dalam berusaha dengan memulai usaha berskala kecil.

Banyak di antara mereka yang membuka gerai sendiri untuk berjualan makanan. Mulai dari mie, nasi goreng, es krim, kebab, dan aneka makanan lainnya. Agar usaha mereka berjalan, mereka membutuhkan gerai berupa gerobak atau semacam booth.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menarik bahwa kebutuhan warga yang ingin mandiri dalam berusaha ini menciptakan peluang bisnis bagi warga lain untuk membuat gerobak atau gerai tempat berjualan. Mereka membuat gerobak dari bahan-bahan yang relatif kuat dengan harga yang terjangkau oleh pelaku bisnis yang baru memulai usahanya.

Pembuat gerobak, gerai, atau booth ini dapat dijumpai di banyak kota. Di Bandung, umpamanya, ada Gerobak Unik dan Griya Gerobak. Di Bekasi ada Raja Gerobak dan di Surabaya ada Rombongku (dalam bahasa Jawa Timuran, gerobak disebut rombong).

Kecerdikan membidik peluang bisnis ini berimbas pula pada penciptaan lapangan kerja, sebab untuk membuat gerobak dibutuhkan beberapa orang. Mereka bertugas membuat rancangan gerai, menggergaji bahan-bahan, menghaluskan, mengecat, hingga merakit bagian-bagian gerai hingga menjadi tempat yang siap untuk menjual makanan.

Ramainya bisnis pembuatan gerai ini mendorong persaingan di antara pemasok gerai. Bukan saja dari segi harga (yang perbedaannya tidak banyak satu sama lain), tapi yang lebih menarik ialah persaingan desain gerai. Tiap-tiap pemasok berusaha menciptakan gerai yang khas dan bervariasi bergantung kepada jenis makanan yang hendak dijual. Misalnya, desain gerai untuk berjualan mie tek-tek berbeda dengan desain gerai untuk aneka jus buah.

Mereka juga menjual gerobak makanan ini keluar kota, baik di Jawa maupun ke luar Jawa. Internet dimanfaatkan sebagai saluran pemasaran yang relatif murah dari sisi biaya. Kunci keunggulan dalam persaingan bisnis ini agaknya pada desain dan kualitas gerai atau gerobak, harga jual, kecepatan penyelesaian pemesanan, serta pengiriman yang aman dan cepat sampai ke pemesan.

Bila melihat banyaknya pemasok serta aneka desain gerainya, sangat mungkin bisnis penyediaan gerai ini tumbuh. Dengan harga satu gerai mulai dari Rp 4 juta hingga hampir Rp 10 juta, bergantung kepada jenis makanan dan ukuran gerai yang dipesan, bisnis ini cukup menarik untuk ditekuni.

Yang perlu diwaspadai ialah bila pasar mulai beranjak jenuh. Namun, pengalaman pelaku bisnis ini yang mungkin sudah terbiasa menghadapi kesulitan akan mendorong mereka untuk menemukan jalan keluar yang kreatif. Bisnis gerobak makanan ini memperlihatkan bagaimana rakyat bawah mampu hidup mandiri dengan menciptakan peluang bisnis yang saling menguntungkan. (sumber foto: gerobakunik.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler