x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kekuasaan yang Membius

Kekuasaan itu begitu mempesona, banyak orang terpikat olehnya. Para elite politik dan bisnis menggunakan berbagai cara untuk menguatkan kuasanya—mereka tak mau berbagi sedikitpun kepada yang jelata.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya, karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat, dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.”
--Bung Karno

 

 

Riuh rendah yang terjadi dalam pekan-pekan terakhir ini telah menyingkapkan dengan terang betapa hebat pesona dan daya pikat kekuasaan. Para elite politik, yang sekaligus elite bisnis, menggunakan berbagai cara untuk menguatkan kuasanya—mereka tak mau berbagi sedikitpun kepada yang jelata.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seolah mengenakan Cincin Kuasa seperti dalam cerita The Lord of the Rings, mereka terlihat tidak mampu menampik daya pikat kekuasaan. Mereka yang sudah berkuasa terpikat untuk berkuasa lebih besar lagi. Mereka yang belum sempat berkuasa sangat kebelet berkuasa. Mereka silau dan terpesona sehingga mereka rela melakukan apapun.

Apakah kuasa ini untuk rakyat? Andaikan jawabannya ya, riuh rendah ini niscaya tidak terjadi—riuh rendah yang menyengsarakan kaum jelata. Saya lantas teringat ucapan Abraham Lincoln, salah seorang bapak bangsa Amerika. Ia berkata: “Hampir semua orang sanggup menanggung kesengsaraan, tapi jika engkau ingin menguji watak seseorang, berilah ia kekuasaan.”

Kekuasaan akan menyingkapkan watak sejati seseorang. Alangkah berat kekuasaan itu, tapi banyak orang tidak menyadarinya atau tidak mempedulikannya. Orang-orang ini lebih terpukau oleh silau gemerlapnya dan melupakan atau tak peduli sisi gelapnya.

Silau pada kekuasaan juga menyingkapkan betapa kehormatan kekuasaan dianggap lebih penting dari kebenaran. Orang-orang ini berpikir: “Apapun langkahnya, kehormatan kekuasaan harus dijaga.” Kekuasaan mendorong orang mengidentikkan individu dengan institusi.

Orang lupa bahwa bila kebenaran dijaga, kehormatan akan datang dengan sendirinya—barangkali bukan pengakuan dari kaum elite, melainkan dari kaum jelata, dan ini lebih baik. Lihatlah Bung Hatta yang memilih mundur dan tak silau oleh kuasa, lihatlah Bung Sjahrir yang tersingkir karena menghendaki kebenaran.

Tapi kekuasaan memang selalu menghendaki kemegahan, dan inilah yang menyilaukan banyak orang. Kekuasaan juga sanggup mengubah pandangan orang kepada penguasa yang mungkin menikmati dirinya jadi pusat perhatian. Ia, siapapun ia, menikmati saat-saat orang banyak menunggu apa yang hendak ia katakan, apa yang akan ia putuskan, dan apa yang ia mau lakukan. Inilah sebagian pesona kekuasaan yang begitu memikat.

Orang lupa bahwa kuasa itu amanah dari rakyat. Kaum jelata diingat ketika musim pemilihan tiba. Melewati musim pemilihan, kaum elite dan mereka yang duduk di kursi parlemen asyik dengan diri mereka sendiri. “Demokrasi adalah nama yang kita berikan kepada orang kebanyakan ketika kita membutuhkan mereka,” begitu kata Marquis de Flers Robert, aristokrat dan dramawan yang hidup di abad ke-19. Riuh rendah di hari-hari ini memperlihatkan dengan terang betapa kekuasaan lebih penting daripada kaum jelata.

Begitulah yang terjadi di negeri ini ketika yang berkuasa merasa dirinya yang paling benar dan yang paling berhak. Kaum jelata hanya bisa menjerit, sementara mereka bertikai, berunding, dan akur kapan saja mereka mau. Ada pula yang diamanahi kuasa sangat besar, tapi ia tak berdaya, sebab ia mulai melupakan kaum jelata. Bahkan, mungkin ia mulai mengingkari nuraninya. (sbr foto: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB