x

Jokowi Batal Lantik Budi Gunawan

Iklan

jembret kadipiro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

'Teori Konstipasi' Kemunculan Nama Budi Gunawan

Ini adalah sebuah teory konstipasi seorang menik tentang Budi Gunawan, nama yang akhir-akhir ini menyedot seluruh perhatian rakyat Indonesia dan memunculkan wacana cicak vs buaya jilid 2.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ini adalah sebuah teory konstipasi menurut seorang menik tentang seseorang yang bernama Budi Gunawan. Nama yang akhir-akhir ini menyedot seluruh perhatian rakyat Indonesia dan memunculkan wacana cicak vs buaya jilid 2.

Sebelum Kompolnas mengajukan nama Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri yang membuat Jokowi dilematis, menkopolhukam pernah mengajukan nama tersebut bersama beberapa nama lainnya seperti Dwi Priyatna, Suhardi Alius, Putut Bayu Seno sebagai kandidat Kapolri. Tapi kemudian nama yang lain lenyap berganti nama tunggal, yaitu Budi Gunawan, yang diajukan Kompolnas.

Rasanya agak aneh mengetahui Sutarman dicopot lebih awal sebelum masa pensiunnya bulan Oktober nanti. Apalagi, melihat track record Sutarman yanng juga salah satu dari sedikit polisi “bersih”, apalagi menilik salah satu kasus yang menjadikan Sby melihat Sutarman sebagai sosok layak yg menduduki kursi Kapolri, Yaitu ketegasan seorang Sutarman mengungkap kejanggalan rekening gendut salah seorang pejabat kepolisian yang ternyata hasil “kinerja” sebagai aparat yang baik.

Usut punya usut seperti rambut kusut, menurut teory acak adul, ternyata Sutarman disodori kasus Century oleh JK, di akhir tahun kemarin. Sebagai patner Sby waktu itu, tidak mungkin tidak seorang Jusuf Kalla tidak menemukan kejanggalan apa-apa dalam kasus ball out Century. Apalagi basic JK adalah seorang pedagang, yang terbiasa menghitung dan mengetahui untung rugi serta kejanggalan neraca keuangan. Dan menurut beberapa sumber yang tak jelas, itu pulalah salah satu alasan JK dilepaskan oleh Sby untuk maju di periode kedua sebagai pasangan, yang berakhir dengan kekalahan telak seorang Jusuf Kalla, yang juga tak lain dan tak bukan karena adanya deal bawah meja antara Bakrie dengan salah satu petinggi Demokrat atas sepengetahuan Sby.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara itu, Megawati juga ternyata ingin membuka luka lama Century yang ternyata berakhir samar saja, karena memang banyak kejanggalan seiring waktu dengan kasus Century. Terutama adalah berbedanya keterangan antara Adnan Pandu Praja dan Johan Budi, yang waktu itu memberikan keterangan berbeda mengenai status Budiono, sebagai tersangka juga-kah atau hanya sebagai saksi dalam kasus ini.

Dan, kembali ke teory acak adul diatas, Sutarman, sebagai orang Jawa yang tahu unggah ungguh, merasa terbebani dengan permintaan ini. Karena, sebagai seorang Kapolri yang terikat sumpah jabatan, mau tidak mau dia harus mau menerima permintaan ini, tapi sebagai seseorang yang “tahu terima kasih”, tak mungkin rasanya dia “menggigit ” tangan Sby yang memberikan dia kursi Kapolri. Maka satu-satunya jalan, dia menolak dan bersedia mundur dari jabatannya, as gentleman yang tidak gentle, itulah pula sebabnya dia pun menolak jabatan duta besar yang disodorkan oleh Jokowi kepadanya. Karena ternyata sebelum mundur, Sutarman telah terlebih dahulu mengambil data rekening gendutnya Budi Gunawan yang ada di Bareskrim untuk diserahkan kepada KPK. Data tersebut diberikan oleh Suhardi Alius atas sepengetahuan Sutarman kepada sang ketua KPK yaitu Abraham Samad. Dengan harapan, Samad mampu mencekal langkah Budi Gunawan selanjutnya. Karena, sebagai orang yang sudah hampir khatam di jajaran kepolisisan, Sutarman pastinya tahu pasti seluk beluk siapa Budi Gunawan dan kedekatannya dengan nama Megawati serta Tommy Winata.

Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah, kenapa nama Budi Gunawan yang muncul sebagai kandidat tunggal Kapolri yang diajukan oleh Kompolnas? Kembali menurut teory konstipasi dari sumber yang tak jelas, hanya Budi Gunawan-lah satu-satunya kandidat yang mau deal ,selain dengan JK untuk melanjutkan mengusut Century, juga dengan para petinggi partai pengusung Jokowi JK, yaitu Paloh dan Megawati. Menurut teory konstipasi, Tommy Winata, salah satu taipan di negara ini adalah salah satu penyokong dana terbesar untuk partai Nasdem, itu pulalah salah satu alasan, katanya, yang menyebabkan Harry Tanoe hengkang dari Nasdem. Dan Tommy sendiri “lumayan” cukup dekat dengan nama Budi Gunawan. Disisi lain, BG juga terkenal dekat dengan Megawati, dia mau saja melakukan deal politik dengan imbalan jabatan Kapolri ditangan. Sebagai seorang polisi, apa sih jabatan yang paling bergengsi jika bukan sebagai Kapolri?

Dan, begitu tahu nama Budi Gunawan yang akan muncul, Samad langsung bersuara lantang bahwa BG adalah tersangka kasus korupsi, yang disambut dengan mimik muka terkejut oleh Jokowi. Jokowi tak memprediksi sama sekali bahwa Samad akan langsung sefrontal itu menghadapi nama BG. Maka dia mengambil jalan tengah dengan menghormati rekomendasi Kompolnas, dan mengajukan nama BG kepada DPR sambil berkata kepada KPK, biarlah proses ini berjalan dulu sesuai prosedur, toh nantinya kalau bermasalah tidak mungkin lulus fit n proper tes dari DPR. Dan silahkan KPK melengkapi bukti penyelidikannya agar kasus BG segera diselesaikan lewat jalur hukum, jangan hanya menuduh tersangka tapi tanpa tindak lanjut. Apa nyana, ternyata DPR pun meloloskan nama BG sebagai Kapolri yang disertai ucapan Desmond, bahwa Jokowi konyol, mengajukan orang yang bermasalah kepada DPR untuk jadi Kapolri. Betapa ironisnya pernyataan itu, karena ternyata dia lebih konyol dengan menyetujui nama BG sebagai Kapolri, Ibarat kata, sudah tahu barang busuk yang disodorkan oleh penjual, kenapa masih mau membayar?

Banyak yang melihat ini sebagai langkah Jokowi yang “nabok nyilih tangan” kepada Megawati. Benarkah demikian? Entahlah, karena awalnya menik pun berfikir demikian, tapi kemudian dengan banyaknya informasi yang tak jelas, menik kemudian beranggapan, ini bukan nabok nyilih tangan, tapi jelas-jelas Jokowi kecolongan. Ada teory konstipasi yang mbulet dibelakang ruwetnya nama BG yang berujung pada kegaduhan 2 institusi, yaitu POLRI dan KPK

 
 
 

Ikuti tulisan menarik jembret kadipiro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler