x

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Rumah Sakit Bhayangkara Sukanto Berusaha Tidak Menolak Pasien

Brigjen Pol Dr Didi Agus Mintadi SpJp DFM Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I RS Sukanto beserta jajaran berusaha se optimal mungkin tidak menolak pasien Selalu tersedia tempat tidur bagi pasien rawat inap. Apabila ruang perawatan sedang penuh, maka per

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menjemput ulang tahun setengah abad Rumah Sakit Bhayangkara Tk I RS Sukanto Kepala Rumah Sakit Rumah Sakit Polri terbesar  di Indonesia mengatakan bahwa menyediakan kualitas pelayanan kesehatan terbaik  adalah salah satu bagian dari pemuliaan harkat dan martabat manusia.   Rumah Sakit yang berlokasi di jalan Raya Bogor Kramatjati Jakarta Timur di dirikan pada tahun 1966 Pasca G 30 S.  Bangunan Sekolah Polisi Negara (SPN) ketika itu dirombak oleh Dr Nangoy Karumkit Polri pertama untuk melayani anggota Polri dan keluarga.

Brigjen Pol dr. Dr Didi Agus Mintadi Spjp DFM tidak akan melupakan sejarah.  Tiga nama Karumkit Polri di abadikan dalam bentuk penghormatan tertinggi dengan memberikan nama pada fasilitas pelayanan.  Nama Dr Nangoy disematkan pada Paviliun Vip, demikian pula nama Dr Suparno SP A Karumkit ke- 4 diabadikan di fasilitas Ruang pelayanan Umum.   Sedangkan nama Karumkit ke 5 dr Budiarto M.Sc di lekatkan pada ruang pertemuan di lantai tiga gedung utama yang baru saja dibangun.

Ketika mendapat amanah pada bulan September 2012, hal pertama yang dibenahi terlebih dahulu oleh Karumkit adalah Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive care Unit (ICU).  Pertimbangan memulai pembenahan dari UGD dan ICU dimaksudkan agar kualitas dan kuantitas pelayanan bisa di tingkatkan. Setelah itu Dr Didi beserta staff menambah jumlah tempat tidur secara bertahap .  Data terakhir jumlah tempat tidur telah mencapai 500 buah meningkat signifikan dari 375 tempat tidur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 Karumkit Polri

Karumkit BhayangKara Tk i RS Sukanto Briigjen Pol Dr Didi Agus Mintadi, SpjP, DFM beserta staff (dokTD)

Keputusan memulai peningkatan pelayanan pada sentra front office UGD dan ICU termasuk Poliklinik ternyata memberikan dampak luar biasa pada jumlah pasien yang datang berobat ke Rumah Sakit Polri. Setelah front office sukses meningkatkan  pelayanan di sentra front office maka selanjutnya dilakukan secara simultan penambahan ruang perawatan dan fasilitas penunjang medik lainnya. Konsekkuensi  bertambahnya pasien tentu saja harus diikuti dengan penambahan sumber daya manusia.

Ketika saya melakukan wawancara di ruang kantor Karumkit Bhayangkara, Kamis  21 Mei 2015, Dokter Didi tergelak ketawa lepas ketika bercerita bahwa mereka syukuran makan soto.  Kombes Pol Dr Yayok Witarto dan Kombes Pol dr Febiana  tersenyum lebar,  pasalnya setelah 3 bulan, Manajemen berhasil meningkatkan pendapatan Rumah Sakit dari 3 milyard  menjadi 6 milyard rupiah  perbulan.  Untuk itulah digelar makan soto bersama seluruh karyawan di lapangan depan Rumah Sakit sebagai bentuk syukuran atas prestasi yang dicapai buah dari kerja keras dan kebersamaan.

Apa kiat manajemen Jendral dokter ini.  Dr Didi Agus Mintadi menggunakan Falsafah Jawa yaitu menggelinding.  “saya tidak bisa bekerja sendiri, diperlukan kebersamaan dari seluruh personil Rumah Sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan”   Selanjutnya di jelaskan bahwa falsafah menggelinding itu diibaratkan sebagai bola salju.  Kita paham bahwa yang menggerakkan  itu adalah sisi luar dari bola.   Semakin kencang sisi itu bergerak  maka semakin dahsyat  pula bola berputar menggelinding dengan kecepatan luar biasa.

Karumkit Polri ke 10  itu mengatakan bahwa sisi luar dari bola salju adalah seluruh karyawan yang bekerja di sentra pelayanan baik di ruang perawataan, poliklinik, penunjang medik termasuk satpam, sopir ambulance serta cleaning servis.  “ Ibarat seorang dirigen musik  saya hanya mengatur irama kerja agar pelayanan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan stake holders. “ demikian Dr. Didi menambahkan.   Sebagai bentuk penghargaan kepada seluruh karyawan mereka mendapatkan kesejahteraan yang layak setara dengan penghasilan Pegawai Negri Sipil DKI Jakarta.  Setiap bulan sekali diadakan pemberian sembako untuk seluruh karyawan sembari olahraga dan makan soto.

 Paviliun Dr Nangoy

Paviliun VIP Dr Nangoy

Keluarga karyawan adalah keluarga besar RS  Tk I Sukanto.  Untuk itu Manajemen RS  Polri menyediakan 4 Bus setiap minggu guna berdarmawisata  di  pantai Anyer Propinsi Banten.  Sudah berjalan 12 minggu, Insya Allah masih ada 2 rombongan lagi sehingga tuntas rekreasi bersama keluarga karyawan.  Inilah Kiat berikut Karumkit, bahwa doa adalah pamungkas dari kebersamaan dan kerja keras. Redha Tuhan dalam pelaksanakan tugas pelayanan  secara profesional dipindai melalui doa rekan sekerja (dr Didi menyebut personil RS Polri) dan doa keluarga karyawan serta doa pasien serta keluarga yang mendapatkan pelayanan terbaik.

Mengakhiri wawancara saya bertanya tentang BPJS.  Pasien Rumah Sakit  Polri 65 % BPJS, 35 % Anggota Polri dan keluarga dan sisanya 5 persen dari umum.  Mengalir dari kebijakan Karumkit : “ tidak pernah menolak pasien untuk mendapat perawatan “ maka jumlah pasien daftar tunggu semakin meningkat.  Disediakan ruang khusus transit sebelum pasien ditempatkan di ruang perawataan sesuai  indikasi medis. Rata rata 20 % Pasien  BPJS diberikan subsidi silang, artinya mereka tidak dikenakan tambahan biaya selama tidak naik kelas.

 Ruang Perawatan Polri

Kebijakan yang membuat hati ini lega hati  ati personil Polri dan keluarga adalah disediakannnya Ruang Perawatan Khusus. Kini gedung berlantai 4 Cendrawasih (CPS) khusus untuk  Anggota Polri.  Gedung yang tadinya diperuntukkan untuk pasien Kelas 1 kini bisa dinikmati oleh seluruh anggota Polri tanpa memandang pangkat.   Inilah salah satu bentuk penghargaan dan pemuliaan Anggota Polri yang bekerja keras dilapangan melayani masyarakat.  Mereka pun berhak pula  medapat pelayanan prima ketika jatuh sakit. Sesuai kebijakan pemerintah, anggota Polri dan keluarga adalah anggota BPJS.  Sekali lagi subsidi diberikan sepenuhnya untuk pasien ini sehingga tidak ada lagi tambahan biaya walaupun melewati standard biaya BPJS.  “Semua kami tanggung” demikian penjelasan Brigjen Pol dr. Didi Agus Mintad Sp Jp,  DFM.

Kedepan masih banyak yang harus dilakukan untuk melengkapi fasilitas dan alat kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara.   Master plan manajemen tetap terarah dengan Status Badan Layanan  Umum maka pengelolaan keuangan lebih luwes sehingga setiap rencana pembangunan dan pengadaan tidak terkendala birokrasi.  Akhir tahun 2015 jumlah tempat tidur ditargetkan mencapai 600 buah. Demikian pula dengan pengadaan Alat Kesehatan yang setara bahkan melebihi yang dimiliki RSCM dan RSPAD.

Selamat Ulang Tahun ke 49 pada tanggal 23 Mei 2015 untuk Rumah Sakit Bhayangkara Tk I RS Sukanto.  Semoga semakin sukses memberikan pelayanan prima kepada seluruh warga.

Salam salaman

TD

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB