Orkes Moral PMR 'Pecah' di RRREC Fest 2015
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBOrkes Moral PMR berhasil membius penonton saat ampil di RRREC Fest n the Valley 2015, Sukabumi
Udara dingin pegunungan bisa berakibat buruk bagi jasmani Anda-anda yang suka begadang di luar. Namun, itu tampaknya itu tidak berlaku untuk moralitas jiwa-jiwa penikmat dangdut. Sabtu, 26 September di RRREC Fest in the Valley 2015, Sukabumi, Orkes Moral Pengantar Minum Racun (OM PMR) membuktikan kesimpulan yang sedikit ngawur ini ada benarnya.
Mereka naik panggung dan langsung menggempur dengan banyolan khas 80an, yang tentu saja terdengar segar bagi penonton yang mayoritas berisi anak muda kekinian dari para Remaja Tanpa Kekasih. Banyolan khas itu juga yang membuat penonton langsung keracunan, bahkan sebelum lagu pertama dimainkan. Riuh tawa penonton di tengah hawa dingin membuat racun PMR makin menjalar.
Laki-laki dan perempuan tampak mulai berdiri, beringsut maju sambil tergelak seakan tak sabar menunggu hitungan keempat lagu pertama dimulai. Saat lengkingan mandolin Om Yuri bersambut ketipak ketipung mulai merasuki pori-pori gendang telinga, menolak bergoyang, meskipun awalnya sebatas gerakan jempol atau anggukan dagu, adalah pilihan yang sulit. Tanpa komando, mereka merangsek ke depan panggung yang tanpa pembatas, berjoget nyaris tanpa batas dengan para personel PMR.
Yang masih melipat tangan, yang masih gamang bergoyang, tahu diri dan beringsut sedikit ke pinggir sambil menunggu racun PMR bereaksi. Mereka terlihat bukan dari kalangan penikmat dangdut. Namun, tak butuh lama bagi racun PMR untuk meretakkan tembok-tembok kesadaran musikalitas dan membuka arsip-arsip kenangan penonton tentang dangdut; tentang menikmati dangdut dengan cara dangdut.
Terlihat juga sekelompok bule berdiri menonton di barisan belakang, awalnya sesekali manggut-manggut mengikuti irama. Baru lagu kedua, satu dua dari mereka terlihat tak segan ikutan bergoyang menikmati irama. Di lagu setelahnya, mereka pecah; tak lagi segan membaur, meluruskan kedua jempol sambil bergeol di antara kerumunan penonton lainnya.
Berusia rata-rata di atas 50 tahun, Om Joni Iskandar dan kawan-kawan tampil cukup prima. Orkes angkatan babe gue ini gas pol sejak awal. Orang bilang, tua-tua keladi. Makin tua makin berenergi. Tak terlihat sedikitpun mereka mengendorkan tempo di sepanjang 12 lagu yang dibawakan. Tak dibebani tugas ikut menyanyi, Om Kapur, penabuh gendang sekaligus personel paling tua, tampak paling heboh. Tak henti dia bertingkah usil, entah menimpali personel PMR yang lain maupun asyik bertingkah sendiri saat menyadari kru menodongkan moncong kamera ke arahnya, tanpa sekalipun kehilangan hitungan di sepanjang pukulannya. Stabil begitu sepanjang 12 lagu, bahkan masih mampu melayani penonton yang rikues lagu legendaris mereka 'Judul-judulan'...dua putaran!
Sedikit informasi mengenai RRREC Fest, festival ini sendiri sejak awal memang tidak digagas sebagai even musik dangdut atau konser untuk band-band berbendera arus utama. Dari formasi grup band yang ditampilkan, terlihat jelas bahwa misi utamanya adalah memperkenalkan musik dan musisi baru. Heran mengapa orkes jadul seperti PMR bisa tampil di RRREC Fest?
Tak perlu. Amati saja industri musik dangdut yang ada saat ini, baik di televisi maupun panggung dari kampung ke kampung. Tampilan glamor ala pantura, goyang dribel yang bikin heboh, bahkan lirik yang tak jarang menggoda iman selalu jadi bumbu utama. PMR, yang isinya 'hanya' enam musisi gaek dengan tampang ala kadarnya, yang lagu dan aksi panggungnya sekadar menyentil urat rileks kita, menawarkan sebuah cara alternatif-cara asyik yang mungkin dulu juga dipakai emak bapak kita- untuk menikmati music of my country ini.
Lagi...menikmati pagi senja kolong Jakarta...rock on!!!
0 Pengikut
Dr. Robertus Robet: Indonesia Butuh 'Renaissance'
Kamis, 5 September 2019 03:07 WIBMakanan Kedaluwarsa, dari Waralaba Sampai Barak Tentara
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler